Allan Soebakir, Relevansi Video Klip Musik di Era Digital

Keputusan berkarier di dunia penyutradaraan diambil Allan Soebakir setelah isi kepalanya dibuat meledak oleh cerita-cerita seorang teman nongkrong.
Sutradara pendiri Kolektif Sinema Pinggiran, Allan Soebakir. (Foto: Tagar/Istimewa)

Jakarta - Keputusan berkarier di dunia penyutradaraan diambil Allan Soebakir setelah isi kepalanya dibuat meledak oleh cerita-cerita seorang teman nongkrong yang telah lebih dulu terjun di kancah teater dan sinema.

Ketakjuban di masa muda membawa pria kelahiran Jakarta, 15 Agustus 1988 silam ini jauh lebih dalam mengulik dunia videografi, hingga menelurkan lebih dari 100 karya dalam satu dasawarsa.

Jurnalis Tagar, Eno Suratno Wongsodimedjo, berkesempatan menggali lebih dalam mengenai sosok Allan Soebakir, seorang sutradara muda pendiri kolektif Sinema Pinggiran yang sukses mengarahkan proses kreatif dan produksi seratusan video klip musik bagi puluhan musisi lokal Indonesia.

Kami membincangkan soal betapa rumitnya teknis produksi sebuah karya, nasib sial yang bertubi menghampiri, hingga fakta bahwa kultur K-Pop bisa menjadi tayangan yang bisa dipetik manfaatnya, bagi proses kreatif pembuatan satu buah video musik yang apik.

Allan Soebakir yang tengah menetap sementara di Tanjung Pinang ini juga memberikan pandangan mengenai situasi industri musik terkini, sekaligus berbagi opini tentang pertanyaan 'apakah video klip musik berkualitas masih relevan di era digital seperti sekarang?'. 

Berikut kutipan lengkap wawancara Tagar bersama Allan Soebakir:

Allan SoebakirSutradara pendiri Kolektif Sinema Pinggiran, Allan Soebakir. (Foto: Tagar/Istimewa)

*

Bisa diceritakan bagaimana awal mula jatuh cinta dan terjun dunia penyutradaraan?

Pergaulan sih. Dulu sempat nongkrong bareng Pame (Indra Pame) di komunitas teater, dan dia dulu itu kan kalau bercerita seru banget tuh. Dari situ jadi penasaran dan akhirnya kuliah di tempat dia kuliah (Institut Kesenian Jakarta).

Tapi awalnya gua juga enggak ambil jurusan perfilman malahan, justru ambil Kajian Ilmu Pertunjukan. Tapi karena bergaulnya kebanyakan dengan anak-anak fakultas film, gua di situ akhirnya suka bantu-bantu, jadi anak produksi.

Bantu hitung budget syuting, hunting lokasi, atur meeting, segala macam. Dari situ kemudian bikinlah kolektif Sinema Pinggiran. Bareng sama anak-anak film sih.

Proyek pertama Elu sebagai sutradara, garap video klip siapa?

Proyek pertama itu Borrock N Roll (Ku Cinta Dia). Sekitar tahun 2011-an kalau enggak salah. Itu sekalian nyoba-nyoba, bereksperimen, karena itu kan band teman. Terus kemudian berlanjut lagi ngerjain klip band-band teman.

Mengenai biaya, biasanya konsep menyesuaikan biaya atau sebaliknya?

Macam-macam sih. Ada yang pendekatannya gua siapin konsep, presentasi ke klien dan mereka siapin budget produksi agar sesuai konsep, tapi ada juga yang 'gua ada budget segini nih Lan, enaknya kira-kira bikin yang kayak gimana ya' gitu-gitu lah.

Ada juga yang klien bawa konsep sendiri dan tanya perkiraan budget yang dibutuhkan berapa, atau ada juga yang 'Lan gua ada budget segini, terserah deh mau dibikin kayak gimana'. Begitu aja sih.

Budget terendah hingga termahal dari video klip yang Elu kerjakan, di kisaran berapa?

Wah kalau termurah ada juga bahkan yang enggak bayar dan justru gua yang keluar uang (tertawa). Kalau termahal, enggak bisa jawab gua.

Kalau proses penggalian ide mengenai tema video klip biasanya seperti apa?

Kebanyakan refleksi yang gua lihat saat itu aja. Misalnya lagu Jason Ranti (Suci Maksimal) itu kan agak berbeda dengan lirik ya, gua ambil konsep mengikuti isu dan fenomena (bom panci) yang saat itu ada.

Ada juga memang yang harus di-treatment lebih seperti melakukan perenungan dari lirik lagunya agar konsep benar-benar sesuai. Ada yang benar-benar harus dipikirkan, direnungkan setiap shoot-nya dan lain-lain.

Tapi untuk kasus video klip Jeje (Jason Ranti) misalnya, saat itu benar-benar spontanitas saja.

Seperti di klip lagu "Tujuannya, FPI" milik Semenjana, itu juga spontan?

Iya, di klip itu gua pengen merespons aja gejolak sosial dari sebuah kejadian. Gua ingin bikin video musik, yang betul-betul sesuai dengan kondisi sosial saat itu. Lucu aja kayaknya. Jadi ya sudah gua cobain untuk si Semenjana itu.

Kemarin sempat bikin pameran 100 video klip, jumlah pastinya berapa sih karya yang sudah Elu hasilkan?

Aduh enggak ngitung juga. Tapi seratus sih lebih ya kalau untuk video musik. Terlepas itu dari band atau solo dan lain-lain.

Sinema PinggiranSutradara Allan Soebakir bakal menggelar pameran tunggal bertajuk 100 Video Musik. (Foto: Istimewa)

Berapa lama biasanya proses produksi sebuah video klip?

Gua rata-rata kalau syuting biasanya singkat banget sih. Satu atau dua hari kalau bisa harus sudah selesai, biar lebih efektif aja. Karena kalau semakin lama, atau sudah masuk hari berikutnya sudah makin banyak tantangannya. Mood udah turun dan lain-lain.

Tapi kalau untuk keseluruhan hingga proses editing dan lain-lain bisa sebulan lah, itu paling lama, tergantung kesulitan editing-nya juga sih.

Bagaimana cara mentransfer ide mentah ke kepala klien agar mereka paham dengan konsep yang Elu ingin kasih ke mereka?

Biasanya gua bikin moodboard gitu sih, baru kemudian storyboard. Tapi itu hanya kalau sekiranya konsepnya terlalu ribet untuk gua present ke kliennya. Kalau sudah gitu biasanya gua sudah ambil inisiatif, 'ntar gua bikinin moodboard deh beserta latar tulis lain' gitu biasanya.

Pernah ada klien yang kecewa dengan presentasi awal konsep Elu dan hasil akhir video klipnya?

Komplain sih belum ada. Tapi kalau ada yang kecewa dan disimpan dalam hati mungkin banyak kali ya (tertawa). tetapi kalau komplain atau ngomong langsung belum ada sama sekali.

Kesulitan teknis paling parah apa yang pernah Elu alami dalam sebuah proses pembuatan klip?

Aduh banyak dan sering banget nemu kesulitan seperti itu. Sudah selesai syuting tapi file hilang, hard disk enggak kebaca, dan lain-lain. Video klip Steven Jam lah itu paling lama prosesnya karena gangguan teknis, sampai berbulan-bulan lah saat itu.

File hilang, lalu syuting ulang dong?

Iya syuting ulang, atau ganti uangnya ke klien (tertawa). Pernah waktu itu gua hilang data, hard disk-nya rusak dan enggak bisa kebaca, saat gua bawa ke tempat service mahal juga ternyata biaya recover data, bahkan lebih mahal dari harga hard disk-nya itu sendiri (tertawa).

Dari sekian banyak hasil karya yang sudah Elu buat, video klip siapa dan dengan judul apa yang Elu anggap sebagai karya terbaik atau Elu banggakan?

Aduh bingung juga ya, banyak banget. Tapi ada lah beberapa seperti misalnya White Shoes (White Shoes and the Couples Company), Marjinal mungkin, Jason Ranti. Iya yang gua rasa pesan dalam klip dan feel dari lagunya bisa sampai, itu-itu aja lah.

Pernah nge-direct band atau musisi dari luar negeri?

(Tertawa) Enggak pernah. Gua enggak bisa bahasa Inggris soalnya. Enggak lah, musisi dalam negeri aja.

Jika ada kesempatan untuk bikin video klip musisi luar negeri, siapa yang ingin lu direct?

Enggak sih ya. Yang Indonesia aja biar pesannya benar-benar sampai ke orang. Gua ngerti apa yang ingin si musisi sampaikan, lalu gua buatin visualnya. Jadi benar-benar match antara visual dengan pesan besar yang ingin disampaikan si musisi. Dan kalau itu bisa tercapai, ya itu sudah pencapaian tersendiri sih buat gua.

Ada video klip dari sutradara lokal yang elu kagumi atau memberikan inspirasi?

Banyak, klip-klip di MTV era 2000-an lah. Seperti video klip Naif yang Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia dari The Jadugar itu bagus banget. Kayak yang bebas gitu bikin video klip musik, enggak ada pakem-pakemnya.

Biasanya video musik itu kan kayak yang harus ada keterlibatan model, storyline gitu. Tapi saat gua liat The Jadugar itu kayak yang 'wah ini orang bikin video musik seperti seolah sesukanya dia aja' gitu.

Dari situ gua mengerti bahwa konsep video klip itu seperti enggak punya konsesi atau aturan baku. Jadi seolah bebas gitu dan itu juga yang bahkan bikin gua jadi serius atau berfokus untuk ngerjain video klip musik aja.

Tapi kalau sekarang gua juga mulai update juga untuk cari referensi dari yang lain, kayak dari video klip musik grup Korea (K-Pop) gitu buat belajar tentang tone warna segala macam. Karena adegan-adegan dalam klip grup Korea itu unik juga kadang-kadang.

Allan SoebakirSutradara pendiri Kolektif Sinema Pinggiran, Allan Soebakir. (Foto: Tagar/Istimewa)

Sebagai orang yang sepuluh tahun terakhir dekat dengan industri musik Indonesia, apa penilaian Elu mengenai era digital saat ini yang terkesan membuat semua orang bisa jadi musisi baru hanya dengan produksi musik asal-asalan?

Iya memang ada beberapa musik yang dikerjakan seperti asal-asalan ya, tapi ada juga yang penggarapannya dikerjain serius, kayak tadi gua lihat rilisan dari Sun Eater (label) itu bagus-bagus banget. Hindia kalau garap sesuatu itu concern banget, jadi kayak mahal gitu, terus serius.

Ketahuan sih ya yang sembarangan dan yang serius itu bagaimana. Kayak Berita Angkasa (label) juga itu serius banget garapan-garapannya. Jadi bagus sih era sekarang, perangnya itu di konsep, dan menurut gua juga kalau bikin asal ya enggak akan jadi apa-apa juga musiknya.

Dulu video klip digarap sebaik mungkin karena dianggap menjadi etalase bagi sebuah karya musik yang ingin dijual ke penggemar. Saat ini hal itu masih relevankah?

Kalau soal relevan atau enggak, ini agak sulit juga jawabnya. Tapi gua rasa ini kembali ke musisinya ya, mereka kira-kira butuh atau enggak lagunya dikemas dalam sebuah video klip yang digarap dengan baik dan bagus.

Karena kan ada juga yang bikin cuma sekedar video lirik gitu kan, sederhana, tapi ya mungkin kebutuhannya dia sebagai musisi ya segitu aja cukup, ya sudah. Tapi ada juga yang kayak misalnya RAN, mereka menggarap dengan serius videonya.

Tapi ya memang eranya kan sekarang gitu. Semua bisa bikin apapun dengan mudah. Mau digarap asal-asalan atau serius, semua bisa dan sah kalau menurut gua, enggak bisa dilarang juga. Semua relevan jadinya.

Siapa menurut Elu sutradara video klip dari era lama dan pendatang baru, yang menurut Elu bagus banget karyanya untuk dijadikan referensi?

Kalau video musik Betmen (Henry Foundation) kali ya. Kalau anak baru tadi gua lihat video-nya Rifki bagus tuh. Ada namanya Rifki anak Semarang, dia videografer-nya Sun Eater kalo enggak salah.

Ada pesan yang ingin Elu sampaikan kepada mereka yang mungkin baru memulai kariernya di dunia penyutradaan video klip?

Aduh bingung juga ya kalau ditanya soal pesan karena gua ngerasa bukan sebagai guru yang baik juga. Iya mungkin jangan mabuk-mabukan kali ya (Tertawa).

Target terdekat Elu untuk saat ini apa Lan?

Kayanya gua akan mulai coba bikin film pendek sih. Kayanya sudah jengah juga dengan proyek bikin video klip. Kayak yang 'emang apa lagi yang mau gua cari di video klip'. Kaya yang udah kebanyakan gitu loh bikin video klip. []



Berita terkait
Tarian Penghancur Raya, Kegelisahan .Feast Atas Alam
Lagu Tarian Penghancur Raya milik .Feast berisi kegelisahan menyoal kondisi alam dan tingkah laku manusia di atasnya.
Kerja Bareng Najwa Shihab, Tashoora Rilis Lagu Baru
Grup band asal Yogyakarta, Tashoora, resmi merilis lagu baru hasil kerjasama dengan Najwa Shihab, berjudul Sintas.
Kelompok Penerbang Roket Rilis Lagu Dikejar Setan
Band cadas Kelompok Penerbang Roket (KPR) merilis lagu baru berjudul Dikejar Setan, tepat pada Kamis malam Jumat, 20 Februari 2020.