Aktivis Perempuan Uighur Kian Lantang Suarakan Protes

Aktivis perempuan Muslim Uighur dan Kazakh di garis depan kritik internasional terhadap kebijakan penindasan oleh Beijing di Xinjiang, China
Para perempuan etnis Uighur melakukan protes menentang penindasan China di Xinjiang, dalam aksi di Istanbul, Turki (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters).

Istanbul, Turki - Aktivis perempuan Muslim Uighur dan Kazakh yang berada di garis depan kritik internasional terhadap kebijakan penindasan oleh Beijing di Xinjiang, China, mengatakan mereka tidak akan berhenti melakukan advokasi setelah para pejabat China secara terbuka mencemarkan citra mereka.

Beberapa perempuan telah menjadi aktivis yang lantang di pengasingan, dan mengungkapkan kepada media internasional bahwa mereka mengalami perkosaan, penyiksaan, sterilisasi paksa, serta indoktrinasi oleh penguasa China di dalam kamp.

Dalam minggu-minggu terakhir, para pejabat China menuduh para aktivis itu melakukan perselingkuhan, menularkan penyakit seksual, dan melakukan penipuan uang untuk menunjukkan bukti dari perilaku mereka yang buruk.

aparat kepolisian chinaAparat kepolisian China di pusat pendidikan kejuruan di Yining di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, China, 4 September 2018 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Usaha untuk dilakukan Beijing untuk melemahkan kesaksian para aktivis perempuan tersebut, sementara pemerintah China semakin menghadapi tekanan internasional terkait penumpasan selama empat tahun terakhir terhadap warga kelompok etnis Turk (Turkestan) ini.

Namun, bagi para perempuan ini, kecaman Beijing ini justru membangkitkan tekad mereka untuk berbicara lebih banyak tentang pelecehan-pelecehan yang mereka alami selama ini.

“Sulit untuk dipercaya bahwa untuk meluluhkan kesaksian saya tentang perkosaan, penyiksaan, dan sterilisasi paksa, pejabat China mengatakan saya tidak subur,” demikian kata Tursunay Ziyawudun, seorang perempuan berusia 42 tahun yang selamat dari kamp di Uighur.

kamp uighurKamp re-edukasi milik China di Xinjiang (Foto: dw.com/id)

Ziyawudun diizinkan oleh pemerintah China melakukan perjalanan selama satu bulan ke Kazakhstan untuk bertemu dengan suaminya pada September 2019, setelah dia dibebaskan dari kamp di Xinjiang. Dia berhasil pindah ke Virginia, AS, satu tahun kemudian.

Dia memberitahu VOA bahwa rahimnya harus diangkat setelah tiba di AS karena luka-luka yang dialaminya akibat pelecehan selama di Xinjiang (jm/pp)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Facebook: Peretas China Intai Muslim Uighur di Luar China
Menurut laporan Facebook, sekelompok peretas China menargetkan muslim Uighur yang tinggal di luar China
China Bantah Tuduhan Kerja Paksa Warga Uighur di Xinjiang
China kecam merek-merek asing yang dipasarkan di China terkait dengan sanksi-sanksi negara-negara asing tentang perlakuan terhadap warga Xinjiang
Nasib Warga Uighur Diskriminasi di China Terdesak di Turki
Akibat tekanan yang bertubi-tubi dari pemerintah China sebagian warga minoritas Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang pindah ke Turki
0
Setahun Bekerja Satgas BLBI Sita Aset Senilai Rp 22 Triliun
Mahfud MD, mengatakan Satgas BLBI telah menyita tanah seluas 22,3 juta hektar atau senilai Rp 22 triliun setelah setahun bekerja