Aksi Omnibus Law Diserang OTK Bawa Parang di Jogja

Sejumlah peserta aksi terluka dalam aksi penolakan Omnibus Law di pertigaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mereka mengaku diserang OTK saat aksi.
Korban pelemparan batu saat aksi penolakan Omnibus Law di Gejayan Memanggil. (Foto: Istimewa)

Sleman - Aksi penolakan Omnibus Law yang digaungkan oleh massa Aksi Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) di pertigaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta berakhir ricuh, Jumat, 14 Agustus 2020 malam. Sedikitnya tiga mahasiswa dilaporkan mengalami luka akibat terkena lemparan batu dan kekerasan fisik.

Salah seorang peserta aksi, LM, 22 tahun menuturkan kegiatan penyampaian kebebasan berpendapat itu mulai memanas saat memasuki waktu adzan Magrib pukul 17.40 WIB. Massa mahasiswa memutuskan melanjutkan aksi setelah melakukan konsolidasi internal.

"Jadi setelah diputuskan melanjutkan aksi, di situ dua kendaraan truk yang berisi puluhan polisi datang. Karena memang sebelumnya ada imbauan agar membubarkan diri dari polisi," ungkapnya saat dikonfirmasi, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Peserta Aksi TerlukaKorban pelemparan batu saat aksi penolakan Omnibus Law di Gejayan Memanggil. (Foto: Istimewa)

Sekitar pukul 18.15 massa kembali memulai aksinya dengan menyanyikan lagu dengan membentuk formasi lingkaran besar. Tiba-tiba, muncul lemparan batu dibarengi puluhan orang tak dikenal mendatangi peserta sambil berlari dan membawa tongkat dan sebilah parang.

"Lemparan batu itu dari timur terus muncul puluhan orang-orang itu. Pada bawa tongkat kayu sama parang juga. Nah anehnya pada waktu massa tak dikenal itu datang, polisi cuman melihat, diam saja mereka," jelasnya.

Munculnya puluhan orang yang diduga sebagai warga sekitar itu, kemudian membuat massa mahasiswa terpecah mundur ke arah selatan dan barat pertigaan UIN Kalijaga. Dari awal pelemparan batu tersebut, beberapa mahasiswa baik yang laki-laki dan perempuan ada yang menjadi korban.

Lemparan batu itu dari timur terus muncul puluhan orang-orang itu. Pada bawa tongkat kayu sama parang juga.

"Jadi pas kami mundur itu, beberapa teman-teman aksi ada yang kena lemparan. Ada temen kami yang bawa mokom (mobil komando) juga berdarah dahinya. Perempuan juga ada yang kena (lemparan), langsung pulang," terangnya.

Dilanjutkan LM, massa kembali berkumpul dan tidak membalas aksi tersebut dengan maju menggunakan tangan kosong sekitar pukul 19.10 WIB. Pukul 19.40 massa aksi digiring kembali ke kampus UGM yang menjadi titik awal aksi.

"Itu kami gak bales nyerang, kami kembali kumpul sambil mengangkat tangan dan menunjukkan tangan kami kosong. Pas kami digiring balik ke kampus itu, ada polisi yang dorong-dorong temen kami, ada yang jatuh juga," terangnya.

Sementara, dari siaran pers ARB yang diterima Tagar, menyebutkan jika aksi yang berakhir dengan adanya serangan dari puluhan orang tak dikenal tersebut termasuk dalam metode pembubaran aksi. Dan ARB menyebut jika metode tersebut bukanlah hal baru yang mana melibatkan pihak-pihak berseragam maupun tidak berseragam.

Kuatnya indikasi tersebut didasari atas pembiaran yang dilakukan oleh kepolisian terhadap pelaku penyerangan. Selain itu pelaku penyerangan datangnya sama dengan titik kumpulnya polisi.

Aksi di YogyakartaDi sela aksi tolah Omnibus Law tiba-tiba api menyala di tengah-tengah peserta aksi di pertigaan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang menutup jalan Jogja - Solo. (Foto: Tagar/Muhammad Ridwan)

ARB mengutuk keras tindakan praktik kekerasan dalam setiap penyampaian kebebasan berpendapat di muka umum. Juga terjadi politik impunitas dan penegakan hukum yang tumpul ditandai dengan kegagalan penegak hukum memberikan rasa aman kepada korban kekerasan.

Sebelumnya, Kapolres Sleman, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Anton Firmanto menuturkan ketegangan aksi terjadi antara mahasiswa dengan warga di jalan Jogja-Solo, Kecamatan Depok, Sleman.

"Mungkin warga melihat kondisi sudah malam. Maksud mereka agar massa juga memperhatikan arus lalu lintas. Namun semua berjalan lancar. Mungkin warga merasa terganggu tadi," ungkapnya.

Anton menyebut jika pihak kepolisian sudah mengambil sikap agar friksi yang terjadi antara mahasiswa dengan warga tidak besar. "Kami ambil langkah untuk meredam aksi. Agar ketegangan warga dan massa tak bertambah panjang," ujarnya. []

Berita terkait
Aksi Tolak Omnibus Law Chaos di Yogyakarta
Aksi tolak Omnibus Law di Yogyakarta chaos. Aksi diwarnai bakar-bakar dan membuat jalan Jogja-Solo macet.
Sikap 20 BEM di Yogyakarta soal Omnibus Law
Sekitar 20 BEM di DIY menyampaikan aspirasinya menyikapi Omnibus Law dengan menemui Bakesbangpol DIY.
Hasil Pertemuan DPR - KSPI soal Omnibus Law Ciptaker
Berikut hasil pertemuan DPR dan KSPI terkait kluster ketenagakerjaan yang terdapat dalam RUU Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker).
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.