Akses Internet dan Media Sosial Ditutup Militer Myanmar

Junta militer yang mengkudeta pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi di Myanmar menutup akses internet dan media sosial
Seorang warga Myanmar tidak bisa mengakses Facebook, setelah diblokir oleh militer di Yangon hari Kamis, 4 Februari 2021 (Foto: voaindonesia.com/AFP).

Jakarta – Pada pagi hari dari kudeta militer Myanmar, Nyein Nyein, redaktur di "Irrawaddy News" ternyata sendirian dalam sebuah pertemuan virtual media beritanya. “Rekan-rekan saya tidak bisa dihubungi selama tiga atau empat jam ketika militer menutup total, tidak saja akses internet tetapi juga layanan ponsel,” katanya.

Kami rencananya akan mengadakan pertemuan dini hari tentang apa yang akan kami laporkan dan kemudian pada pukul 7 pagi, mereka semua hilang,” ujar Nyein.

Blackout atau pemadaman layanan internet diberlakukan ketika militer bergerak untuk merebut kekuasaan dan memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun setelah terjadi ketegangan selama berbulan-bulan. Pihak militer menuduh kecurangan pemilihan sehubungan pemilihan pada November 2020 yang dimenangkan secara mutlak oleh Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi.

jenderal minJendral Min Aung Hlaing (kiri) bersama pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi (Foto: dw.com/id - Reuters)

Akses ke internet sering padam minggu lalu, dan aplikasi serta situs media sosial tertentu, termasuk Facebook, juga diblokir. Forum media sosial sering digunakan warga untuk memposting peliputan protes.

Pihak militer Kamis, 4 Februari 2021, mengumumkan bahwa akses ke platform media sosial tersebut akan diblokir sampai hari Minggu, 7 Februari 2021, dengan mengatakan langkah itu perlu guna menciptakan “stabilitas.”

Tetapi penutupan akses internet di Myanmar bukan hal baru. “Sejumlah kota kecil di Rakhine dan Chin tidak mempunyai koneksi internet atau koneksi internet yang dikurangi sejak lama,” kata Irene Khan, pelapor khusus PBB untuk kebebasan berbicara kepada VOA.

Pada 2017, militer Myanmar melancarkan penumpasan disertai kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Rakhine, yang memicu ratusan ribu warga Rohingya harus melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh.

facebook myanmarSeorang pria mengakses akun Facebook-nya di Yangon, Myanmar, 18 Desember 2018 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Pertempuran antara kelompok militan dan militer Myanmar meluas ke negara bagian Chin, yang penduduknya sebagian besar Kristen.

Militer mengatakan pihaknya berhadapan dengan militant dan membantah menyasarkan warga sipil, tetapi laporan PBB pada 2018 mengatakan, tindakan Myanmar dilakukan dengan “maksud melakukan genosida.”

Ofensif ini disertai pemadaman internet di kedua negara bagian itu, dan pemerintah pusat berkilah bahwa itu dilakukan karena “keprihatinan dengan keamanan.” (jm/pp)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Kudeta Militer Mempercepat Perang Antaretnis di Myanmar
Kudeta militer tak berdarah diprediksi akan meluapkan dan mempercepat ancaman terjadinya konflik antaretnis di Myanmar
ASEAN Bungkam Dibelenggu Prinsip Dasar Sikapi Kudeta Myanmar
ASEAN tidak bisa berbuat banyak menyikapi kudeta di Myanmar yang dilakukan militer pada tanggal 1 Februari 2021 karena terbelenggu prinsip dasar
70 Rumah Sakit di Seluruh Myanmar Setop Beroperasi
Sebagai protes terhadap kudeta militer di Myanmar dan penangkapan Aung San Suu Kyi 70 rumah sakit di Myanmar stop beroperasi
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.