Akibat Resesi Sri Lanka Bergantung pada China dan India

Sri Lanka yang dilanda resesi melobi India dan China agar mau menegosiasikan ulang pembayaran utang negeri itu
Pelabuhan peti kemas di Colombo, Sri Lanka (Foto: dw.com/id – Reuters)

Jakarta - Sri Lanka yang dilanda resesi melobi India dan China agar mau menegosiasikan ulang pembayaran utang. Lesunya perekonomian di negara kepulauan tersebut membuka peluang bagi Beijing dan New Delhi menanamkan pengaruh.

Tanpa gegap gempita, Presiden Sri Lanka, Gotabaya Tajapaksa, Rabu, 13 Januari 2021, mengumumkan kelanjutan pembangunan terminal peti kemas di Ibu Kota Colombo yang dibiayai India dan Jepang. Terminal itu nantinya akan berdiri bersebelahan dengan pelabuhan peti kemas Sri Lanka yang kini dikuasai China.

Sejak beberapa tahun terakhir, negeri yang didera resesi ekonomi itu berusaha meniti medan ranjau diplomasi antara India dan China. Diplomasi utang menjadi tantangan terbesar pemerintah jika ingin mengamankan aliran dana investasi dari kedua negara.

letak sri lankaLetak Sri Lanka (Foto: bbc.com)

Proyek pelabuhan di Colombo sempat tertunda akibat aksi prores serikat buruh. Rajapaksa memilih melanjutkan proyek, usai menganalisa "kekhawatiran geopolitik di kawasan,” tulis kantor kepresidenan, merujuk pada kecurigaan India terhadap keberadaan China di pelabuhan yang sama.

Terminal baru itu nantinya akan dimiliki oleh pemerintah berupa 51 persen saham. Sementara sisa 49% adalah milik grup Adani asal India, dan sejumlah pelaku investasi lain, termasuk konsorsium Jepang, kata pemerintah.

Adapun Otoritas Pelabuhan Sri Lanka (SLPA) yang terlibat sejak awal, akan menerima sebanyak 15%.

1. Jebakan Utang China?

Sejak awal 2000-an, China sudah menjadi sumber pinjaman terbesar bagi proyek infrastruktur komersil di Sri Lanka. Pertautan itu memicu kontroversi, ketika pada 2017 pemerintah mengumumkan tidak mampu membayar utang negara kepada China untuk proyek pelabuhan di ibu kota.

Padahal proyek senilai USD 1,12 miliar itu baru berusia satu tahun. Akibatnya Sri Lanka terpaksa menyerahkan pelabuhan Hambantota kepada perusahaan China untuk disewakan selama 99 tahun. Saat ini hampir 70% peti kemas yang mendarat di pelabuhan itu berasal dari India.

teh sri lankaPerkebunan teh di Sri Lanka (Foto: kimkim.com)

Sejak kontroversi itu, Sri Lanka ramai dikabarkan terjerumus dalam jebakan utang China. Namun hal ini dibantah Ganeshan Wignaraja, Direktur Riset di Institut Bank Pembangunan Asia. Dalam tulisannya untuk East Asia Forum, dia mencatat saat ini beban utang eksternal Sri Lanka terhadap China hanya sebesar 6% dari Produk Domestik Bruto, atau setara dengan USD 5 miliar.

India khawatir, Keberadaan China di Hambantota yang berjarak 240 km dari Colombo, akan menciptakan keunggulan bagi angkatan laut China di Samudera Hindia. Kekhawatiran tersebut terpicu oleh insiden pada 2014, ketika kapal selam Tiongkok melabuh di Sri Lanka tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sejak itu pemerintah Sri Lanka menegaskan tidak akan mengizinkan kedatangan armada perang, atau bahwa pelabuhannya digunakan untuk keperluan militer.

2. Pertumbuhan Dibayar Utang

Resesi ekonomi tidak hanya memangkas kas negara, tetapi juga mendorong Sri Lanka semakin bergantung pada debitor regional.

Oktober silam India menurunkan peringkat kredit Sri Lanka dari B2 menjadi Caa1. Perdana Menteri Narendra Modi saat itu memprediksi perekonomian negeri jiran tidak akan membaik pada 2021. Beban utang terhadap PDB pada tahun ini diyakini akan menyentuh level 100%, jauh di atas rata-rata negara berperingkat Caa yang sebesar 88%.

presiden chinaPresiden China, Xi Jinping, meresmikan proyek reklamasi yang dibiayai China di Colombo, September 2014 (Foto: dw.com/id)

Tidak lama kemudian, giliran lembaga rating dunia, Fitch, yang menurunkan peringkat Sri Lanka dari CCC menjadi B-, serta mewanti-wanti investor asing terhadap tingginya risiko kredit macet.

Saat ini Sri Lanka harus menegosiasikan ulang utang senilai 50,8 miliar dolar AS yang sudah jatuh tempo. Beban cicilan tahunan untuk membayar tunggakan tersebut diprediksi berkisar 4 miliar dolar AS, yakni 2,6 miliar dolar AS beban utang dan 1,4 miliar dolar AS bunga cicilan.

"Kami mengimbau kepada para investor agar mau menegosiasikan ulang, dan jika mereka bersedia, ini akan sangat membantu keuangan negara,” kata Udaya Gammanpila, Menteri Energi Sri Lanka. Dia menegaskan pihaknya sudah memenuhi semua kewajiban utang yang harus dibayarkan tahun lalu [rzn/gtp (rtr, ap, ft, bloomberg)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Sri Lanka Kremasi Mayat Muslim Meninggal Karena Virus Corona
Kemarahan dan protes meningkat di Sri Lanka setelah warga Muslim yang meninggal dunia akibat virus corona, termasuk seorang bayi, dikremasi
Sri Lanka Kembalikan Ratusan Kontainer Limbah ke Inggris
Ratusan kontainer limbah berbahaya yang diimpor secara illegal dari Inggris dipulangkan kembali oleh otoritas Sri Lanka ke Inggris
Lima Tempat Wisata Eksotis di Sri Lanka
Di Sri Lanka terdapat lima tempat wisata eksotis.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi