Akademisi Ini Sebut Saracen Ditangkap, Berita Hoax Turun 50%

"Setelah Saracen itu ditemukan maka hoax di medsos itu turun sampai 50 persen," kata Hamim meyakinkan bahwa penegakan hukum penting untuk menekan berita bohong.
Ilustrasi

Jakarta, (Tagar 19/9/2017) - Dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Hamim Ilyas mengatakan penegakan hukum terhadap pelaku penyebar berita bohong dan penghasut harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pengalaman menunjukkan bahwa beberapa kasus konflik yang terjadi di negara ini juga karena media sosial.

"Setelah Saracen itu ditemukan maka hoax di medsos itu turun sampai 50 persen," kata Hamim meyakinkan bahwa penegakan hukum penting untuk menekan peredaran berita bohong.

Yang tak kalah penting, kata Hamim, media mainstream harus menjaga objektivitas di dalam menyuguhkan berita dan informasi agar tetap dipercaya publik.

Menurut dia, ada bahaya besar apabila publik kehilangan kepercayaan kepada media mainstream dan beralih penuh ke media sosial yang justru lebih rawan digunakan untuk menyebarkan berita bohong (hoax).

"Masyarakat akan mudah diadu domba dan termakan isu," ujar Hamim yang juga Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah di Jakarta, Senin (18/9) kemarin.

Menurut dia tantangan terbesar media mainstream untuk menjaga objektivitas adalah intervensi pemilik modal. Namun, untuk tetap menjadikan pers sebagai pilar keempat demokrasi maka pemilik modal harus mau menjaga objektivitas medianya.

Saat ini, menurut dia, harus diakui bahwa upaya adu domba tidak hanya dilakukan melalui media sosial, bahkan media mainstream pun ikut melakukannya. (Fet/Ant)

Berita terkait
0
Dalam Dua Hari, Vaksinasi PMK Tembus 58 Ribu Dosis
Pemerintah terus melakukan percepatan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk mencegah peningkatan jumlah hewan sakit PMK.