AHY vs Anies Baswedan dalam Pilpres 2024

Pilpres 2024 bisa menjadi pertarungan politik yang sengit antara Anies Baswedan dengan putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Agus Harimurti Yudhoyono bakal calon presiden 2024 (Foto: ANTARA/Wahyu Putro) dan Anies Baswedan (Foto: ANTARA/Boyke Ledy Watra)

Jakarta - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin memandang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bisa menjadi pertarungan politik yang sengit antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

Menurutnya, Pilpres 2024 akan memunculkan banyak tokoh-tokoh muda yang membuat publik nantinya memiliki banyak opsi pilihan calon pemimpin negara.

Mengenai sosok Anies Baswedan yang acap kali dikritisi bahkan dihujat oleh publik, Ujang menilai, ketidaksukaan masyarakat terhadap Anies suatu saat justru dapat berbalik. Karena bagaimanapun juga pejabat DKI-1 itu merupakan tokoh potensial yang dapat melenggang sebagai calon presiden atau calon wakil presiden dalam Pilpres mendatang.

"Biasanya ketokohan itu muncul ketika orang banyak yang tidak suka. Haters itu muncul karena bisa jadi ada rasa benci dan bisa jadi ada rasa iri. Terkait dengan kebijakan-kebijakannya di-bully di media sosial, karena dia (Anies) merupakan tokoh potensial di antara tokoh-tokoh yang lain," kata Ujang kepada Tagar pada Selasa, 2 Juli 2019.

Ujang memaparkan, dalam konteks berdemokrasi di Indonesia, pada prinsipnya, seorang publik figur harus siap menerima realitas dihadiahi cercaan dan dicela, karena tidak semua orang suka, tidak semua orang sayang, dan tidak semua orang senang dengan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Kalau janji tersebut tuntas, itu akan menjadi tolak ukur kinerja-kinerjanya selama menjadi gubernur.

Selain pernah menduduki kursi menteri, rekam jejak Anies yang sempat menjadi rektor serta merupakan lulusan kampus luar negeri, bisa menjadi modal positif Anies menjadi pemimpin Indonesia di masa yang akan datang.

"Pengalaman-pengalaman itu dibutuhkan, utamanya pengalaman di pemerintahan. Apalagi kita punya sejarah Jokowi muncul salah satunya dari Gubernur DKI Jakarta ketika itu," tutur Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia itu.

Ia menilai, layak tidaknya Anies nantinya menjadi capres akan disoroti publik dari keseluruhan janji-janji kampanye. "Kalau janji tersebut tuntas, itu akan menjadi tolak ukur kinerja-kinerjanya selama menjadi gubernur," kata dia

Sementara putra sulungnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), lebih diuntungkan karena menjadi sosok pemimpin muda. "(AHY) Golden boy nya Demokrat. Di kader disiapkan oleh SBY dan Demokrat, untuk menjadi pemimpin Indonesia di masa yang akan datang," kata dia.

Mewarisi trah Yudhoyono yang pernah menjabat sebagai Presiden RI selama dua periode pemerintahan, AHY punya darah biru. “Di sini lah yang untuk membuktikan bahwa Agus layak digadang-gadang di posisi capres," ujarnya.

Untuk memuluskan langkah menjadi presiden 2024, Ujang berpendapat, ini merupakan waktu yang tepat bagi AHY untuk mencari posisi menteri di Koalisi Indonesia Kerja. 

"Pembuktian itu butuh jabatan yang ada di pemerintahan. Semisal Agus butuh menjabat sebagai menteri. Oleh karena itu Demokrat sekarang merapat untuk mendapatkan kursi di Kabinet Jokowi. Itu semua untuk ancang-ancang AHY di 2024. Namun ketika tidak pernah memegang jabatan eksekutif itu akan menjadi pertanyaan bagi publik atau masyarakat," papar Ujang.

Tercatat, SBY pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam). Setelah mengundurkan diri dari jabatan tersebut, ia mencalonkan diri sebagai presiden dan mengalahkan Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 2004.

"Jadi masyarakat butuh melihat kinerja AHY dulu sebagai Menteri sehingga masyarakat bisa menilai kinerjanya. Jabatan menteri menjadi modal sosial dan politik bagi Demokrat, dalam hal ini adalah AHY," kata Ujang.

Secara terpisah, Peneliti Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati menyatakan letak elektabilitas Anies Baswedan terletak dari kepiawaiannya dalam memposisikan diri sebagai underdog dan gestur ekspresi sebagai figur yang agamais dan sabar meskipun kerap dicerca publik.

Hal tersebut yang membuat banyak pemilih potensial memilihnya. "Terutama kalangan menengah ke bawah,” ujar Wasisto dalam pesan singkat yang diterima Tagar.

Sebenarnya, lanjut Wasisto, Anies diuntungkan dari kinerja-kinerja Gubernur pendahulunya, yakni Jokowi dan Ahok

"Ibaratnya Anies tinggal menata dan memetik hasilnya. Sisi minusnya, Anies itu konversi progam kampanye jadi progam kebijakan pemda itu belum maksimal. Pada akhirnya Anies belum memiliki orisinalitas ide ketika memutus kebijakan pemda (pemerintah daerah)," jelas pria kelahiran Yogyakarta itu.

Kemudian AHY, dalam catatan Wasisto, memiliki kemampuan narasi ide yang baik seperti SBY, hanya saja semakin berat lantaran suami Annisa Pohan memikul semua beban moral keluarga Yudhoyono di pundaknya. "Kurang lebih AHY adalah SBY versi muda," ucap dia.

Wasisto menyayangkan keputusan AHY yang memilih pensiun dini dari dunia militer. Idealnya, kata dia, yang mumpuni adalah jenderal bintang satu, karena secara pengalaman memiliki kemampuan administratif dan loyalis.

Hal ini ia nilai akan mempersulit AHY masuk dalam jajaran menteri Koalisi Indonesia Kerja. "Dengan kata lain, karir politik AHY itu akan dipengaruhi seberapa kuat koalisi Jokowi mendekati SBY dan SBY bermanuver mendekat ke koalisi," kata Wasisto.

Apabila AHY tidak menduduki jabatan strategis, maka bersiap-siap saja karirnya akan statis. "Karier politik seseorang apabila hanya duduk menjabat di satu partai tanpa pernah pegang jabatan publik, itu sama saja karir politiknya belum mapan," ujar dia.

Baca juga:

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.