Adu Banteng di Spanyol Kembali Kobarkan Perdebatan Politik

Ketika lockdown Covid-19 dilonggarkan Spanyol melanjutkan tradisi adu banteng yang memicu perdebatan politik
Matador Spanyol, Antonio Ferrera, tengah beraksi dalam festival San Fermin, Pamplona, Spanyol, 11 Juli 2019 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Jon Nazca)

Jakarta – Ketika lockdown Covid-19 dilonggarkan, Spanyol melanjutkan tradisi adu banteng. Hal ini kembali mengobarkan debat politik yang memanas antara kelompok sayap kanan yang mempertahankan tradisi itu dan kelompok kiri yang mengutuk kegiatan itu sebagai kekejaman terhadap hewan.

Selama lockdown Covid-19 membuat arena adu banteng di Spanyol sepi mencekam dan ratusan orang kehilangan pekerjaan. Adu hewan tersebut mengalami penurunan. Ini sebagian besar disebabkan oleh tentangan dari sejumlah gerakan hak-hak hewan yang berpengaruh dan beberapa organisasi berhaluan kiri yang menolak untuk membayar festival banteng.

Alfred Bosch, mantan anggota parlemen Spanyol mengemukakan. “Warga di seluruh Eropa punya hak penuh untuk mengetahui bahwa mereka turut membiayai ini. Mereka membayar untuk ‘pesta’ ini. Mereka kemudian dapat dengan bebas memutuskan apakah mereka ingin terus membayar dengan uang pajak atau lebih memilih prioritas lain.”

Uni Eropa memberi subsidi untuk meningkatkan ekonomi wilayah pedesaan sekaligus membantu para petani melawan perubahan iklim.

Seorang pendukung hak-hak hewanSeorang pendukung hak-hak hewan, pakai masker, berdiri di antara tanda-tanda bertuliskan: "Hentikan Adu Banteng" dalam aksi protes menuntut pelarangan adu banteng di Madrid, Spanyol, 12 Juli 2020 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Sergio Perez)

Peternak Pedro Fumadó berasal dari keluarga dengan tradisi turun-temurun memelihara banteng sebagai tontonan. Pedro mendukung penggunaan dana publik untuk tradisi adu banteng tersebut.

“Itu adalah bagian dari budaya kami, adu banteng. Mereka berkontribusi pada ekosistem. Dan untuk alasan inilah, kami mendapatkan subsidi dari Uni Eropa. Apa yang banteng kontribusikan jauh melebihi apa yang kita terima,” komentar Fumado.

Kelompok populis sayap kanan menilai adu banteng itu sebagai kekuatan bagi persatuan bangsa. Ini telah lama menjadi simbol kuat nasionalisme Spanyol. Dengan jumlah pendukung sayap kanan 15% pemilih Spanyol, politisi konservatif menganggap dukungan mereka sebagai kunci untuk meraih kembali kekuasaan.

Akan tetapi, para pembela adu banteng itu sendiri merasa khawatir dengan semakin terkikisnya dukungan masyarakat umum. Direktur Sekolah Adu Banteng, Enrique Guillen, menjelaskan “Ultrakiri, kelompok kiri paling ekstrem menggunakan isu adu banteng untuk merugikan partai sekaligus memperoleh suara yang menurutnya dapat dikeruk dari sini. Sebaliknya, dari kelompok kanan, terlepas dari niat baiknya dan fakta bahwa mereka berpihak pada kita, banyak juga yang menolak adu banteng karena tuduhan kekejaman pada hewan.”

Enrique pernah menjadi matador. Ayahnya bekerja di La Monumental, arena adu banteng Barcelona yang tidak lagi berfungsi karena Catalonia telah melarang adu banteng itu.

seorang matadorMatador Spanyol, Antonio Ferrera, sedang beraksi dalam Festival San Fermin di Pamplona, Spanyol, 11 Juli 2019 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Jon Nazca)

Sejumlah politisi Spanyol sangat menyadari kerapuhan moral tontonan tersebut dan berpandangan bahwa menyiksa dan membantai hewan di depan umum tidaklah sesuai zaman pada abad ke-21.

Pada tahun 2021, masih ada pria-pria muda yang ingin menjadi matador. Mereka mendapati sensasi mempertaruhkan nyawa di hadapan banteng yang mengamuk lebih besar daya tariknya daripada ketika menjadi pengguna YouTube atau influencer (mg/uh)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Jumlah Kasus Virus Corona di Spanyol Tembus 3 Juta
Lonjakan jumlah kasus harian yang terjadi sejak Oktober 2020 meningkatkan jumlah kumulatif kasus virus corona di Spanyo dengan tembus 3 juta
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.