Lima Caleg Miskin Modal Ini Siap Menjadi Wakil Rakyat

Caleg tanpa modal mumpuni di Pileg 2019, menjadikan pesta demokrasi makin berwarna.
Nur Wahid, pedagang cakwe yang siap bersaing menjadi calon legislatif DPRD Kota Bekasi. (Foto: Bekasicityzen)

Jakarta, Tagar (26/3/2019) - Realitas caleg dengan ekonomi pas-pasan adalah fenomena menarik yang selalu ada di tiap gelaran politik, dan amat menarik untuk dilirik.

Tentunya, dengan keberadaan caleg tanpa modal mumpuni di Pileg 2019, menjadikan pesta demokrasi 5 tahunan ini makin berwarna saja, karena tidak lagi-lagi harus diisi oleh muka-muka lama yang bergelimang harta.

1. Muhadi

Dia merupakan pemuda lulusan strata satu jurusan manajemen yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek di wilayah Serang, Banten.

Pekerjaan ini dilakoninya sejak pukul 10.00 WIB hingga 17.00 WIB, dan mendapat upah sedikitnya Rp 50.000 dari jasa ojek. Lalu, pada malam hari, Muhadi nyambi kerjaan sebagai juru parkir di dekat pangkalan ojeknya dengan raupan keuntungan Rp 400.000 per bulan.

Untuk diketahui, Muhadi maju dalam ajang Pileg 2019 sebagai calon legislatif dari Partai Bulan Bintang di dapil 5 Kota Serang. Keinginan untuk maju menjadi caleg didorong atas keprihatinannya terhadap minimnya lapangan kerja.

"Kalau saya ngojek dapat di atas Rp 50 ribu, baru sosialisasi. Itu pun door to door, saya minta doanya aja ke penumpang saya. Walaupun bukan dari dapil saya, doa kan bisa nyampe dari mana aja," tutur Muhadi.

Sejauh ini ia mengaku telah menggelontorkan kocek sebanyak Rp 5 juta. Dana tersebut disalurkannya untuk mengurus berkas pendaftaran caleg, seperti surat keterangan sehat, bebas narkoba, surat keterangan tidak pernah terlibat kriminal sampai sosialisasi door to door yang dilakukannya.

2. Nur Wahid

Dia adalah pedagang cakwe yang siap bersaing menjadi calon legislatif DPRD Kota Bekasi.

Mimpi menjadi seorang wakil rakyat telah ia bangun sejak tahun 2014 silam. Karena itu, ia telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 250 juta sebagai modal utama kampanye.

Nur Wahid merupakan caleg DPC Partai Gerindra Kota Bekasi, nomor urut 9 di Dapil III, yang bersosialisasi tidak melepas identitasnya sebagai pedagang cakwe.

Terhitung, sebagai wirausaha, dia memiliki 12 gerobak cakwe dan 12 karyawan, yang ia kerahkan seluruh pasukannya untuk membantu sosialisasi ke warga-warga serta menempelkan stiker atau spanduk di gerobak cakwe miliknya.

Tujuan utama Nur Wahid menjadi caleg adalah untuk membeli mimpi. Maka itu, bila nanti ia lolos, dirinya berjanji akan fokus menampung aspirasi pedagang kecil melalui jalur parlemen.

"Ini memang cita-cita saya, saya ingin jadi pemimpin, kalau nanti terpilih saya ingin perjuangkan aspirasi pedagang kecil. Mudah-mudahan tahun ini saya bisa terpilih," harapnya.

3. Eha Soleha

Dia merupakan pedagang kopi keliling yang maju sebagai caleg DPRD Kota Cilegon, yang memberanikan diri maju sebagai caleg dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Meski dengan modal minim, ia mengaku tak gentar menghadapi lawan-lawan besar di Pileg 2019 nanti. Selama 3 tahun ini, ia berdagang kopi keliling di pasar mulai dari tengah malam hingga pagi hari. Ia mengaku, tertarik terjun ke dunia politik karena diajak sang pelanggan istimewa.

"Yang ngajak saya nyaleg itu pelanggan kopi saya, dia pelanggan istimewa yang ternyata ketua DPC PPP," kata Eha Soleha dalam tayangan acara televisi Mata Najwa.

"Kata orang, saya ada uang gak.. Gak ada, saya bilang.. Terus dia bilang 'Ah kalau gak ada uang gak mau milih.' Tapi temen saya beri semangat, saya didoain semoga orang-orang pada milih saya," ungkapnya.

Untuk menyosialisasikan sebagai caleg Cilegon, Eha mengkampanyekan dirinya sembari berjualan kopi dengan menyebarkan kartu nama kepada pelanggannya. Kadang ia juga menempelkan stiker ke rumah-rumah tetangga.

4. Niswadi Esa

Dia merupakan seorang petani sekaligus caleg Gorontalo, Sulawesi, yang siap bertarung di Pileg 2019 di bawah naungan Partai Gerindra.

Dengan keterbatasan dana yang menghantuinya, tidak lantas menyurutkan semangat untuk merubah takdir. Sebagai medium untuk mempromosikan diri, Niswadi, memanfaatkan karung bekas untuk dijadikan baliho meski tanpa terpampang foto wajahnya.

Karung bekas yang dijadikan baliho ini, hanya bertuliskan, untuk DPR Kabupaten, nama partai, nomor urut partai, namanya serta nomor urutnya.

Dalam karung bekas ia juga menegaskan dengan narasi teks 'politik bukan hanya orang kaya.'

"Karena saya tidak punya uang untuk membuat baliho, sehingga saya harus menggunakan bahan-bahan bekas untuk dijadikan media kampanye dalam rangka untuk memperkenalkan atau menyosialisasikan diri kepada masyarakat, " ujar Niswandi.

"Saya hanyalah seorang petani, tidak mungkin saya bisa membuat baliho yang cukup banyak seperti calon yang lain, karena saya tidak punya uang. Saya tidak malu karena ini bagian dari usaha atau ikhtiar dan respon masyarakat pun sangat baik," tandasnya.

5. Permaswari Wardani

Dia merupakan caleg DPRD DKI Jakarta yang maju di Dapil 7 Jakarta Selatan, dengan kendaraan politiknya Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Di antara banyaknya persaingan caleg yang cetak baliho sebagai ajang promosi, Permaswari harus memutar otak karena minimnya dana kampanye yang ia miliki.

Maka itu, ibu tiga anak ini menggunakan cara yang kreatif yaitu menggunakan komik untuk kampanye.

"Kebetulan saya juga arsitek lepas. Saya hanya bisa gambar. Jadi saya bikin komik aja. Kalau pakai komik itu, share kampanye lebih gampang, pakai WA grup atau media sosial. Teman-teman saya juga bisa saling share," urainya.

Dengan menggunakan kampanye secara visual, cara ini menurutnya lebih mengirit biaya.

"Kalau hanya tulisan enggak banyak yang baca. Gambar komik, kan, lebih visual. Banyak yang tertarik," kata dia.

Permaswari mengungkapkan, dana kampanye yang ia keluarkan sejauh ini telah mencapai Rp 16 juta. Untuk mendapat dana tersebut, kata dia, selama ini ia menyisihkan dari uang bulanan yang ia terima dari suaminya. Untuk tambahan lain, ia peroleh dengan membuka jasa di bidang desain arsitektur.

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.