Yang Hilang di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar

Yang hilang di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar adalah pohon-pohon tegap berdaun rindang. Yang ada kini adalah panas menyengat.
Sebuah mobil melintas di jalan dekat Bandara Sultan Hasanuddin Makassar yang kini sedang dilakukan perluasan. Proyek perluasan bandara ini dimulai sejak Februari 2019, ditargetkan selesai pada 2021. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Maros - Yang hilang di Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar adalah pohon-pohon tegap berdaun rindang. Yang ada kini adalah panas menyengat. Gersang. Di bandara ini terutama dari pintu pengambilan tiket menuju parkiran terasa jauh lebih panas.

Pohon-pohon yang dulu berdiri tegap di sisi kiri dan kanan jalan kini sudah tidak terlihat lagi. Dari kejauhan langsung terlihat bangunan bandara.

Panas makin menyengat kala cahaya matahari terpantul pada seng pembatas lokasi perluasan bandara. Bahkan ketika berkendara apalagi menggunakan roda dua, pantulan tersebut menyilaukan mata, harus menggunakan telapak tangan untuk menghalaunya.

Dari pintu pengambilan tiket ke parkiran jaraknya sekitar satu kilometer. Dengan adanya perluasan ini, tempat parkir motor yang dulu dekat bangunan bandara, kini lebih jauh lagi. Lima menit berjalan kaki dari parkiran menuju ruang tunggu.

Kini parkiran motor berseberangan dengan danau, dekat terminal cargo.

"Sudah panas, jarak dari parkiran menuju ruang tunggu juga semakin jauh, jadi hausnya lebih terasa," keluh Nadya seorang pengunjung.

Tidak ada pohon yang ditebang, semua kita pindahkan dekat lokasi perluasan. Jadi semua aman di sana, tidak ada yang ditebang.

Bandara MakassarPengendara motor melintasi ruas jalan dekat Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Untuk menahan terik matahari, Nadya menggunakan tas sebagai pelindung kepala. Jika tidak, ia merasa kulit wajahnya terbakar.

Selain panas, pengunjung juga terganggu suara bising dari alat-alat berat yang dioperasikan pekerja yang sedang melakukan perluasan bandara.

Pohon Dipindahkan Sementara

Dikonfirmasi semakin panasnya cuaca di bandara, General Manager Angkasa Pura Wahyudi meminta maaf kepada pengunjung atas ketidaknyamanan beberapa bulan ini.

Menurutnya, cuaca panas yang terjadi ini akibat perluasan bandara seluas 110 meter persegi atau tiga kali bangunan bandara yang ada saat ini.

"Sejumlah perluasan bangunan dilakukan, mulai dari check in area, parkir pesawat, hingga ruang tunggu juga mengalami perluasan," kata Wahyudi.

Mengenai hilangnya pohon di area masuk bandara, Wahyudi mengatakan pohon dipindah sementara dan nanti akan dikembalikan lagi ke tempat semula setelah proses perluasan bandara rampung.

"Tidak ada pohon yang ditebang, semua kita pindahkan dekat lokasi perluasan. Jadi semua aman di sana, tidak ada yang ditebang," katanya.

Dengan perluasan bandara ini, Wahyudi menargetkan jumlah armada yang akan masuk ke Makassar bisa bertambah sampai 32 armada. 

"Tentu dengan masuknya 32 armada tambahan ke Makasaar, bisa membuat perekonomian juga semakin meningkat," ujar Wahyudi.

Proyek perluasan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dilakukan sejak Februari 2019, ditargetkan selesai pada 2021. Artinya pengunjung masih akan menikmati sengatan matahari dan kebisingan selama dua tahun ke depan.

Pohon Trambesi

Trembesi, pohon yang hilang di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Pohon Trambesi (Albizia saman (Jacq.) Merr. sinonim Samanea saman (Jacq.) Merr.) atau juga biasa disebut Pohon Hujan ini adalah tumbuhan pohon besar dengan tinggi bisa mencapai hingga 20 meter dengan tajuk lebar, serta memiliki jaringan akar yang luas.

Daunnya majemuk dan menyirip ganda. Helai daun berbentuk bulat memanjang dengan panjang antara 2-6 cm dan lebar antara 1-4 cm dengan tepi daun rata. Warna daun hijau dengan permukaan licin dan tulang daun menyirip.

Bunga Trembesi berwarna merah kekuningan. Buahnya berwarna hitam berbentuk polong dengan panjang antara 30-40 cm. Dalam buah terdapat beberapa biji yang keras berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 5 mm berwarna coklat kehitaman.

Berdasarkan penelitian Dr. Ir. Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, satu batang Pohon Trembesi mampu menyerap 28.442 kg karbondioksida (CO2) setiap tahun.

Pohon trembesi juga mampu menyerap CO2 puluhan kali dari pohon biasa. Pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton karbondiokasida setiap tahun. (diamaeter tajuk 15 meter). Bandingkan dengan pohon biasa yang rata-rata mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya. Selain itu pohon trembesi juga mampu menurunkan konsentrasi gas secara efektif, tanpa penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.

Mungkin karena kemampuan menyerap CO2 inilah pemerintah meluncurkan program penanaman satu miliar pohon tahun 2010 dengan trembesi sebagai pohon utama untuk ditanam di tepi jalan.

Akankah pohon trembesi kembali ke tempat semula di Bandara Sultan Hasanuddin seperti kata General Manager Angkasa Pura Wahyudi? Waktu yang akan menjawabnya. []

Baca juga:

Berita terkait
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.