Jakarta - Papua memiliki kota kecil di Lembah Baliem bernama Wamena. Beberapa tahun belakangan, kota ini menjadi Kabupaten dan membawahi sekitar tujuh distrik, kabarnya masih akan diperbanyak lagi.
Kondisi geografis Wamena menantang, berada di sebuah lembah besar yang dikelilingi perbukitan dan berada 1600 meter di atas permukaan laut. Udara yang tersaji cukup sejuk, namun, di saat siang hari, panas terik tidak dapat dihindari.
Wamena yang dalam bahasa lokal memiliki arti Babi Jinak, memiliki pesona yang luar biasa. Wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) mengenal daerah ini unggul dalam kategori obyek wisata, tradisi, kesenian, maupun kuliner. Keunggulan ini menjadi pembeda dengan wilayah Papua lainnya.
Kehidupan Suku Dani menjadi hal yang menarik untuk dipelajari dan disaksikan jika berkunjung ke Wamena. Tarian, tradisi perang dan Mumi Kepala Suku dapat menjadi pilihan menarik untuk disaksikan.
Selain itu, bisa menikmati indahnya Sungai Baliem, bukit-bukit di sekitar lembah, keanehan pasir putih dan sumber air garam, goa terpanjang di dunia, bahkan berbagai flora-fauna yang tidak ada di tempat lain
Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, mengatakan wisata menarik lainnya di Lembah Baliem, yaitu wisata alam Telaga Biru atau Kali Biru.
Telaga Biru destinasi yang masih alami dan jauh dari keramaian, terletak di Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya.
"Telaga biru ini berjarak sekitar 12 km dari Kota Wamena, sangat populer dan masih dijaga kelestariannya karena bernilai sejarah bagi Suku Dani," kata Hari, seperti dikutip Antara beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan ada sebuah mitos yang dipercaya yaitu seorang manusia yang merupakan nenek moyang Suku Dani, keluar dari dalam telaga, dan manusia ini tidak bertelinga.
"Cerita ini bermula dari suatu hari ada sekelompok Suku Dani sedang beristirahat di tepi telaga, tiba-tiba mereka merasakan kehadiran manusia lain yang bukan berasal dari kelompoknya," katanya.
Manusia lain ini berkulit bersih, terang dan muncul berhiaskan manik-manik di seluruh tubuhnya, selain itu juga paham mengenai cara bercocok tanam, paham akan aturan hidup sosial dan memiliki pedoman hidup yang baik.
Namun, karena merasa terancam, maka sekelompok Suku Dani ini membunuh manusia berkulit terang itu. Keanehan terjadi ketika dari tubuh sang manusia tersebut mengeluarkan bahan makanan berupa keladi, umbi jalar, pohon pisang, sayuran, dan ternak babi.
Karena itu, ujar dia, oleh Suku Dani hingga saat ini, kawasan Telaga Biru disakralkan sebagai bentuk penghormatan pada manusia lain itu. []