Wisata Virtual Booming di Jepang, Seperti Apa?

Pelaku usaha pariwisata di Jepang mengembangkan konsep wisata virtual untuk menarik konsumen di tengah pandemi Covid-19.
Gunung Fuji di Jepang (Foto:Pixabay). Pelaku pariwasata Jepang menawarkan konsep wisata virtual di tengah pandemi Covid-19.

Jakarta - Pelaku usaha sektor pariwisata di Jepang seperti tak kehilangan akal menghadapi imbas pandemi Covid-19. Mereka mengemas wisata virtual untuk menarik konsumen di tengah pembatasan sosial dan orang lebih banyak di rumah.

Dengan banyaknya orang yang tinggal di rumah musim panas ini karena virus Covid-19, agen perjalanan bekerja untuk mengemas program wisata virtual menjadi lebih realistis daripada sebelumnya. Layanan yang baru ditingkatkan ini memungkinkan pelancong online untuk berbelanja dan bahkan menikmati masakan lokal.

Pada Juli, sekitar 15.000 orang mengikuti wisata online menggunakan sekitar 500 layanan (destinasi wisata, toko suvenir, kuliner dan lainnya) di 36 negara.

Baca Juga: Dampak Covid-19, Jepang Alami Resesi Ekonomi 

Seperti diberitakan dari Japan News, Selasa, 11 Agustus 2020, seorang wanita berusia 35 tahun yang bekerja di kantor biro perjalanan utama Jepang HIS Co. di Yangon, kota terbesar di Myanmar, melakukan tur selama satu setengah jam ke kota dan kuil-kuilnya pada 20 Juli. Tapi jangan salah sangka, ia tidak melihat langsung keindahan kuil-kuil tapi melalui perangat lunak komunikasi video Zoom di ponsel pintarnya . Pelancong virtual di Tokyo "menemaninya" dengan bayaran ¥ 4.400.

Seorang peserta tur semacam itu dapat menanyakan hal-hal seperti ini: "Dapatkah Anda memfokuskan kamera pada (tempat populer)?" dan ia akan menyesuaikan smartphone-nya. Mereka juga dapat memilih item dari toko suvenir dan mengirimkannya melalui pos internasional, menikmati makanan lokal dengan bekal makan siang yang dikirim dari restoran Myanmar di Tokyo.

HIS memperkenalkan layanan pariwisata online sejak 17 April karena seminya sektor pariwisata akibat pembatasan perjalanan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pada Juli, sekitar 15.000 orang mengikuti wisata online menggunakan sekitar 500 layanan (destinasi wisata, toko suvenir, kuliner dan lainnya) di 36 negara.

Perusahaan juga menawarkan beberapa tur online gratis yang hanya memperkenalkan tempat-tempat wisata terkenal. "Kami berharap orang-orang akan pergi ke sana dan berpartisipasi dalam salah satu tur kami secara langsung setelah pandemi selesai," kata seorang pimpinan di HIS.

Pilihan pariwisata virtual ini pada awalnya terbatas pada pengalaman visual yang menampilkan gambar-gambar lokal. Untuk memenuhi peningkatan permintaan konsumen online, semakin banyak pilihan inovatif yang ditawarkan, termasuk interaksi waktu nyata dan pengalaman bersantap.

Arima Onsen di Kobe dan Kusatsu Onsen di Prefektur Gunma keduanya merupakan area pemandian air panas terkenal di Jepang. Perusahaan jasa wisata HIS ini mendistribusikan video realitas virtual dari 13 mata air panas. Dengan memakai kacamata VR, peserta dapat meletakkan garam mandi atau produk lainnya di bak rumah mereka dan mendengarkan suara aliran air panas saat berendam.

Pelaku jasa pariwasata lain, agen agrowisata yang berbasis di Tokyo bernama Autabi, meluncurkan  proyek wisata untuk mendukung petani. Pada hari acara diadakannya tur virtual ke lokasi produksi pertanian, para peserta diajak pesta minum sake online dengan para petani.

Masahio Karasawa (47 tahun), perwakilan Autabi mengaku sudah banyak klien yang memasan paket tur virtual. “Awalnya, ini direncanakan sebagai acara ad-hoc, tetapi ternyata menjadi populer. Saya pikir ini akan menjadi gaya perjalanan baru di masa depan,” ucapnya.

Dengan merebaknya virus corona Covid-19, sebagian orang mulai menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga dan teman di kampung halaman. Pemerintah mempromosikan wisata online musim panas ini, dan peluang diyakini akan meningkat.

Baca Juga: Rahasia Jepang Cepat Pulih dari Virus Covid-19

Aplikasi komunikasi gratis, Line, menjelaskan di berandanya cara melakukan panggilan video sehingga orang lanjut usia dapat menggunakan layanan tersebut. Bahkan perusahaan batu nisan Kanosekizai di Fukuyama, Prefektur Hiroshima, telah memperkuat keberadaan onlinenya. Orang-orang menahan diri untuk tidak melakukan kunjungan tahunan ke kuburan keluarga mereka selama pandemi, jadi Kanosekizai menawarkan kunjungan virtual dengan perangkat lunak Zoom. “Orang-orang dari jauh dan luas berterima kasih kepada saya karena telah memberikan solusi ini karena mereka tidak dapat kembali ke kampung halaman mereka tahun ini,” kata pimpinan Kanosekizai. []

Berita terkait
Jepang Tertarik Vaksin Covid-19 Produksi AstraZeneca
Jepang tertarik dengan vaksin virus Covid-19 yang tengah dikembangkan perusahaan Inggris, AstraZeneca bekejasama dengan Universitas Oxford.
Rahasia Jepang Cepat Pulih dari Virus Covid-19
Jepang menjadi negara pertama di luar China yang terkena virus corona Covid-19. Namun negara ini juga yang pertama berhasil pulih.
Dampak Covid-19, Jepang Alami Resesi Ekonomi
Meningkatnya dampak pandemi virus corona Covid-19 terhadap perekonomian, membuat Jepang mengalami resesi.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.