WHO Sebut Data Lonjakan Kasus dan Kematian Covid China Tidak Akurat

Sebagai bagian dari pengarahan yang lebih luas di antara negara-negara anggota WHO tentang situasi global Covid-19
Pasien berbaring di tempat tidur bagian gawat darurat rumah sakit di Shanghai, China, di tengah wabah Covid-19, 4 Januari 2023. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Staff)

TAGAR.id, Jenewa, Swiss - Data Covid-19 China tidak memberikan gambaran yang akurat tentang situasi di sana dan kurang mencerminkan jumlah rawat inap dan kematian akibat penyakit tersebut. Hal ini dikatakan oleh seorang pejabat senior di Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), Rabu, 4 Januari 2023.

Pernyataan WHO tersebut disampaikan saat badan PBB itu bersiap-siap untuk bertemu kembali dengan para ilmuwan China, Kamis, 5 Januari 2023, sebagai bagian dari pengarahan yang lebih luas di antara negara-negara anggota WHO tentang situasi global Covid-19.

Mike Ryan, direktur masalah darurat WHO, dalam jumpa pers, Rabu, 4 Desember 2023, mengatakan, "Kami yakin angka-angka yang diterbitkan dari China saat ini kurang mencerminkan dampak sebenarnya dari penyakit ini dalam hal rawat inap, penerimaan ICU, terutama dalam hal kematian."

pasien covid di rs wuhan china

Pekerja medis dengan pakaian pelindung merawat pasien Cocid-19 di unit perawatan intensif rumah sakit yang ditunjuk selama wabah Covid-19 di Wuhan, China, 6 Februari 2020. (Foto: voaindonesia.com/via Reuters)

Sebelumnya dalam pengarahan singkat, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan kembali bahwa badan tersebut "prihatin" dengan lonjakan infeksi Covid-19 di China dan kembali mendesak Beijing agar menyampaikan data yang cepat dan teratur tentang rawat inap dan kematian di sana.

"Kita terus meminta kepada China, data yang lebih cepat, teratur, dan andal tentang rawat inap dan kematian, serta urutan virus yang lebih komprehensif dan seketika. WHO prihatin dengan risiko kehidupan di China dan telah menegaskan kembali pentingnya vaksinasi, termasuk dosis penguat untuk mencegah rawat inap, penyakit parah, dan kematian," ujar Tedros.

Sementara itu, negara-negara Uni Eropa, Rabu, 4 Januari 2023, menyempurnakan tanggapan terkoordinasinya terhadap krisis Covid-19 China dan memusatkan perhatian pada pembatasan perjalanan yang akan mengecewakan Beijing dan industri penerbangan global.

China sebelumnya menolak keras pembatasan perjalanan yang mulai diberlakukan oleh beberapa negara Uni Eropa dan telah memperingatkan "tindakan balasan" jika langkah-langkah tersebut diperluas dalam beberapa hari mendatang.

Namun, Rabu, 4 Januari 2023, juru bicara Komisi Uni Eropa, Tim McPhie, mengatakan bahwa "mayoritas negara mendukung" pemberlakuan tes penumpang dari China. "Kami juga mengusulkan diskusi tentang perlunya pra-pengujian penumpang dari China sebelum keberangkatan dan ini adalah sesuatu yang kita lihat, didukung oleh mayoritas negara," imbuhnya.

ugd d rs Kota Bazhou ChinaSeorang pekerja dengan alat pelindung merawat pengunjung di unit gawat darurat Rumah Sakit Rakyat No. 4 Langfang di Kota Bazhou di Provinsi Hebei, China utara, Kamis, 22 Desember 2022. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Negara-negara Uni Eropa, Rabu, 4 Januari 2023, berupaya memutuskan sikap resmi tentang masalah ini. Pemerintah China dan pakar kesehatan Eropa mengatakan tidak ada kebutuhan mendesak untuk pembatasan perjalanan karena varian virus corona yang muncul dari China sudah lazim di Eropa.

Setelah, mengancam tindakan balasan pada hari Selasa, 3 Januari 2023, juru bicara pemerintah China, Mao Ning, Rabu, 4 Januari 2023, mengatakan China sangat berharap semua pihak akan fokus pada memerangi epidemi dan menghindari politisasi Covid-19.

Namun, Uni Eropa tampaknya bertekad mengambil tindakan terpadu untuk memastikan penumpang yang masuk dari China tidak mengirimkan potensi varian baru apa pun ke benua itu.

Swedia, yang memegang kepresidenan Uni Eropa, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa "pelancong dari China perlu bersiap diri untuk keputusan-keputusan yang diambil dalam waktu singkat." (my/jm)/Reuters/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Uni Eropa dan China Bersitegang Soal Syarat Tes PCR Bagi Penumpang Asal China
Sebagian besar negara anggota UE mendukung kewajiban tes praterbang karena mengkhawatirkan masuknya varian baru