Wartawan Medan Diteror Orang Diduga Suruhan Pejabat

Wartawan Medan diteror orang diduga suruhan pejabat. Sebelum aksi teror, ia ditawari Rp 50 juta oleh orang suruhan pejabat.
Wartawan Medan Diteror Orang Diduga Suruhan Pejabat | Muhammad Arief Tampubolon wartawan sebuah media online di Kota Medan, saat menjelaskan kasus teror dan ancaman pembunuhan yang dialaminya, di Medan, Senin (9/7/2018). (Foto: Tagar/Wesly Simanjuntak)

Medan, (Tagar 10/7/2018) - Muhammad Arief Tampubolon wartawan sebuah media online di Kota Medan. Ia mendapat teror pelemparan batu. Teror itu diduga karena rencana pemberitaan terkait seorang penjabat (Pj) Wali Kota yang diduga ditangkap Kepolisian karena bermain judi.

Akibat pelemparan batu tersebut, kaca mobil depan milik Arief rusak parah. Selain itu, ia mendapat ancaman akan dibunuh oleh orang suruhan.

Hal itu disampaikan Arief dalam jumpa pers di Kota Medan, Senin (9/7). 

Ia menceritakan pengungkapan kasus perjudian seorang pejabat bersama lima orang rekannya yang diduga menjadi penyebab teror yang dialaminya.

Pada mulanya, cerita Arief, ia mendapat informasi bahwa telah ditangkap seorang pejabat Pemprov Sumut berinisial SH karena bermain judi. SH juga merupakan Penjabat (Pj) Wali Kota di salah satu daerah di Sumatera Utara.

SH ditangkap bersama 5 orang rekannya yakni berinisial  OD (kontraktor), AH (pejabat eselon 3 Pemprov Sumut), PS (kontraktor), Srh (mantan aktivis), dan RD (mantan aktivis).

Mereka diduga ditangkap pihak Kepolisian di salah satu hotel di Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan pada 20 Mei 2018 lalu.

Mendapat informasi tersebut, Arief berinisiatif mengumpulkan data dan dokumentasi terkait penangkapan tersebut. Pasalnya, 6 orang yang ditangkap tersebut diduga dilepaskan dari jerat hukum oleh oknum di kepolisian.

"Enam orang yang bermain judi itu diduga dilepaskan pada tanggal 21 Mei. Tepatnya satu hari setelah ditangkap polisi. Mereka dilepas pagi hari," ujar Arief. 

Setelah sebulan mencari data terkait kasus dugaan pelepasan 6 orang tersebut, Arief pun mendapat titik terang. Ia mendapat sejumlah data dan dokumentasi saat penangkapan 6 orang tersebut.

Arief mendapat foto SH saat di ruang penyidikan, foto KTP elektronik milik SH, dan foto saat enam orang tersebut ditangkap dalam kamar hotel. Selain itu, Arief juga mendapat bukti penting yakni rekaman video saat penggerebekan itu terjadi.

Ia mendapat semua dokumentasi tersebut dari seorang narasumber. Bukti-bukti tersebut diterima Arief pada 18 Juni 2018.

Arief menuturkan, video yang disimpannya tersebut merupakan bukti kuat adanya penggerebekan kasus perjudian itu. Dalam video terlihat lima orang yang ditangkap. Lalu petugas penegak hukum memperlihatkan kartu remi dan mengutip uang yang ada di atas tempat tidur.

"Saya kenal semua yang ada di video tersebut. Yang menangkap itu polisi. Saya kenal mereka," kata Arief sembari menyebut beberapa nama polisi yang ada dalam video.

Arief tidak langsung membuat berita dan mempublikasikan video tersebut setelah menimbang dalam video tersebut diduga terekam beberapa aparat penegak hukum. Ia pun masih memperkuat informasi agar beritanya nanti tidak membuatnya tersandung hukum.

Setelah mendapat informasi dan bukti terkait pelepasan 6 orang tersebut dari jerat hukum, Arief mengkonfirmasi sejumlah pihak di antaranya pada SH dan pihak kepolisian.

"Sebelum dan sesudah mendapat bukti itu saya melakukan konfirmasi, namun tidak mendapat jawaban dari SH dan kepolisian. Yang ditangkap itu tidak ditahan," terangnya.

Penggerebekan Judi Pejabat MedanPenggerebekan perjudian di sebuah hotel yang diduga melibatkan seorang Penjabat Wali Kota di sebuah daerah di Sumatera Utara. (Foto: Dok. Muhammad Arief Tampubolon)

Ditawari Rp 50 Juta

Setelah upaya konfirmasi yang gagal, Arief dihubungi sejumlah pihak yang mengaku orang suruhan SH. Pihak yang menghubungi itu berniat untuk bertemu Arief.

Arief mengaku pihak yang menghubunginya tersebut diperintahkan agar bernegosiasi dengan dirinya agar tidak mengunggah berita dugaan pelepasan 6 orang yang terlibat kasus perjudian itu.

Orang suruhan yang menghubungi dan menemui Arief bukan sembarang orang. Mereka berlatar belakang sebagai politisi, pejabat pemerintahan, akademisi, dan pengurus OKP.

Orang-orang itu menawarkan sejumlah uang agar Arief tidak menyebarkan video penggerebekan, dan tidak membuat berita penggerebekan tersebut.

"Pertama saya ditawari 50 juta rupiah. Lalu saya ditawari lagi 30 juta oleh orang yang berbeda. Permintaan mereka agar saya jangan menyebarkan video dan tidak membuat berita tersebut," ungkap Arief.

Namun, Arief menolak tawaran orang-orang tersebut, menolak dengan cara tidak kasar. Ia mengajukan permintaan yang ia yakin SH dan orang suruhannya tidak akan dapat memenuhinya.

Atas penolakan tersebut, Arief pun mendapat ancaman. Puncaknya terjadi pada Kamis (5/7). Pada hari itu seorang politisi ingin membahas terkait video tersebut dengan Arief. Kembali, Arief menolak.

"Saya tolak tawaran mereka. Lalu si BH (politisi) mengatakan jika mereka tidak bisa menghentikan saya, maka ada orang suruhan yang akan menghabisi saya," kata Arif.

"Narasumber yang memberikan video dan foto itu minta saya agar publikasi. Setelah acara ini, videonya akan saya share ke teman-teman media," lanjutnya.

Ancaman itu benar terjadi. 

Setelah pertemuan itu, Arief mengendarai mobil menuju pulang. Dalam perjalanan ia sempat singgah ke toko, membeli susu untuk anaknya.

Saat melintasi Jalan Bromo, Medan, tiba-tiba mobil yang ia kendarai dipepet pengendara motor. Pengendara motor itu membonceng seseorang. Seseorang yang dibonceng itu melemparkan batu besar ke arah kaca depan mobil Arief. Kaca mobil Arief pun hancur. 

"Saya duga mereka sudah mengikuti saya. Mereka melempar batu lalu berputar arah. Setelah itu mereka kabur. Kaca mobil rusak parah. Saya tidak terluka. Pelakunya orang tak dikenal," jelas Arief.

Setelah mendapat teror tersebut, Arief membuat laporan ke Polsek Medan Area. Hingga kini, pihak kepolisian masih menyelidiki kasus tersebut. Sedangkan pasca teror itu, tidak ada lagi orang-orang suruhan yang melobi Arief terkait kasus perjudian itu.

"SH ini orang penting di kelompoknya. Jadi kalau dia diganggu, teman-temannya pasti akan mengurusi. Mungkin jika kasus yang saya telusuri itu terungkap, bisa membahayakan posisi SH sebagai pejabat publik. Saya minta kepolisian agar menangkap pelaku penyerangan saya. Saya minta Kapolda Sumut untuk menahan 6 pemain judi yang digerebek di hotel itu," harap Arief.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja saat diminta konfirmasi atas apa yang disampaikan Arief, terkait pelepasan 6 orang terlibat perjudian itu, belum bisa memberikan penjelasan.

"Ya, Bang. Terima kasih infonya ya. Saya cek info ini terlebih dahulu ya," kata Kombes Tatan pada Tagar News, Senin malam (9/7). (wes)

Berita terkait