Wali Kota dan Wakil Kompak Kuliah Bareng

Wali Kota dan Wakil Wali Kota kompak kuliah bareng di Universitas Diponegoro. Mereka orang nomor satu dan nomor dua di Semarang.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan wakilnya, Hevearita Gunaryanti Rahayu kompak kuliah bareng di Universitas Diponegoro. (Foto: Berita Semarang)

Semarang, (Tagar 7/8/2018) - Ada pemandangan beda saat upacara penerimaan mahasiswa baru Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. Sosok dua orang yang tidak asing bagi masyarakat Semarang berdiri di antara ribuan mahasiswa baru.

Mereka adalah Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan wakilnya, Hevearita Gunaryanti Rahayu. Kehadiran dua pemimpin Kota Semarang tersebut bukan dalam kapasitas sebagai pejabat, melainkan sebagai mahasiswa baru. Ya keduanya tercatat diterima di Universitas Diponegoro (Undip) sebagai mahasiswa S3 dan S2 Undip.

Mas Hendi dan Mbak Ita, panggilan akrab Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang, tercatat sebagai mahasiswa baru program doktor dan magister di Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Tidak ada perlakuan khusus yang diberikan Undip kepada keduanya meski Hendi dan Ita adalah pejabat utama Kota Semarang.

Selain berbaur dengan mahasiswa lain yang usianya jauh lebih muda, saat mengikuti upacara penerimaan mahasiswa baru di Lapangan GOR Undip keduanya juga diwajibkan tampil dengan setelan busana putih dan hitam. 

Rektor Undip Prof Yos Johan Utama pun memakaikan jaket almamater kepada keduanya yang menjadi penanda diterima sebagai mahasiswa Undip.

"Saudara-saudara bisa mencontoh semangat Wali Kota dan Wakil Wali Kota, yang ditengah kesibukannya memimpin Kota Semarang masih menyempatkan diri untuk belajar dan menimba ilmu," kata Yos.

Hendi mengaku ilmu yang didapat di Undip akan diterapkan bagi kemaslahatan masyarakat Kota Semarang. 

"Saya merasa senang bisa diterima di Undip. Kebanggaan ini harus dibarengi dengan kuliah sungguh-sungguh dan selesai tepat waktu. Ilmunya bisa saya terapkan kepada masyarakat untuk bersama-sama membangun kota ini," tutur Hendi.

Rektor UndipTerima Mahasiswa Baru, Rektor Undip: Paham Radikal Dilarang | Rektor Universitas Diponegoro Prof Yos Johan Utama memakaikan jaket almamater kepada Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dalam upacara penerimaan mahasiswa baru Undip di Semarang, Jawa Tengah, Senin 6/8/2018. (Foto: Humas Undip)

Tidak Boleh Ada Paham Radikal

Undip tahun ini menerima 11.381 mahasiswa baru, terdiri program doktor 140 orang, magister 964 orang, spesialis 142 orang,  profesi 16 orang, program sarjana 8.239 dan program vokasi 1.896.

Rektor Yos menyampaikan Undip tidak hanya melayani mahasiswa yang berkemampauan secara ekonomi. Namun juga memberi kesempatan mahasiswa yang kurang mampu minimal 20 persen dari kuota yang ada. Bahkan Undip telah memberikan akses bagi lebih 30 persen mahasiswa yang tidak mampu baik melalui program bidikmisi maupun penetapan uang kuliah tunggal (UKT) kelompok 1 dan 2 serta 3.

"Tahun ini saja ada lebih dari 1.000 mahasiswa baru yang mendaftar dan sudah memenuhi administrasi untuk diusulkan untuk memperoleh bidik misi," ungkapnya.

Prof Yos juga berpesan bahwa toleransi dan keberagaman di Undip harus terus dipupuk dan dijaga mengingat Undip adalah cerminan dari Indonesia. 

"Undip adalah Indonesia mini, karena mahasiswa Undip berasal dari segenap suku bangsa yang ada di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Walaupun berbeda-beda suku bangsa, kalian dipersatukan Undip. Di Undip tidak ada semangat kesuku-sukuan, tidak ada suku Papua, suku Jawa, suku Batak, suku Bugis karena kita semua adalah insan-insan yang cinta NKRI," tandasnya.

Pesan kedamaian tersebut juga ditujukan kepada delapan mahasiswa asing dari Senegal, Timor Leste, Uganda, Sudan, Libya dan Nigeria. Karenanya Undip melarang keras penyebaran paham radikalisme, kesukuan, ras, maupun paham lain yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Paham yang menyimpang dari ajaran Panacasila tidak ada tempat di bumi Undip.

"Para mahasiswa dididik di Undip agar setelah lulus bisa menjadi penebar virus kasih sayang dan penebar rahmatan lil alamin. Oleh karenanya selama di Undip saya melarang dengan tegas segala bentuk perpeloncoan dan penistaan karena semua itu adalah pelanggaran atas hak asasi manusia dan kriminal," tegasnya. []

Berita terkait
0
Negara Mana Penyumbang Terbesar ACT, Apa Motifnya
Negara mana saja penyumbang terbesar untuk yayasan ACT atau Aksi Cepat Tanggap. Dan negara mana saja menerima dana terbesar dari ACT. Apa motifnya.