Jakarta - Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani, mengatakan penceritaan visual melalui video storytelling dapat menggoda wisatawan untuk berkunjung karena efektif memperlihatkan daya tarik destinasi wisata di Indonesia.
Rizki menganggap video storytelling cara yang baik untuk mempromosikan sekaligus memperkenalkan nilai-nilai atau makna yang terkandung di setiap destinasi wisata. Karena pariwisata, kata dia, merupakan pengalaman akan cerita yang terkandung di balik destinasi wisata yang ada, seperti Subak di Bali misalnya.
Karena 90 % otak manusia menerima informasi dalam bentuk visual.
Hal itu dikatakan Rizki ketika webinar wisata bertema Mengangkat Nilai-Nilai Produk Wisata Warisan Budaya Dunia melalui Video Storytelling pada Kamis 9 Juli 2020.
"Orang bilang, subak merupakan sawah berundak, tetapi ternyata sawah berundak di Bali memiliki satu nilai yang berbeda. Nilai-nilai destinasi wisata ini yang harus kita perkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Agar ada rasa bangga, betapa hebatnya nenek moyang kita dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia," kata Rizki melalui keterangan tertulisnya.
Ketua Indonesia Heritage Trust/Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, Catrini Pratihari Kubontubuh menambahkan, Subak tidak hanya sekadar sawah berundak atau irigasi. Namun, Subak merupakan organisasi petani pengelola irigasi yang bersifat sosio kultural dalam suatu kawasan sawah tertentu, memiliki sumber air, memiliki pura subak, dan bersifat otonom.
"Setiap orang Bali yang bercerita mengenai Subak tentu menggambarkan gunung, sawah, pura tempat sembahyang, dan ada kegiatan manusia. Sebenernya ini adalah inti sari dari Subak," kata Catrini.
Ia menuturkan, untuk menceritakan banyaknya nilai-nilai yang terkandung di balik Subak dibutuhkan sebuah media yang dapat menggambarkan keindahan serta keunggulannya, seperti melalui penceritaan visual.
Content Writer Astrid Savitri yang menjadi pengisi webinar wisata ini menjelaskan penceritaan visual adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui media visual, seperti foto, video, simbol, warna, ataupun ilustrasi. Penceritaan visual sangat penting bagi manusia. "Karena 90 % otak manusia menerima informasi dalam bentuk visual," ujar Astrid.
Melalui informasi visual, kata dia, seseorang akan lebih mudah dan lebih cepat untuk memahami sebuah informasi serta membuat informasi lebih menarik.
Astrid mengatakan video storytelling merupakan teknik bercerita menggunakan format video yang menarik. Biasanya digunakan untuk menceritakan sebuah brand, destinasi wisata, atau produk wisata. Sehingga siapapun yang melihat dapat tergoda untuk membeli jika produknya makanan, tetapi jika produknya adalah wisata maka semaksimal mungkin yang melihatnya merasa tertarik untuk datang.
"Membuat kisah yang dapat menyentuh hati, menyulut hubungan emosional, dan menghadirkan solusi bagi wisatawan yang menyaksikan video tersebut,” kata Astrid.