Urus Ijazah SMA Paket C Jelang Pilpres, Sinyal Susi Ditunjuk Cawapres?

Urus Ijazah SMA Paket C Jelang Pilpres, Sinyal Susi Ditunjuk Cawapres? Susi peringkat pertama dari 569 peserta se-Ciamis.
Urus Ijazah SMA Paket C Jelang Pilpres, Sinyal Susi Ditunjuk Cawapres? | Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (tengah) dengan pakaian adat Aceh di Sabang, 2 Desember 2017. (Foto: Instagram/Fika Fawzia)

Jakarta, (Tagar 14/7/2018) - LSM Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia menyatakan peluang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjadi terbuka untuk menjadi calon wakil presiden setelah yang bersangkutan meraih ijazah setara SMA.

"Dengan terpenuhinya syarat formal tersebut, saya kira peluang untuk menjadi cawapres makin terbuka," kata Koordinator Nasional DFW Indonesia Abdi Suhufan di Jakarta, Sabtu (14/7) dilansir Antara.

Menurut dia, hal tersebut makin terbuka karena ditambah dengan tingginya tingkat kepopuleran Menteri Susi selama ini ditengah masyarakat.

Abdi mengingatkan bahwa selama ini nama Susi Pudjiastuti kerap muncul di sejumlah survei yang terkait dengan Pilpres.

"Problemnya adalah apakah ada parpol yang berminat mengusung?" katanya.

Ia juga mempertanyakan apakah Presiden Jokowi juga berminat untuk menjadikan Susi sebagai cawapres.

Sebagaimana diwartakan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meraih ijazah setara SMA setelah lulus ujian Paket C di satu SMA negeri di daerah domisilinya, Pangandaran, Jawa Barat, 11 sampai 13 Mei 2018.

Asisten Pribadi Menteri Susi, Fika Fawzia, dalam akun sosial media Instagram sebagaimana dipantau, Jumat malam, menyatakan bahwa tepatnya pada tanggal 7 Juni 2018, Menteri Susi dinyatakan lulus dan pada hari Jumat (13/7) kemarin baru menerima ijazah Paket C yang tertera namanya.

Fika dalam akunnya tersebut mengungkapkan bahwa perjalanan Menteri Susi mencapai keberhasilan tersebut dimulai pada tanggal 16 Juni 2015, yaitu seusai sidang kabinet kala itu.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (saat itu) Anies Baswedan menghampiri Susi Pudjiastuti dan menanyakan apakah pada tahun depan ingin mengikuti ujian Paket C.

Awalnya tawaran itu hanya ditanggapi Menteri Susi dengan canda dan keengganan. Akan tetapi, Anies terus membujuk sehingga akhirnya Menteri Susi mengiyakan permintaan tersebut.

"Saya yang berjalan di belakang mereka berdua awalnya hanya sayup-sayup mendengar percakapan tersebut. Namun, akhirnya Pak Anies menoleh ke arah saya, 'Kamu saksi, ya. Ibu sudah bilang mau, jadi tahun depan kita atur'," tutur Fika dalam akunnya.

Namun, karena kesibukan Menteri Susi di kabinet dan amanahnya untuk mengemban tugas sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, baru pada bulan Mei 2018 menyempatkan diri mengikuti proses ujian Paket C.

Ternyata hasilnya, Menteri Susi tidak hanya lulus dan meraih ijazah setara Paket C, tetapi dia juga berhasil meraih peringkat nomor 1 dari 569 peserta se-Ciamis.

Program Kerja

Melihat ramainya pembahasan siapa cawapres yang akan mendampingi Jokowi, Emrus Sihombing pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan mengatakan bahwa program kerja yang ditawarkan lebih penting untuk menjadi pertimbangan dipilih daripada hanya melihat figur.

Emrus menilai sistem politik di Indonesia belum matang serta ideologi Pancasila belum mengakar dalam kehidupan sehingga membuat masyarakat lebih fokus pada pasangan calon daripada program-programnya.

Ia mencontohkan Singapura yang politiknya lebih matang tampak dalam pemilihan presiden pada tahun 2017 yang terpilih adalah seorang dari minoritas.

"Menjadi persoalan ketika menjadi calon presiden dan pasangannya menjadi sentral ibarat masinis kereta api atau nakhoda kapal," ucapnya.

Meski begitu, dia menilai dalam Pemilu Presiden 2019 menjadi pembicaraan menarik karena cawapres akan mendapat karpet merah menuju calon presiden pada tahun 2024.

Terkait dengan hal itu, dia yakin kini perbincangan dalam parpol sedang intensif dalam menganalisis pasangan calon, baik dari partai maupun bukan partai.

"Bisa partai, bisa bukan partai, siapa pun dengan asumsi menang dan berpeluang dalam capres pada Pilpres 2024. Perbincangan ini jadi menarik," tutur Emrus.

Emrus berpendapat partai koalisi mempertimbangkan tentang elektabilitas cawapres yang akan berpasangan dengan Jokowi karena berdasarkan survei masih di bawah 50 persen. (af)

Berita terkait
0
Muhaimin Iskandar, Blunder Sejarah menyulitkannya di Pilpres 2024
Blunder-blunder sejarah akan menyulitkan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Pilpres 2024, belum lagi fakta-fakta lain. Cak Imin diminta realistis.