Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjanjikan peningkatan bantuan militer ke Libya agar pemerintahan negara itu diakui secara internasional.
"Kami akan mengevaluasi semua jenis dukungan militer termasuk opsi darat, laut dan udara jika perlu," kata Erdogan dalam pidato di Provinsi Kocaeli, seperti dikutip dari AFP, Minggu, 22 Desember 2019.
Erdogan menyampaikan pendapat tersebut setelah parlemen Turki resmi meratifikasi kesepakatan kerja sama keamanan dan militer antara Turki dan Libya yang ditandatangani November 2019 lalu.
Diketahui, Turki mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB, berbasis di Ibu Kota Tripoli yang saat ini tengah melawan pasukan pemberontak pimpinan Khalifa Haftar.
Sementara itu, Haftar didukung oleh Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Negara-negara ini memiliki hubungan yang kurang baik dengan Turki.
Pada Sabtu, 20 Desember 2019, pasukan Haftar mengklaim telah menangkap sebuah kapal Turki. Namun pihak Ankara belum memberikan komentar atas informasi tersebut.
Di sisi lain, Turki dikritik karena telah membuat perjanjian batas-batas maritim dengan Libya pada November lalu. Perjanjian itu memetakan batas di timur Laut Mediterania, memotong wilayah laut yang diklaim milik Yunani.
Kendati demikian, Erdogan tidak akan meundur dari perjanjian yang telah dibuat meski mendapat pertentangan.
"Mereka yang menentang kita tidak memiliki kesadaran akan hak, hukum, keadilan, etika atau belas kasihan," ujar Erdogan, Minggu, 21 Desember 2019.
Atas kesepakatan itu, sejumlah negara terkait seperti Yunani, Siprus dan Mesir bersitegang terkait hak pengeboran minyak dan gas di wilayah tersebut.
Ketiga negara itu menyebut perjanjian baru itu tidak konsisten dengan hukum internasional. Bahkan, Yunani telah mengusir duta besar Libya. []