Tujuh Preman Fenomenal di Indonesia

Tagar merangkum 7 nama preman legendaris paling terkenal dan menakutkan di tanah air
Preman Fenomenal di Indonesia. (Ilus.NUOL)

Jakarta, (Tagar 19/1/2018) - Fenomena preman di Indonesia mulai berkembang ketika krisis ekonomi maupun angka pengangguran semakin tinggi. Preman sangat identik dengan dunia kriminal serta kekerasan, sebab kegiatan preman tidak lepas dari pemerasan dan pemaksaan untuk mendapatkan penghasilan.

Preman di Indonesia makin lama makin sukar diberantas karena ekonomi yang semakin memburuk dan kolusi antar preman, serta petugas keamanan setempat dengan mekanisme berbagi setoran. Sering juga terjadi perkelahian antar preman, dengan alasan memperebutkan wilayah garapan yang beberapa di antaranya menyebabkan jatuh korban jiwa.

Sejarah mencatat, Indonesia pernah memiliki sejumlah preman yang dikenal menakutkan dan meresahkan masyarakat. Bahkan, pemerintah kesulitan menangani perilaku mereka. Berikut Tagar merangkum 7 nama preman legendaris paling terkenal dan menakutkan di tanah air:

Shara Oloan Panggabean

Sahara Oloan Panggabean terlahir di Tarutung, 24 Mei 1941 dan meninggal di Medan, 30 April 2009 pada umur 67 tahun, adalah seorang tokoh yang terkenal karena kegiatannya di bidang perjudian dan sifat filantropinya. Olo adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Friedolin Panggabean dan Esther Hutabarat. Hingga akhir hayatnya Olo tidak pernah menikah.

Pada masa mudanya, Olo Panggabean dikenal sebagai preman besar, dan sering disebut sebagai seorang "raja perjudian" yang berpengaruh di kawasan Petisah, meskipun tuduhan terhadapnya belum dapat dibuktikan pihak berwajib.

Pada masa hidupnya, untuk menemui atau melihat sosoknya bukan perkara mudah. Hanya orang-orang tertentu yang tahu keberadaanya di suatu tempat, itu pun dengan pengawalan berlapis-lapis. Sang raja judi tersebut juga selalu menghindari wartawan, bahkan pernah memberikan uang kepada wartawan untuk tidak mewawancarainya atau mengabadikan dirinya melalui foto.

“Jangan panggil saya Pak. Panggil saja Bang, soalnya kan saya sampai sekarang masih lajang,” ucap Olo.

Hercules

Hercules merupakan seorang pejuang yang pro terhadap NKRI, ketika terjadi ketegangan Timor-Timur sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1999. Hercules dipercaya memegang logistik oleh Kopassus ketika menggelar operasi di Timor-Timur. Musibah yang dialaminya di Tim-Tim membuatnya terpaksa menjalani perawatan intensif di RSPAD.

Menurut Hercules, dirinya masuk ke Jakarta sekitar tahun 1987. Hercules mulai membangun daerah kekuasaannya di Tanah Abang bersama teman-temannya dari Timor-Timur. Dari kelompok kecil, hingga Hercules membawa sekitar 17 ribu orang pasukannya yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.

“Saat itu saya sudah main ke Tanah Abang dan setelah selesai di Hankam, saya ke Tanah Abang lagi. Saya merebut daerah hitam dan di situ pertarungan sengit. Hampir tiap malam ada orang mati,” ujar Hercules.

John Refra Kei

John Refra Kei atau biasa disebut John Kei merupakan tokoh pemuda asal Maluku yang lekat dengan kekerasan di Ibukota. Namanya semakin terkenal ketika tokoh pemuda asal Maluku juga, Basri Sangaji meninggal dalam pembunuhan sadis di Hotel Inn, Kebayoran, Jakarta Selatan pada 12 Oktober 2004 lalu.

Dua tokoh pemuda Maluku tersebut bersaing untuk mendapatkan nama lebih besar. Sehingga dari kematian Basri, nama John Kei tanpa saingan. John Kei bersama kelompoknya seperti momok menakutkan bagi warga Jakarta.

Diketahui, John Kei adalah pemimpin dari sebuah himpunan para pemuda Ambon asal Pulau Kei di Maluku Tenggara, Angkatan Muda Kei (AMKEI). Mereka terkumpul pasca kerusuhan di Tual, Pulau Kei pada Mei 2000 lalu. John Kei mengklaim, anggota dari AMKEI mencapai 12 ribu orang. John mulai mengelola bisnisnya sebagai debt collector alias penagih hutang.

Kusni Kadut

Kusni Kadut adalah seorang preman sekaligus penjahat dan perampok kelas kakap yang pernah ada di Indonesia, bahkan bisa dibilang dirinya sebagai preman paling legendaris, karena banyak melakukan aksi mengerikan. Salah satu aksi paling fenomenal dari Kusni Kadut yakni saat dirinya merampok barang-barang dari Museum Nasional Jakarta, dengan menyamar sebagai polisi dan membawa kabur 11 permata.

Dicky Ambon

Preman berkuasa di wilayah Yogyakarta yang banyak melakukan aksi kejam, seperti asusila kepada wanita, perampokan, pencurian, hingga pembunuhan. Kasus paling besar yang pernah dilakukan oleh Dicky Ambon yaitu pengeroyokan terhadap seorang prajurit TNI. Akibatnya, Dicky Ambon dan tiga orang temannya diringkus.

Slamet Gundul

Salah satu preman yang paling dicari oleh Polri tahun 1989, Direktur Reserse Kriminal Mabes Polri Koesparmono Irsan memperintahkan untuk menangkap Slamet Gundul hidup atau mati. Perintah tersebut, adalah buntut dari aksi keji Slamet Gundul dan kelompoknya. Mereka sering sekali merampok nasabah bank yang baru mengambil uang.

Johny Indo

Seorang pria dengan tubuh jangkung yang menjadi orang mengerikan, dengan melakukan aksi perampokan, terutama di toko emas Jakarta Pusat. Dalam aksinya, dirinya kerap membawa pistol hingga tidak mampu mencegahnya.

Akhirnya, polisi melaksanakan pengejaran dan berhasil menahan Johny bersama anggota-anggotanya. Meski dirinya berstatus preman dan perampok, hasil curiannya diberikan kepada warga tidak mampu. Sehingga dirinya dikenal dengan sebutan Si Pitung atau Robin Hood.

Johny Indo semakin terkenal saat ia berhasil melarikan diri dari penjara dengan pengamanan sangat ketat di pulau Nusakambangan. Namun pelariannya tak berlangsung lama, Johny pun ditangkap kembali dan menjalani sisa hukumannya dan hukuman tambahan akibat pelariannya itu.

Kini Johny yang telah menjadi mualaf dikabarkan tinggal di Sukabumi serta mendalami agama Islam dan menjalani kehidupan sufi. (ard/dbs)

Berita terkait