Tugas Wajib Jurnalis Sebagai Gerbang Informasi

Seorang wartawan memiliki tugas authenticator, yakni konsumen memerlukan wartawan yang bisa memeriksa keautentikan suatu informasi.
Ilustrasi (Brainstormescape)

Jakarta, (Tagar 29/3/2018) – Saat ini, lanskap media dinilai telah berubah. Ketua Yayasan Pantau, Andreas Harsono mengatakan, internet praktis dianggap dapat menghancurkan peranan ruang redaksi sebagai penjaga gerbang informasi.

"Namun teknologi internet tak mengubah makna tentang keperluan informasi yang bermutu agar masyarakat bisa mengambil keputusan substansial," ujarnya dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Dewan Pers yang turut menghadirkan para wartawan maupun praktisi media di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (29/3).

Sedikitnya ada delapan fungsi yang harus dijalankan wartawan di tengah-tengah maraknya hoax dan informasi di berbagai media, misalnya dalam buku Blur: How to Know What’s True in the Age of Information Overload karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menjelaskan delapan tugas yang wajib dijalankan seorang wartawan.

Pertama, seorang wartawan memiliki tugas authenticator, yakni konsumen memerlukan wartawan yang bisa memeriksa keautentikan suatu informasi.

Kedua adalah sense maker yakni menerangkan apakah informasi itu masuk akal atau tidak.

Selanjutnya ketiga, investigator yakni wartawan harus terus mengawasi kekuasaan dan membongkar kejahatan.

Keempat, witness bearer yakni kejadian-kejadian tertentu harus diteliti dan dipantau kembali dan dapat bekerja sama dengan reporter warga.

Adapun tugas kelima adalah empowerer yakni saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan warga untuk menghasilkan dialog yang terus-menerus pada keduanya.

Keenam adalah smart aggregator yakni wartawan cerdas harus berbagi sumber berita yang bisa diandalkan, laporan-laporan yang mencerahkan, bukan hanya karya wartawan itu sendiri.

Ketujuh adalah forum organizer yakni organisasi berita, baik lama dan baru, dapat berfungsi sebagai alun-alun di mana warga bisa memantau suara dari semua pihak, tak hanya kelompok mereka sendiri.

Selain itu, tugas kedelapan, role model, yakni tak hanya bagaimana karya dan bagaimana cara wartawan menghasilkan karya tersebut, namun juga tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik untuk dijadikan contoh.

Buku karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Pantau bekerja sama dengan Dewan Pers dan diluncurkan di Jakarta.

Leo Batubara, salah satu wartawan senior mengatakan, ‘pemenang pertandingan’ dalam industri media adalah pihak yang taat terhadap kode etik, sepuluh elemen jurnalisme serta delapan fungsi wartawan seperti yang ditulis dalam buku Blur tersebut.

Mantan pengurus Dewan Pers ini memaparkan di mana pun seorang wartawan bekerja, ketiga hal tersebut menjadi sangat penting untuk ditaati.

Endy Bayuni, salah seorang wartawan senior lainnya, mengatakan hal yang seringkali dilupakan adalah melakukan cek dan ricek karena siaran berita yang lebih didahulukan.

"Cek dan ricek diabaikan, yang penting tulis saja dulu, post saja dulu. Respons dari pihak lainnya mungkin akan datang dalam 1-2 jam kemudian." tuturnya. (rio)

Berita terkait