Tracing Corona Selamatkan Nyawa dan Putus Penularan

Contact tracing untuk menemukan yang pernah kontak dengan seorang yang terinfeksi virus corona untuk selamatkan nyawa dan putus rantai penularan
Ilustrasi contact tracing. (Sumber: medpagetoday.com)

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Contact tracing yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini dinas-dinas kesehatan, untuk menemukan orang-orang yang pernah kontak, terutama close contact, dengan seorang yang terinfeksi virus corona (Covid-19) merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menyelamatkan nyawa warga. Dengan menemukan orang-orang yang pernah kontak dengan seorang yang terinfeksi virus corona, maka bisa dilakukan pengobatan di rumah sakit dan memutus mata rantai penularan virus dengan isolasi.

Selain itu dengan menemukan orang-orang yang pernah kontak dengan seorang yang terinfeksi virus corona, maka kontak berikutnya diputus. Ini merupakan bagian dari memutus mata rantai penyebaran virus corona. Sampai tanggal 15 Maret 2020 kasus infeksi virus corona di Indonesia dilaporkan 117 dengan 5 kematian dan 8 sembuh.

Tapi, sosialisasi yang kurang membuat sebagian orang merasa dimata-matai melalui contact tracing dan mereka menganggap isolasi di rumah sakit sebagai karantina atau pengasingan. Padahal, dengan isolasi risiko menularkan virus corona ke orang lain, terutama di lingkungan keluarga, diputus dan pengobatan dilakukan secara medis.

1. Informasi virus corona yang tidak memberikan edukasi

Maka, amatlah tidak masuk akal ketika seorang perempuan pasien corona yang diisolasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur kabur dengan bantuan keluarga pada 13 Maret 2020. Memang, seperti dikatakan oleh Dirut RSUP Persahabatan, Rita Rogayah, pasien corona itu kabur karena pengetahuan yang rendah terkait dengan virus corona. Dalam bahasa lain Rita mengatakan kurang edukasi. Rita pun meminta agar media meningkatkan edukasi tentang virus corona agar tidak ada lagi pasien corona yang melarikan diri dari ruang perawatan atau isolasi.

Ketika pasien perempuan itu kabur ada risiko dia menularkan virus corona ke orang lain, terutama di lingkungan keluarga. Ini yang tidak dipahami pasien itu dan keluarga yang menjemputnya. Ketika ada anggota keluarganya yang terinfeksi, maka orang-orang lain yang punya kontak dengan anggota keluarganya tadi juga berisiko tertular virus corona.

Hanya dengan menemukan orang-orang yang pernah kontak dengan seseorang yang terinfeksi virus corona mata rantai penyebaran atau penularan virus corona bisa dihentikan. Maka, perlu pembelajaran bagi masyarakat tentang virus corona secara komprehensif. Ini merupakan salah satu kewajiban media massa dan media online bahkan media sosial sebagai tanggung jawab profesi bagi wartawan dan tanggung jawab sosial bagi netizen.

Opsi lockdown seperti yang dianjurkan oleh mantan Wapres Jusuf Kalla tidak merupakan langkah yang baik karena tanpa lockdown Korea Selatan justru bisa menurunkan insiden infeksi baru penyebaran virus corona dengan indikator temuan kasus baru yang rendah. Sedangkan Italia yang melakukan lockdown dengan skala nasional justru jumlah kasus infeksi terus bertambah.

2. Tanpa contact tracing kasus baru akan terus bertambah

Seperti dikatakan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Virus Corona, Achmad Yurianto, lockdown justru mendorong penyebaran virus di kawasan yang di-lockdown antar warga. Memang, tidak ada warga yang keluar masuk, tapi warga di kawasan yang di-lockdown bisa jadi ada yang terinfeksi virus corona dan tidak terdeteksi sehingga jadi mata rantai penyebaran virus.

Baca juga: Indonesia Tidak Akan Lakukan Lockdown Terkait Corona

Data di situs worldometers pada tanggal 15 Maret 2020 pukul 15.25 GMT atau 22.25 WIB, misalnya, kematian terkait corona di Italia 1.441, Iran 724, dan Spanyol 291. Sedangkan Korsel 75. Kasus baru Iran 1.209, Spanyol 1.326 dan dan Jerman 827. Sedangkan China melaporkan kasus baru 25 dan Korsel 76. Sedangkan jumlah kasus di luar China menunjukkan Italia 21.157, Iran 13.938, sedangkan di Korsel 8.162.

Di awal epidemi HIV/AIDS di Indonesia pun ada opsi untuk melakukan contact tracing yaitu mencari orang-orang yang pernah melakukan hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV/AIDS agar rantai penularan bisa diputuskan. Bahkan, ada anjuran agar di lokalisasi pelacuran ada buku tamu yang mencatat identitas laki-laki ‘hidung belang’ yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK). Ini dimaksudkan agar kelak bisa dilacak jika ada PSK yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Tapi hal ini ditentang habis-habisan oleh beberapa kalangan. Alasan yang disampaikan al. adalah hal itu merupakan perbuatan yang melanggar hak asasi manusia (HAM). Maka, tidak mengherankan kalau kemudian kasus HIV/AIDS di Indonesia melonjak mendekati angka 1 juta. Saat ini Indonesia merupakan negara keempat tercepat pertambahan jumlah kasus baru HIV/AIDS setelah China, India dan Rusia.

Jika pandemi virus corona tidak ditangani dengan cara-cara yang ekstrim, seperti contact tracing, maka penyebaran virus corona akan jadi masalah besar karena akan menginfeksi banyak warga. Ini beban berat bagi negara dalam berbagai aspek, mulai dari perekonomian, politik, sosial dan kesehatan masyarakat. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id

Berita terkait
PGI Dukung Ibadah Online Kurangi Dampak Virus Corona
PGI mendukung ibadah di gereja dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dan teknologi digital dengan mengembangkan e-church.
Pandemi Virus Corona, ASN di Jawa Timur Tak Libur
Meski sudah ada instruksi Presiden, tetapi Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya tetap bekerja seperti biasanya.
Virus Corona, Sekolah di Makassar Bakal Diliburkan
Akibat virus corona, Dinas Pendidikan Kota Makassar, akan melakukan rapat kordinasi untuk meliburkan anak-anak didik untuk sementara waktu.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.