Tiga Musisi Paling Keras Tolak RUU Permusikan

Tiga di antara yang paling vokal menolak RUU Permusikan adalah Jerinx_SID, Arian 13 Seringai, dan Gleen Fredly.
Jerinx SID, Arian 13, Glenn Fredly. (Foto: Tagar/Regita Putri)

Jakarta, (Tagar 6/2/2019) - Banyak musisi menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Permusikan. Tiga di antara yang paling vokal menolak, adalah Jerinx_SID, Arian 13 Seringai, dan Gleen Fredly.

Jerinx SID

"Jika benar ingin menyejahterakan musisi, sudah ada undang-undang, tinggal memaksimalkan saja. UU lama saja masih sering dilanggar, ini kok malah mau bikin UU baru. Jangan pura-pura gak tahu proses perancangan RUU hingga jadi UU memakan budget yang tidak sedikit," tulis Jenrix SID dalam akun Instagramnya @jrxsid.

Bahkan pemilik nama lengkap I Gede Ari Astini ini sampai ribut dengan anggota komisi X DPR sekaligus seorang musisi, Anang Hermansyah sebagai inisiator RUU tersebut.

"Dan faktanya jika inisiatornya adalah Anang Hermansyah yang sebentar lagi lengser, membuat ritme catur Mas Anang lebih tertebak," tutur Jerinx SID dengan gamblang di akun Instagramnya.

Baca juga: Addie MS Menahan Diri dari Polemik RUU Permusikan, Ini Alasannya

Drummer dari grup musik Superman Is Dead ini dikenal sebagai musisi yang memiliki idealisme tinggi. Lagu yang ia tulis menyalurkan energi musik bernuansa perlawanan. Baginya musik bukan sekadar sarana hiburan, namun bisa menjadikan fanbase ini sebuah wadah positif untuk melakukan perubahan.

Pria yang lahir di Bali pada 10 Februari 1977 ini tidak hanya menjadi musisi, namun juga ikut berperan dalam beberapa layar lebar, seperti Seribu Ombak karya Erwin Arnada, dan Description Without Place karya Richard OH.

Pria yang senang melukis tubuhnya ini juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ini terlihat dari kegiatannya di luar musik, seperti mengkampanyekan kontrol terhadap populasi orang utan. 

Baginya tato adalah hal penting karena dibawa sampai mati. Setiap tato yang ada di tubuhnya memiliki arti tersendiri, seperti tato pertamanya adalah tribal Anthony 'Red Hot Chili Peppers', salah satu grup musik favoritnya saat itu. 

Ada juga tato bertuliskan 'Grand Mom' yang dia dedikasikan untuk nenek yang meninggal saat hari ulang tahunnya. Lainnya ada tato judul lagu country yang dibawakan social distortion, tato Lady Rose untuk seseorang yang spesial dalam hidupnya, tato naga yang merupakan shionya dan menara kembar WTC yang runtuh akibat aksi terorisme. Dikutip dari qubicle.id, Rabu (6/2).

Arian 13

Arian 13 juga termasuk musisi yang keras menolak RUU Permusikan. Vokalis sekaligus penulis lagu bernama asli Arian Arifin ini menyebut RUU itu sebagai ancaman.

"Kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, dan kebebasan bermusik di negara ini sedang berada dalam ancaman, saatnya kita semua bersatu untuk #tolakruupermusikan," tulis pemilik akun instagram seringai_official.

Arian 13 tidak bisa dipisahkan dari Lawless Jakarta, dimana dirinya menjadi salah satu pengurus utamanya. Sebagai seniman visual, karya-karyanya punya peranan penting dalam membentuk imej Seringai dan Lawless menjadi punya ciri khas tersendiri.

Kegemaran mendengarkan musik menjadi awal kolektor musik ini terjun ke dunia seni musik, baginya musik sangat berpengaruh dalam hidupnya. Hingga dia juga mengoleksi piringan hitam. Memiliki passion musik lebih ke metal dan punk rock.

"Ya, gue sih sebenarnya pada dasarnya emang suka semua musik. Cuman passion-nya yang paling gede tuh ke metal dan punk rock, itu artinya lebih banyak kayak, let say, ada konser Neurosis, ada konser My Bloody Valentine. Gue disuruh pilih mana, ya gue pilih Neurosis. Dua-duanya pengen, tapi gue lebih mau nonton itu," tutur Arian 13, dikutip  qubicle.id.

Ditengah merintis jalan hidup dalam musik rock, Arian pernah menjabat sebagai vokalis Puppen, diteruskan dengan posisi vital di tubuh Seringai. Jagat Rock Indonesia patut berterima kasih kepada Arian dan Seringai atas kelahiran lagu-lagu cadas  dengan lirik provokatif yang baik tanpa menghilangkan esensi rock yang lekat dengan citra garang.

Di balik tato yang memenuhi tangan, juga terkesan angker yang hadir lewat aksi panggungnya, Arian adalah sosok bersahabat, cair, juga humoris. Namun, ketika RUU permusikan akan direvisi, dia dengan tegas menunjukkan sikap penolakan, mengungkapkan pendapatnya lewat media sosial miliknya.

"Mereka seperti ingin meregulasi kebebasan berekspresi dan proses mencipta sendiri? Padahal, yang dibutuhkan sekarang adalah perlindungan atas hak cipta, bukan pembatasan tentang hak mencipta," tulisnya dalam akun Instagram @derupiston.

Glenn Fredly

Musisi yang satu ini sudah sangat tidak asing di telinga para pencinta musik, Glenn Fredly. Memulai karier dari tahun 1995 menjadi vokalis "Funck Selection", kemudian jangka waktu 3 tahun berhasil meluncurkan sebuah album solo bertajuk GLENN.

Mantan suami Sandra Dewi itu semakin dikenal banyak masyarakat lewat lagu-lagunya, seperti "Kau", "Cukup Sudah", dan "Mobil Mama". Kemudian disusul album keduanya bertajuk "Kembali", Glenn berhasil membawa lagu hitsnya saat itu, yakni "Salam bagi Sahabat" dan "Kasih Putih".

Pencapaian karier putra kelahiran Ambon, Maluku, 30 September 1975 semakin matang. Menggeluti dunia seni musik telah berkolaborasi dengan Ras Muhammad dan Tohpati.   Pelantun lagu "Januari" itu tidak berhenti untuk mengekspresikan apa yang ada dirasakan, bahkan saat RUU permusikan akan direvisi, pemilik nama lengkap Glenn Fredly Devianto Latuihamalloa ini menolak.

Alasan  penolakannya itu disampaikan bahwa yang perlu dibenahi adalah sistem tata kelola musik, bukannya membatasi seseorang dalam mengekspresikan perasaannya lewat lagu. Pendapat itu ditulis di akun Instagramnya.

"Karena RUU permusikan ini adalah usulan dari DPR maka inisiatif ini perlu dikawal dan dikaji lebih dalam supaya keberadaannya tidak tumpang tindih dengan keberadaan UU yang sudah ada sebelumnya. Kami usulkan adalah fokus terhadap tata kelola industri musiknya, bukan hal di luar itu, misalnya kebebasan berekspresi," tulis Glenn di akun Instagramnya. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.