Bandung - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, mengatakan kasus penularan Covid-19 di Jawa Barat secara umum trennya ada kenaikan yang dipicu dari munculnya tiga klaster yakni, klaster keluarga, industri dan perkantoran. Klaster baru yaitu, keluarga, sampai saat ini masih diteliti Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar.
Sedangkan klaster industri, saat ini memang trendnya mulai menurun seiring dengan kesepahaman antara Gugus Tugas Covid-19 Jabar dengan pihak industri yang terus berupaya menekan angka kasus Covid-19 di sektor industri dengan terus mengawasi para pekerja sepulang bekerja.
“Sekarang para pekerja wajib mengisi kegiatan apa yang dilakukan sepulang kerja. Sehingga oleh gugus tugas perusahaan dilakukan pengetesan juga komitmen pengetesan mandiri dengan biaya sendiri,” kata Ridwan Kamil di Bandung, 10 September 2020.
1. Rasio Pengetesan di Jabar Diklaim Lebih 50 Ribu
Sama halnya dengan klaster perkantoran, diketahui bahwa penularan Covid-19 dipicu oleh kebiasaan pegawai yang tidak disiplin dalam berkegiatan setelah bekerja. Sebab, kalau merujuk SOP perkantoran terutama di instansi pemerintah sudah sangat ketat. Sehingga dari hasil analisa kasus perkantoran sama halnya dengan kasus industri yang dipicu oleh tidak disiplinya pegawai atau pekerja setelah pulang bekerja.
“Untuk klaster perkantoran, khususnya di instansi pemerintah diimbau untuk disiplin. Jangan sampai ada kasus penutupan lagi. ASN di Jawa Barat harus menjadi contoh, contoh disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan baik di kantor, di luar, di rumah,” ujarnya.
Adapun mengenai rasio pengetesan, dalam seminggu ini sudah diatas 50.000. Melihat capaian tersebut ia optimis Jawa Barat bisa memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu pengetesan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) sebanyak satu persen dari jumlah penduduk dalam lima minggu ke depan.
“Berita baik, Jabar sudah melakukan pengetesan per minggu di atas 50 ribu, melompat dari 19 ribu. Sehingga kini butuh lima minggu lagi kita bisa mengikuti standar WHO yaitu (tes PCR) satu persen dari jumlah penduduk,” kata dia.
2. Harapan Ekonomi Tumbuh Positif
Namun demikian, sisi buruknya sampai saat ini Jawa Barat masih saja dihadapi tingkat kesembuhan pasien Covid-19 yang masih rendah. Dari data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) per 9 September pukul 15:00 WIB, masih ada 6.044 orang dalam perawatan atau isolasi di Jawa Barat. Untuk itu, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat akan mempelajari keberhasilan sembuh pada kasus Covid-19 di institusi pendidikan negara.
“Kami sedang mempelajari kasus keberhasilan penyembuhan di Secapa AD. Mulai dari metoda, obat, dan lainnya akan kami rekomendasikan kepada ribuan kasus aktif yang ada di Jabar. Mudah mudahan seiring dengan kesembuhan, karena tingkat kematian di Jabar relatif rendah, membuat kondisi (penanganan Covid-19) lebih terkendali,” harap dia.
Selain menyampaikan terkait perkembangan epidemiologi, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat pun mengklaim perekonomian di Jawa Barat sudah mulai tumbuh. Pihaknya pun sudah menerima cetak biru dari Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Jawa Barat, dan sangat yakin pada Desember 2020 ekonomi di Jawa Barat akan tumbuh positif.
“Ekonomi sudah mulai menggeliat, kecuali sektor yang masih rawan seperti kegiatan ekonomi di ruang dalam, itu masih kita batasi, sekolah juga masih kita batasi. Harapan kami Jabar di bulan Desember (2020) bisa tumbuh positif berapa pun itu,” kata Ridwan Kamil berharap. []