TAGAR.id, Jakarta - Bisa. Apa pun bisa apabila Allah SWT menghendakinya. Demikian juga dengan tidak pergi haji ke tanah suci Mekkah tapi dapat pahala haji.
Itu dialami Ali bin Muwaffaq, seorang tukang sepatu di Damaskus. Kisah Ali ini disampaikan Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al-Marwazi.
Kisah yang kemudian dituliskan dalam buku berjudul 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah karya Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny.
Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al-Marwazi, adalah seorang ulama ahli hadis terkemuka, asal Khurasan. Ia juga seorang pengusaha sukses yang gemar menjalankan ibadah haji dan berjihad di jalan Allah.
Abdullah bin Al Mubarak mengisahkan seseorang yang tidak pergi haji ke tanah suci Mekkah, tapi mendapat pahala ibadah haji. Sementara ada banyak orang pergi haji ke tanah suci Mekkah, tidak mendapatkan pahala.
Berikut kisah selengkapnya :
Abdullah bin al-Mubarak akan pergi haji tahun ini, karena tahun berikutnya dia pergi berjihad. Demikian seterusnya berselang-seling. Itulah kesibukannya selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Meisya Siregar dan Bebi Romeo Pergi Haji Tanpa Antre Pakai Visa Furoda, Apa Itu Visa Furoda
Di Mekkah, Abdullah bin Al Mubarak juga memulai usaha dagang yang keuntungannya selalu dia bagi-bagikan kepada para muridnya dan fakir miskin di sekitar kota Mekkah.
Setelah membagi baginya, dia akan menghitung biji kurma yang mereka makan. "Siapa yang paling banyak makan kurma maka diberi hadiah satu dirham olehnya setiap bijinya," katanya.
Pada suatu saat, tibalah waktu musim haji bagi Abdullah bin al-Mubarak. Dia berniat menunaikannya, hingga terkumpulan bekal sebesar 500 dinar. Maka diapun berangkat menuju Mekkah dan menunaikan haji dengan sebaik mungkin.
Dalam hati dirinya berkata, 'Inilah hajiku'. 'Demikian perjalanan hajiku'.
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Abdullah bin al-Mubarak tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit dan kedua malaikat itu berdialog di antara mereka.
Abdullah mendengar dengan jelas percakapan malaikat itu.
"Berapa jumlah orang yang menunaikan ibadah haji pada tahun ini?" tanya salah satu malaikat. Malaikat satunya menjawab, "Enam ratus ribu."
Lalu malaikat sebelumnya bertanya kembali, "Berapa yang diterima hajinya?"
"Tidak ada yang diterima," jawab malaikat yang satunya.
Abdullah gemetar dan menangis saat mendengar percakapan dua malaikat itu.
Dalam mimpinya, ulama tersebut berpikir, "Semua orang yang ada di sini telah datang dari berbagai penjuru bumi. Dengan kesulitan yang besar dan keletihan semuanya menjadi sia-sia?"
Tak sampai di situ, ternyata dua malaikat itu melanjutkan percakapan.
"Kecuali hanya seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Muwaffaq. Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Bahkan berkat dialah ibadah seluruh jamaah haji ini diterima oleh Allah."
Setelah mendengar percakapan tersebut, Abdullah Ibnu Mubarak langsung terbangun. Ia memutuskan untuk berangkat ke Damaskus menemui Ali bin Muwaffaq setelah seselai menunaikan ibadah haji.
Sesampainya di Damaskus, Abdullah mencari-cari kediaman Muwaffaq hingga akhirnya berhasil dan tiba di depan rumahnya. Ia mengucapkan salam sambil lalu mengetuk pintu.
Lalu dibukakanlah pintu itu dan Abdullah menceritakan perihal mimpinya. Tak disangka, cerita tersebut langsung saja membuat Muwaffaq menangis hingga jatuh pingsan.
Atas permintaan Abdullah, ketika tersadar Muwaffaq menceritakan perihal hajinya.
Muwaffaq bercerita bahwa selama 40 tahun memiliki keinginan untuk melaksanakan ibadah haji. Maka, dari hasil berjualan sepatu telah terkumpul dana sebesar 350 dirham.
Pada saat itu, istrinya yang tengah mengandung mencium aroma sedap dari masakan tetangganya. Sang istri memohon kepada Muwaffaq agar dapat mencicipi masakan tersebut walau hanya sedikit.
Untuk memenuhi keinginan sang istri, pergilah Muwaffaq ke tetangganya di sebelah rumah. Sesampainya Muwaffaq langsung mengutarakan maksud kedatangan dirinya.
Mendengar hal itu tetangganya justru menangis dan berkata:
"Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa. Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu."
Cerita tetangga tersebut membuat hati Muwaffaq sedih dan terharu. Ia memutuskan kembali ke rumah dan mengambil tabungan hajinya. Lalu diberikan kepada tetangganya yang sangat membutuhkan.
Muwaffaq berkata, "Belanjakan uang ini untuk anakmu." Dalam hati dirinya berkata, "Inilah hajiku." "Demikian perjalanan hajiku," tutur Ali Ibnu Muwaffaq kepada Abdullah bin al Mubarak.
Setelah mendengarkan cerita Muwaffaq, Abdullah berkata. "Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku dan Penguasa Kerajaan surga adalah benar keputusan-Nya" ujar Abdullah bin Mubarak membenarkan mimpinya. []