The Fed Sebut Pemulihan Ekonomi Penyebab Lonjakan Inflasi

Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, memprediksi bahwa tekanan inflasi tersebut tidak akan setara dengan beberapa episode terburuk
Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell. (Foto: Tagar/Twitter @federalreserve)

Jakarta - Beberapa tekanan inflasi lebih kuat dan lebih persisten daripada yang dia perkirakan. Hal itu diakui Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, saat sidang di hadapan panel Dewan Perwakilan Rakyat AS, Selasa waktu setempat, Selasa, 22 Juni 2021.

Namun, dia memprediksi bahwa tekanan inflasi tersebut tidak akan setara dengan beberapa episode terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah Amerika Serikat (AS).

Pemimpin bank sentral As tersebut terus mengaitkan sebagian besar lonjakan inflasi baru-baru ini dengan faktor-faktor yang terkait erat dengan pemulihan ekonomi.

Powell menyebutkan kenaikan tiket pesawat, harga hotel, dan konsumsi yang melonjak akan memompa ekonomi setelah sebelumnya menghadapi pembatasan substansial yang diberlakukan pemerintah pada hari-hari awal Covid-19.

“Mereka tidak berbicara tentang ekonomi yang ketat secara luas dan hal-hal yang telah menyebabkan inflasi yang lebih tinggi dari waktu ke waktu,” katanya kepada Subkomite Pilihan DPR tentang Krisis Coronavirus seperti dikutip dari CNBC International, Rabu, 23 Juni 2021.

Kesaksian mandat Powell memberikan pembaruan ekonomi dan mencakup alat terkait pandemi yang diberikan Kongres kepada The Fed selama krisis. "Saya akan mengatakan bahwa efek ini lebih besar dari yang kami harapkan, dan mereka mungkin berubah menjadi lebih persisten dari yang kami harapkan," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Powell juga meyakini bahwa inflasi bersifat temporer dan akan menurun. “Tetapi data yang masuk sangat konsisten dengan pandangan bahwa ini adalah faktor-faktor yang akan berkurang seiring waktu, dan inflasi kemudian akan bergerak turun menuju tujuan kami dan kami akan memantaunya dengan hati-hati,”ujarnya.

Inflasi harga utama naik 5% (yoy) di Mei 2021. angka tersebut merupakan tertinggi dalam hampir 13 tahun di tengah lonjakan harga mobil bekas dan sejumlah barang lain yang telah melihat lonjakan permintaan karena lockdown telah dilonggarkan.

Komite Partai Republik berulang kali menekan Powell dengan membandingkan kondisi ekonomi yang mengalami hiperinflasi tahun 1970-an dan awal 1980-an. Saat itu, terjadi hiperinflasi di atas 10 %.

Powell mengatakan skenario seperti itu 'sangat, sangat tidak mungkin.' “Apa yang kami lihat sekarang, kami percaya, adalah inflasi dalam kategori barang dan jasa tertentu yang secara langsung dipengaruhi oleh peristiwa sejarah unik yang belum pernah dialami oleh kita sebelumnya,” katanya.

Dia menambahkan bahwa situasi saat ini disebabkan oleh "permintaan yang sangat kuat untuk tenaga kerja, barang dan jasa" ditambah dengan "sisi pasokan yang sedikit terhambat." Powell berjanji bahwa The Fed akan waspada dalam perannya. 

Baca Juga: BI dan The Fed Kerjasama Repo Line 60 Milar Dolar AS

Berita terkait
PPN Sembako Turunkan Daya Beli dan Dorong Inflasi
Pemerintah berencana menerapkan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap sembako sebesar 1% yang dinilai banyak kalangan akan mendorong inflasi
Alami Inflasi, Indikator Ekonomi Banyuwangi Mulai Bergerak
Bank Indonesia Jember menilai ekonomi Banyuwangi mulai bergerak dengan ditandai terjadinya inflasi. Padahal Provinsi Jatim mengalami deflasi.
BI Bali Jaga Inflasi di Kisaran Nasional
Bank Indonesia Perwakilan Bali akan secara konsisten menjaga inflasi di kisaran nasional.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.