TGB Sebut Stop Eksploitasi Khutbah Jumat demi Elektoral Politik

Sudahi eksploitasi rumah ibadah, mimbar khutbah, dan majelis taklim.
TGB menyampaikan kepada masyarakat Indonesia yang menyebarkan hoax agar segera berhenti. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 15/2/2019) - Kontestasi momen pemilihan presiden dan wakil presiden selama 5 tahunan ini, amat disayangkan bila justru menjadi pemantik terpolarisasinya keharmonisan umat Muslim yang hidup di Indonesia.

Gaung takwa yang semestinya berkumandang di dalam masjid, kini tak semua dapat menjernihkan hati dan pikiran, karena ada kalanya khutbah Jumat justru diisi dengan diskursus politik yang membawa arus keruh menenggelamkan pesan damai Islam yang sejatinya sangat-sangat meneduhkan. Hanya karena berbeda pilihan pemimpin saja, di atas mimbar, khatib seakan lupa bertawaduk tergerus hawa nafsu dan amarah yang justru makin menggaduhkan tensi politik Tanag Air.  

Muhammad Zainul Majdi atau lebih akrab disapan Tuan Guru Bajang (TGB) mengatakan bahwasannya memang sejak lama Indonesia mewarisi keistimewaan dalam ber-Islam. Maksud dari risalah di atas adalah bahwa hanya di Indonesia saja mimbar khutbah Jumat dapat diisi oleh siapa pun yang disetujui oleh panitia atau taklim masjid.

Maka itu, TGB mengingatkan, bila mimbar telah dinaiki oleh seorang khatib, alangkah baiknya mimbar harus diisi dengan tanggung jawab dan kesadaran untuk memberikan pencerahan spiritualitas kepada umat. Sebab, salah satu rukun khotbah Jumat adalah memberikan wasiat takwa, yakni seruan kepada jemaah dari khotib untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT.

"Kalau dalam bahasa Rasul adalah washiyatul taqwa. Jadi khutbah Jumat itu adalah untuk memberi wasiat takwa, bukan justru untuk kepentingan elektoral atau kemudian dibungkus untuk suatu kepentingan politik jangka pendek," imbau mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu kepada Tagar News.

Di Indonesia, kata TGB, khatib memiliki fasilitas ber-Islam yang luar biasa, karena untuk menjadi penceramah Jumat di masjid-masjid Indonesia tentu tak dipersulit oleh persyaratan, tanpa kualifikasi dan tanpa kompetensi pun seorang khatib sudah dapat berlenggang di atas mimbar untuk berkhutbah disimak umat Muslim.    

"Tidak ada sejauh yang saya tahu negara yang paling mudah orang naik ke atas mimbar khutbah itu selain di Indonesia. Saya pernah tinggal lama di Mesir, saya pernah bermukim dalam beberapa waktu di beberapa negara, dan berkunjung agak lama menyelami, mengetahui di tempat-tempat lain itu selalu ada persyaratan, ada kualifikasi, ada kompetensi untuk berkhutbah," urainya.

"Jangan coba-coba Anda naik mimbar khutbah, kecuali Anda sudah dapat tasrih atau izin untuk di kementerian di Mesir misalnya, demikian pun di negara-negara yang lain. Kalau di Indonesia ini, kita punya kemewahan ber-Islam yang harus kita jaga. Dalam artian, jangan berlebihan diisi dengan hal-hal yang merusak keber-Islaman kita," sambungnya.

Untuk itu, TGB meminta kepada para pengkhutbah yang punya kecenderungan bertendensi politik terhadap salah satu paslon, untuk sudahi eksploitasi rumah ibadah, sudahi eksploitasi mimbar-mimbar khutbah, sudahi eksploitasi majelis-majelis taklim. Sehingga, bangsa Indonesia khususnya umat Muslim yang bermunajat di dalam masjid dalam ibadah Jumat, dapat kembali diayomi dengan pencerahan-pencerahan Islami yang bermaslahat yang akan mendatangkan ketenangan juga kebaikan untuk sesama.

"Saatnya kita sekarang bersama-sama sebagai bagian dari bangsa yang besar, bangsa Indonesia, umat Islam untuk mengembalikan semua medium-medium itu menjadi tempat dakwah yang mengayomi semua. Jadi, saya berharap betul kemewahan fasilitas ber-Islam di Indonesia yang luar biasa ini kita rawat bersama. Mari kita gunakan ruang ber-Islam ini dengan menghadirkan pesan-pesan kebaikan yang akan membawa kebaikan untuk kita semua," tutupnya.

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.