TGB, Orang Pintar Jangan Dilupakan

TGB, orang pintar jangan dilupakan, yang karirnya pantas mendapat apresiasi di negri ini.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB). (Foto: Antara)

Jakarta, (25/7/2018) - Nama Tuan Guru Bajang (TGB) menjadi topik yang hangat di jagad raya ini. Belakangan, namanya digadang-gadang dalam bursa capres dan cawapres tahun 2019.

Tuan Guru Bajang yang memiliki nama asli Dr TGH Muhammad Zainal Majdi lahir pada tanggal 31 Mei 1972 di Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bukan tanpa alasan namanya menjadi salah satu kandidat alternatif dalam Pilpres 2019, mengingat banyak prestasi dari Tuan Guru Bajang atau TGB Zainul Majdi dalam memajukan NTB selama dua periode kepemimpinannya sebagai Gubernur NTB.

Tuan Guru BajangTuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi. (Foto: Ant/Puspa Perwitasari)

Bukan hanya mampu memajukan NTB saja, ternyata anak ketiga dari lima bersaudara ini juga sejak masa pendidikannya, dia sangat cerdas. Ia memulai pendidikannya di SDN 3 Mataram. Setelah lulus pada tahun 1986, ia kemudian melanjutkan sekolahnya di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor yang ia selesaikan dalam kurun waktu hanya 2 tahun saja.

Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah di yayasan yang sama dan selesai tahun 1991. Selanjutnya selama dua tahun (1991-1992) TGB juga memperdalam ilmu agamanya di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor. Selama pendidikan ilmu agama, dia dapat menghafal alquran 30 juz.

Sebagai bukti dia mencintai pendidikan, TGB kembali menempuh pendidikan yang lebih tinggi di Universitas Al Azhar pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Pada tahun 1996, anak dari HM Djalaluddin menyelesaikan pendidikan dengan gelar Lc (License) dari Universitas Al Azhar.

Ayah dari empat orang anak ini, kembali menempuh pendidikannya dengan mengambil S3 di universitas yang sama yakni Al Azhar dan mendapat gelar doktor dengan predikat summa cumlade pada tahun 2011. TGB Zainul Madji menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3-nya selama 10 tahun di Kairo, Mesir.

Terjun ke Dunia Politik

Mungkin banyak masyarakat Indonesia mempertanyakan awal perjalanan politik dari seorang Tuan Guru Bajang atau sering disapa TGB ini. Ternyata Yusril Ihza Mahendra yang pertama kali menerjunkan dirinya ke dunia politik. TGB memang sangat mengenal Yusril Ihza Mahendra saat ketika Yusril menjadi Ketua Umum dari Partai Bulan Bintang (PBB).

Awalnya TGB ikut mendaftar menjadi anggota DPR RI periode 2004 hingga 2009. Hal ini dilakukannya berkat ajakan dari Yusril.

Saat itu TGB berhasil terpilih menjadi anggota DPR RI dari PBB. Tak lama dirinya menjabat sebagai anggota DPR RI, TGB mendapatkan banyak tawaran umtuk maju sebagai wakil gubernur mengingat pengaruhnya sangat besar di Lombok, NTB.

Memang saat itu banyak yang ingin meminangnya sebagai calon wakil gubernur NTB. Namun Yusril Ihza Mahendra justru meyakinkan TGB untuk maju sebagai calon gubernur NTB. Akhirnya dengan diusung oleh PBB dan PKS, Tuan Guru Bajang terpilih menjadi gubernur NTB periode 2008-2013.

Dengan langkahnya terjun ke dunia politik, bukan tanpa alasan. Tetapi dia berkeinginan memajukan pendidikan di NTB dan menggratiskan pendidikan di sana.

Kesuksesan TGB dalam membangun NTB, kemudian menjadi suatu modal bagi dirinya untuk kembali mengikuti calon pemilihan Gubernur di NTB. TGB terpilih menjadi Gubernur NTB periode 2013-2018. Dia diusung oleh Partai Demokrat, Golkar, PDIP, PPP, PAN, Gerindra, dan PKB.

Dalam dua periode TGB menjadi salah satu tokoh yang sukses membangun NTB. Sebagai pengganti dirinya, pada Pilkada Serentak 2018 Komisi Pemilihan Umum NTB menetapkan pasangan calon Dr H Zulkieflimansyah-Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah atau Zul-Rohmi sebagai pemenang pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB periode 2018-2023.

TGBGubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB). (Foto: Antara)

Jelang Pilpres 2019, hal yang mengejutkan datang dari pernyataan TGB yang mendukung Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden untuk periode 2019-2024. Dukungan dirinya pun bukan tanpa pertimbangan. Tetapi dia mencontohkan dari pengalaman dirinya yang menjabat menjadi Gubernur NTB selama dua periode, karena dia menilai proses pembangunan suatu daerah tidak dalam waktu yang singkat atau hanya dalam satu periode saja.

Dukungan TGB untuk Jokowi memang disambut baik oleh pendukung Jokowi dan partai pro pemerintah. Namun berbeda dengan pihak Partai Demokrat sebagai partai tempat TGB bernaung. Hingga kini Partai Demokrat juga belum menentukan pilihan politiknya di Pilpres 2019.

Dalam hal ini TGB mendukung Jokowi sebagai calon presiden mendatang bersifat personal. Hal yang mendasari dukungan dirinya terhadap Jokowi karena TGB melihat Jokowi konsisten dan berkomitmen mengeksekusi pembangunan.

Banyak persepsi yang datang ketika TGB menyuarakan dukungan dirinya terhadap Jokowi, seperti halnya pengamat politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat yang menilai dukungan TGB Zainul Majdi terhadap Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinan di periode kedua dapat diartikan dengan keinginan TGB untuk maju Pilpres 2019 tanpa melalui Partai Demokrat yang menaunginya itu. Maka dengan mendukung Jokowi untuk dua periode, TGB terlihat memiliki harapan agar bisa dilirik Jokowi.

Senada dengan hal itu pengamat Hendri Satrio melihat penyebab Gubernur NTB TGB Zainul Majdi mendukung Jokowi dalam dua periode di Pilpres 2019, salah satunya adalah ketidakcermatan perhitungan Partai Demokrat. Hendri menilai perhitungan Demokrat mengusung Agus Harimurti  adalah merupakan hal yang memaksa, karena AHY tidak mempunyai massa riil.

Hal itu juga dikatakan oleh Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito yang menilai dukungan TGB terhadap Jokowi untuk membangun panggung bagi citra positif politik dirinya. Bahkan figur Jokowi sangat kuat mempengaruhi hasil pilkada yang disinyalir menjadi alasan TGB memberinya dukungan. TGB pun ingin memperjelas posisi politiknya, apalagi dia pun masuk bursa capres dan cawapres.

Baru-baru ini Lembaga Survei PolcoMM Institute merilis survei elektabilitas calon presiden 2019.

1. Joko Widodo 49,09%

2. Prabowo Subianto 29,67%

3. Gatot Nurmatyo 3,5%

4. Tuan Guru Bajang Zainul Majdi 1,75%

5. Anies Baswedan 1,58%

6. Agus Harimurti Yudhoyono 0,75%

Muncul nama TGB mengalahkan elektabilitas  Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono.

Menjelang Pilpres 2019, menjadi hal yang tak disangka-sangka, TGB belum lama ini mengeluarkan sikap pengunduran diri dari Partai Demokrat yang selama ini bernaung dalam dirinya. Pengunduran dirinya menjadi ramai diperbincangkan.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskadar (Cak Imin) mengatakan, pengunduran diri TGB dari Partai Demokrat dan mendukung Jokowi dapat menambah kekuatan Jokowi dalam Pilpres 2019. Namun Cak Imin tak khawatir tersaingi oleh langkah TGB sebagai salah satu cawapres Jokowi. Karena Cak Imin menilai, Jokowi cukup jeli dalam memilih cawapres di Pilpres 2019.

Sementara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, partainya akan menjalin komunikasi dengan TGB setelah mundur dari partai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Airlangga menegaskan, Golkar akan menanyakan lebih lanjut mengenai keputusan TGB mundur dari Demokrat. Dia mengatakan akan ada pembicaraan lanjutan antara Golkar dan TGB. Namun Airlangga juga tak dapat menjelaskan komunikasi tersebut dalam hal apa.

Pengunduran diri TGB juga ditanggapi oleh Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik. Dia memastikan TGB Zainul Majdi telah mengirimkan surat pengunduran diri sebagai kader Demokrat pada Senin (23/7) siang. Namun Rachland enggan memberikan penjelasan isi surat pengunduran diri TGB dengan rinci. Tetapi menurut dia, Partai Demokrat meyakini figur TGB pantas mendapat kesempatan berkarir pada tingkat nasional.

Berbeda dengan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto yang menduga keputusan TGB mengundurkan diri dari Demokrat lantaran sikapnya yang mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019. Bahkan Agus menilai TGB ingin lebih fokus dalam intensitasnya karena TGB ingin memberikan dukungan terhadap Jokowi secara menyeluruh dalam Pilpres 2019.

Agus menyakini, mundurnya TGB tersebut tidak akan mempengaruhi internal Demokrat. Meski demikian, ia berterima kasih terhadap kontribusi TGB bagi Demokrat selama ini, baik sebagai Ketua DPD Demokrat NTB maupun gubernur.  

Menyikapi tanggapan dari kalangan pihak mengenai pengunduran TGB Zainul Majdi dari Partai Demokrat, TGB menegaskan  tidak ada konflik apa pun dengan partai yang selama ini tempatnya bernaung dalam dunia politik. Memang, dia menyadari bahwa mundurnya dia dari partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono itu banyak yang mengaitkan TGB lantaran sebelumnya memberikan sinyal dukungan kepada Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pilpres 2019.

Namun hal itu dibantah olehnya karena hal tersebut tidak berkaitan dengan soal dukungannya terhadap Jokowi. Dia pun menjelaskan, pengunduran diri itu diajukan karena alasan mendasar yang bersifat pribadi.
Berita terkait
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina