Tersangka Penyerang Perempuan Asia di New York Ditangkap

Polisi mengatakan telah menangkap tersangka pelaku serangan brutal terhadap seorang perempuan Asia di dekat Times Square, New York City, AS
Poster dari Kepolisian Kota New York yang meminta informasi tersangka penyerangan terhadap seorang perempuan Asia pada 29 Maret 2021, tampak di luar gedung sebuah jalan di Manhattan, New York, Selasa, 30 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

New York City – Polisi mengatakan telah menangkap tersangka pelaku serangan brutal terhadap seorang perempuan Asia di dekat Times Square, New York, AS, beberapa hari lalu. Laki-laki itu. Brandon Elliot, diketahui sedang menjalani pembebasan bersyarat dari hukuman karena membunuh ibunya hampir dua puluh tahun yang lalu.

Elliot ditangkap atas beberapa tuduhan, termasuk melakukan serangan brutal di New York itu, yang diselidiki polisi sebagai kejahatan bermotif kebencian atau hate crime.

Polisi, Rabu, 31 Maret 2021, mengatakan Elliot, 38 tahun, adalah laki-laki yang dalam sebuah video terlihat menendang dan menginjak-injak seorang perempuan Asia pada Senin, 29 Maret 2021.

Perempuan itu diserang di depan sebuah gedung apartemen. Dua pekerja di lobi apartemen itu menyaksikan kekerasan tersebut, tetapi tidak ada yang turun tangan atau menelepon panggilan darurat 911. Serikat pekerja yang menaungi kedua pekerja itu mengatakan mereka menunggu hingga penyerang pergi karena ia memiliki pisau, dan kemudian mereka memberitahu patroli polisi.

gambar cctvGambar dari kamera CCTV yang dirilis oleh Kepolisian Kota New York menunjukkan tersangka (belakang tengah) menyerang seorang perempuan Asia-Amerika yang terjatuh di trotoar, di New York, AS, Senin, 29 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Polisi mengatakan Elliot tinggal di sebuah hotel yang juga berfungsi sebagai tempat penampungan tunawisma, beberapa blok dari lokasi di mana serangan terjadi. Ia ditangkap dari hotel itu Selasa, 30 Maret 2021, tengah malam. Ditambahkan, penangkapan dilakukan setelah polisi mendapat petunjuk dari sejumlah warga.

Elliot divonis karena menikam ibunya hingga mati di Bronx pada tahun 2002, ketika ia berusia 19 tahun. Ia dibebaskan dari penjara pada 2019 dan sedang menjalani pembebasan bersyarat seumur hidup. Dewan yang memberinya pembebasan bersyarat sebelumnya telah dua kali menolak membebaskannya. Catatannya juga mencakup penangkapan karena perampokan pada 2020.

jonnaJoanna Derkacz, seorang polisi dari Kepolisian Kota New York, mengamati para pejalan kaki di Main Street, Flushing, kawasan Queens, di New York, Selasa, 30 Maret 2021. (Foto: voaindonesia.com - Kathy Willens/Associated Press)

“Saya tidak memahami mengapa kita perlu membebaskan atau mendorong orang keluar dari penjara – bukan untuk memberi mereka kesempatan kedua, tapi untuk menempatkan mereka di fasilitas atau tempat penampungan tunawisma, atau dalam kasus ini di sebuah hotel – dan berharap akan membuahkan hasil yang baik,” ujar Komisioner Polisi Dermot Shea dalam konferensi pers pada Rabu, 31 Maret 2021.

“Kita memerlukan kesempatan yang benar-benar baik, kita membutuhkan jaring pengaman yang nyata," katanya.

1. Tuduhan Berlapis

Elliot, yang berkulit hitam, menghadapi beberapa tuduhan antara lain melakukan serangan dan berupaya menyerang, yang diseliki sebagai kejahatan bermotif kebencian. Belum diketahui apakah ia memiliki pengacara yang dapat berbicara mewakilinya. Ia dihadirkan dalam sidang pendahuluan melalui video konferensi pada Rabu (31/3).

Jaksa Distrik Manhattan Cyrus Vance Jr. mengatakan tim jaksa akan berupaya memenjarakan Elliot tanpa kemungkinan banding. Jika terbukti bersalah, ia menghadapi kemungkinan hukuman penjara hingga 25 tahun.

2. Korban Warga Keturunan Filipina

Seorang petugas penegak hukum mengidentifikasi korban sebagai Vilma Kari, yang berusia 65 tahun. Putri Kari mengatakan kepada surat kabar The New York Times bahwa ia bermigrasi dari Filipina puluhan tahun lalu.

Kari, yang berulang kali ditendang dan diinjak, menderita luka serius, termasuk patah tulang panggul. Seorang juru bicara rumah sakit mengatakan Kari diizinkan meninggalkan rumah sakit pada Selasa (30/3) dan telah ditanyai polisi.

Duta Besar Filipina Untuk Amerika, Jose Manuel Romualdez, mengatakan korban adalah warga Amerika keturunan Filipina.

pejalan kaki nyPara pejalan kaki di kawasan Flushing, Queens di New York, Selasa, 30 Maret 2021. (Foto: voaindonesia.com - Frank Franklin II/AP)

Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin Jr., mengutuk serangan itu dan mencuit di Twitter, “Insiden ini akan sangat diperhatikan dan akan mempengaruhi kebijakan luar negeri Filipina.” Ia tidak memperinci maksud pernyataannya itu.

Filipina dan AS merupakan sekutu sejak lama, tetapi Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, adalah pengecam kebijakan keamanan Amerika yang vokal. Duterte juga telah memutuskan perjanjian penting yang mengizinkan latihan militer berskala besar dengan pasukan Filipina.

Kari sedang berjalan menuju ke gereja ketika polisi mengatakan Elliot menendang perutnya, membuatnya tersungkur, menginjak wajahnya, meneriakkan kalimat-kalimat penghinaan anti-Asia dan mengatakan kepada Kari “kamu tidak layak berada di sini,” sebelum berjalan meninggalkannya. Orang-orang di sekitarnya hanya menonton.

Shea menyebut hal itu sebagai “serangan kejam yang benar-benar tidak diprovokasi terhadap seorang perempuan yang tidak berdosa dan tidak berdaya.”

3. Sentimen Anti-Asia

Serangan hari Senin itu adalah yang terbaru dari serangkaian kejahatan bermotif kebencian dan sentimen anti-Asia yang sedang meningkat. Hal ini memicu kecaman luas masyarakat dan keprihatinan terhadap sikap orang-orang yang berada di sekitar lokasi serangan dan memilih tidak melakukan intervensi apapun.

nyalakan lilinPara pejalan kaki di kawasan Flushing, Queens di New York, Selasa, 30 Maret 2021. (Foto: voaindonesia.com - Frank Franklin II/AP)

Wali Kota New York, Bill de Blasio, menyebut serangan itu “sangat keji dan menjijikkan,” dan mengatakan “sikap sejumlah orang yang menjadi saksi dan tidak membantu perempuan itu benar-benar tidak dapat diterima.”

Serangan itu hanya berselang dua minggu setelah penembakkan massal di Atlanta, Georgia, yang menewaskan delapan orang – termasuk enam perempuan Asia – dan juga hanya beberapa hari setelah seorang perempuan Amerika keturunan Asia lainnya, yang berusia 65 tahun, diancam dan dicela dengan penghinaan anti-Asia di pusat Kota Manhattan.

Meningkatnya aksi kekerasan itu sebagian telah dikaitkan dengan sikap dan pernyataan mantan presiden Donald Trump yang mengkambinghitamkan warga Asia sebagai penyebab pandemi virus corona. Ia kerap menggunakan terminologi seperti “virus Cina.”

“Perempuan berani ini berhak berada di sini,” ujar Jaksa Distrik Manhattan, Cyrus Vance Jr., “Warga Amerika keturunan Asia berhak berada di sini. Semua orang berhak berada di sini,” katanya dengan tegas (em/ft)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Barack Obama Minta Agar Kekerasan Anti-Asia Harus Diakhiri
Pasca penembakan di Atlanta, AS, yang menewaskan delapan perempuan Asia, Obama minta agar kekerasan Anti-Asia harus diakhiri
Serangan Kepada Warga Asia-Amerika Menjijikkan dan Memalukan
Walikota Kota New York, Bill de Blasio, mengatakan serangan terhadap seorang perempuan Amerika keturunan Asia benar-benar menjijikkan dan memalukan
Presiden Biden Sebut Kebencian Tidak Punya Tempat di Amerika
Presiden Biden akui rasisme telah jadi racun yang hantui bangsa Amerika, identitas semua korban tewas penembakan di Atlanta diumumkan
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.