Tersangka Pembuat Bom yang Ledakkan Pesawat Pan Am Tahun 1988 Akan Didakwa di AS

Abu Agila Mohammad Mas’ud Kheir Al-Marimi hadir di ruang sidang itu hampir 34 tahun setelah bom di atas pesawat Boeing 747
Para petugas tim evakuasi tampak membawa jenazah dari lokasi jatuhnya pesawat PanAm di Lockerbie, Skotlandia, pada 22 Desember 1988. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id, Jakarta - Seorang agen intelijen Libya yang diduga membuat bom yang meledakkan penerbangan Pan Am 103 di atas Kota Lockerbie, Skotlandia, pada tahun 1988 dan menewaskan 270 orang, hadir di pengadilan federal di Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada Senin, 12 Desember 2022, sebelum didakwa secara resmi.

Abu Agila Mohammad Mas’ud Kheir Al-Marimi hadir di ruang sidang itu hampir 34 tahun setelah bom di atas pesawat Boeing 747, yang tengah terbang dari London ke Kota New York, meledak dan membunuh seluruh 259 orang yang berada di dalam pesawat dan 11 orang lainnya di darat.

Mas’ud, yang mengenakan baju terusan berwarna hijau, tampak berjalan pincang dan mengeluhkan gejala flu sambil membawa tisu.

“Saya tidak dapat berbicara sebelum bertemu dengan pengacara saya,” kata Mas’ud kepada Hakim Robin Meriweather melalui seorang penerjemah.

Abu Agila Mohammad Mas’ud Kheir Al-Marimi
Abu Agila Mohammad Mas’ud Kheir Al-Marimi. (Foto: voaindonesia.com/Handout/Alexandria Sherrif\'s Office/AFP)

Mas’ud, yang diduga mengakui kejahatannya kepada seorang penegak hukum Libya tahun 2012 lalu, tampil di persidangan hanya beberapa hari setelah ditangkap di Libya.

Mas’ud adalah satu dari tiga orang yang diduga terlibat dalam pemboman itu oleh penegak hukum AS dan Inggris.

Departemen Kehakiman AS berusaha untuk menahannya sambil menunggu persidangan, dan sidang penahanan akan diadakan akhir bulan ini setelah Mas’ud memutuskan siapa yang akan mewakilinya dalam kasus tersebut.

“Banyak keluarga yang tidak pernah pulih sepenuhnya dari tindakannya,” kata jaksa Erik Kenerson di pengadilan.

Kenerson menambahkan, pemerintah AS tidak akan menuntut hukuman mati, karena itu bukan hukuman yang tersedia secara sah pada saat kejahatan itu dilakukan, sehingga hukuman maksimal yang tersedia adalah penjara seumur hidup.

Pada 1991, dua agen intelijen Libya lainnya, Abdel Baset Ali al-Megrahi dan Lamen Khalifa Fhimah didakwa telah melakukan pengeboman.

Di persidangan Skotlandia yang digelar di sebuah pengadilan di Camp Zeist, Belanda, Megrahi dinyatakan bersalah atas pengeboman pada tahun 2001 dan dipenjara seumur hidup. Ia kemudian dibebaskan karena menderita kanker dan meninggal di rumahnya di Tripoli pada 2012.

Sedangkan Fhimah dibebaskan dari semua dakwaan, namun jaksa Skotlandia tetap menyatakan bahwa Megrahi tidak bertindak sendirian.

Keponakan Mas’ud, Abdulmenam Marimi, mengatakan bahwa pria bersenjata mendatangi rumah keluarganya di Tripoli pada pertengahan November dan membawa pergi tersangka.

Mas’ud telah tinggal di sana semenjak dibebaskan dari tahanan tahun lalu. Ia ditahan menyusul pemberontakan terhadap pemimpin otoriter Libya Muammar Gaddafi, yang didukung NATO tahun 2011, karena berperan dalam pemerintahan sebelumnya.

Pihak keluarga baru mengetahui kabar dirinya dibawa ke AS setelah melihat berita, kata Marimi.

Pemerintahan Persatuan Nasional Libya, pemerintahan Tripoli yang diakui dunia internasional, tidak berkomentar menyangkut pemindahan Mas’ud ke AS.

Akan tetapi, pihak oposisi menuduh pemerintah Libya secara ilegal menyerahkan tersangka ke Washington untuk mendapatkan dukungannya dalam kebuntuan yang sedang berlangsung di Libya terkait kendali pemerintahan.

Pihak keluarga juga telah mengajukan pengaduan resmi kepada Jaksa Agung Libya atas pemindahan Mas’ud ke AS, kata Marimi.

Ketika pemboman terjadi lebih dari tiga dekade lalu, penyelidik AS menemukan bukti bahwa salah satu kemungkinan tersangka bernama “Abu Agela Masud,” namun mereka tidak dapat menemukannya, menurut pernyataan di bawah sumpah seorang agen FBI untuk mendukung pengaduan pidana pemerintah.

Mas’ud tidak secara resmi didakwa oleh AS hingga tahun 2020, ketika ditemukan bukti baru yang mengungkapkan bahwa ia tampaknya telah mengakui kejahatannya kepada seorang pejabat penegak hukum Libya. (rd/rs)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Angkatan Udara AS Perkenalkan Pesawat Pengebom Siluman Baru
Pesawat itu dapat membawa senjata nuklir dan konvensional dan dirancang untuk dapat terbang tanpa awak
0
Tersangka Pembuat Bom yang Ledakkan Pesawat Pan Am Tahun 1988 Akan Didakwa di AS
Abu Agila Mohammad Mas’ud Kheir Al-Marimi hadir di ruang sidang itu hampir 34 tahun setelah bom di atas pesawat Boeing 747