Jakarta, (Tagar 10/1/2019) - Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menilai teror bom yang terjadi di kediaman dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai pengalihan isu di tahun politik.
Rumah Ketua KPK Agus Raharjo di Bekasi, Jabar, dan kediaman Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif di Pancoran, Jaksel diteror bom pada Rabu (9/1) dini hari.
"Saya cenderung menganggap hal itu terkait tahun politik, yang tujuannya mengalihkan perhatian ke kontroversi-kontroversi selama ini," jelasnya saat dihubungi Tagar News, Kamis (10/1).
Agus Raharjo maupun Laode M. Syarief menurutnya, hanya dijadikan sasaran saja. Sebab, sepengetahuan Anggota Komisi XI DPR ini, keduanya sedang tidak bermasalah dengan apapun.
"Pak Ketua KPK dan Wakilnya tidak sedang bermasalah. Jadi, hanya sasaran antara saja," terangnya.
Terkait kasus teror bom tersebut, ia meminta untuk mempercayakan publik untuk tenang dan menyerahkan penanganan kepada kepolisian. Juga meminta semua pihak, tidak mempolitisasi kejadian.
"Sebaiknya kita serahkan ke polisi untuk mengusutnya secara tuntas. Tidak usah dipolitisasi," tukasnya.
Polisi memeriksa area temuan benda diduga mirip bom di rumah pribadi Ketua KPK Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019). Polisi masih mengumpulkan sejumlah barang bukti guna penyelidikan lebih lanjut atas temuan benda yang diduga bom pipa di halaman rumah pimpinan KPK tersebut. (Foto: Antara/Risky Andrianto)
Teror bom untuk membuat KPK kecut?
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi III DPR Erma Ranik melihat teror bom dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Guna membuat KPK takut menjalankan tugas memberantas korupsi.
"Saya melihat apa yang terjadi adalah teror yang masif, terstruktur dan terencana yang dilakukan orang-orang tidak bertanggungjawab untuk membuat KPK kecut dan takut dalam melakukan tugasnya pemberantasan korupsi," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar News, Kamis (10/1).
Erma pun meminta Polri untuk turun tangan membentuk Satgas Khusus mengusut pelaku dibalik teror bom. Sekaligus menginvestigasi kembali, kasus penyerangan Penyidik Senior KPK, Novel Baswedan.
"Saya minta agar dipimpin langsung oleh Wakapolri ini harus bisa mengungkap siapa pelaku dan aktor utama dibalik peristiwa ini. Saya percaya Polri punya semua sumber daya untuk mengungkapnya. Tinggal kemauan saja," terang Politikus Partai Demokrat itu.
Komisi III menurutnya akan terus memantau kasus teror bom itu. Karena teror terhadap penegak hukum tidak bisa dibiarkan begitu saja.
"Komisi III akan memantau serius kasus ini. Karena teror terhadap aparat penegak hukum yang menjalankan tugasnya tidak bisa dibiarkan," tuntasnya.
Kedua pimpinan KPK Agus Raharjo dan Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif mendapat teror bom di hari yang sama, Rabu (9/1). Setelah diperiksa bom itu dipastikan palsu.
"Confirm itu fake bomb," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Kamis (10/1).
Sedangkan bom di rumah Laode M. Syarief yang salah satunya meledak sedang dianalisis. "Sedang kami analisis," jelasnya.