Ternyata Kapal Dari Bahan Bambu Punya Banyak Kelebihan

Bambu memiliki jumlah populasi yang melimpah dan memiliki masa panen yang sangat singkat jika dibandingkan dengan kayu.
Dosen Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Heri Supomo bersama kapal bambu buatannya. (lut)

Surabaya, (Tagar 6/3/2018) - Tanaman bambu punya banyak kelebihan. Bahkan, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menciptakan prototype sebuah kapal dengan menggunakan bahan dasar bambu.

Kapal dengan bahan dasar bambu ini diklaim punya banyak kelebihan bahkan jika dibandingkan dengan kapal berbaham kayu jati.

Dosen Departemen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Heri Supomo mengatakan, bambu mudah didapat dibandingkan kayu jati. Apalagi, bambu memiliki jumlah populasi yang melimpah dan memiliki masa panen yang sangat singkat jika dibandingkan dengan kayu.

"Masa panen bambu hanya tiga tahun, sedangkan kayu baru dapat dipanen saat 25 hingga 30 tahun tanam," jelas Heri.

Dari penelitian dasar yang dilakukan, Heri mendapatkan hasil bahwa bambu jenis betung dinilai sebagai bambu terbaik apabila dilaminasi. Bambu ini memiliki nilai kuat tarik dan tekan lebih baik daripada kayu jati, yaitu sebesar 130 N/mm2 dan 50.73 N/mm2 serta renggangan mencapai 8,93 persen.

Tak hanya itu, berdasarkan perhitungan Heri dan tim, kekuatan konstruksi dengan bambu laminasi didapatkan pengurangan tebal kulit sebesar 27 persen pada kapal ikan 30 GT jika dibandingkan dengan kayu jati. Hal tersebut menunjukkan bahwa bambu laminasi memiliki ketahanan dan nilai elastisitas yang baik ketika diberi beban tarik maupun tekan.

Kelebihan lain adalah pada proses pembuatan yang lebih mudah dan fleksibel karena tidak ada ukuran baku, tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kapal.

Karena itu, Heri yang merupakan pendiri paguyuban Laskara yang menaungi industri galangan kapal di seluruh Jawa Timur ini mengatakan bahwa kapal bambu bisa menjadi alternatif pengganti kapal berbahan kayu yang semakin langka saat ini.

"kekuatannya lebih tinggi dibanding kayu, keamanan yang lebih terjamin, serta harga yang mencapai 50 persen lebih rendah dari harga kapal kayu," tandasnya.

Pembuatan kapal bambu ini bukan asal begitu saja, namun telah melalui proses penelitian sejak tahun 2008 silam.

"Dalam pra penelitian selama dua sampai tiga tahun, saya sudah mulai membentuk tim dan melakukan kajian-kajian pustaka," ujar peraih Medal of Distinction dari Royal Institute of Naval Architects (RINA) Inggris ini.

Heri juga menemukan dasar-dasar yang memerkuat penelitiannya. Kemudian, Heri dan tim melanjutkan pada tahap penelitian dasar. Dalam penelitian ini, Heri menggandeng beberapa dosen di jurusannya beserta mahasiswanya untuk bekerjasama dalam meneliti kekuatan, mekanikal propertis, sifat-sifat fisis, dan konsep-konsep dasar pemilihan material.

Setelah konsep-konsep dasar penelitiannya rampung, Heri langsung menginjak pada penelitian terapan. Di mana kapal bambu pada penelitian ini dibuat kapasitas 60 GT yang artinya, panjang kapal kurang dari 24 meter. Kemudian kapal tersebut diterapkan dengan suatu permodelan struktur yang menguji kekuatan bahan bambu untuk kapal dengan beban di laut.

Setelah usai melakukan pra penelitian hingga penelitian terapan, pria asal Ngawi itu mengaku mendapatkan hasil yang memuaskan. Bahwa bambu ini kuat, aman, dan layak untuk dijadikan pengganti kayu.

Bambu laminasi ini pun disosialisasikan pada Industri Kecil Menengah (IKM) galangan kapal rakyat. Heri mengatakan bahwa masyarakat menanggapi positif dan cenderung meminta untuk merealisasikan kapal bambu. Pasalnya, kapal ini telah didukung oleh hasil pengujian laboratorium dan adanya prototype alat serta model bloknya.

Hingga saat ini, Heri dan tim terua berinovasi meneliti bambu untuk diaplikasikan sebagai perabotan kapal. Penelitiannya ini menarik perhatian beberapa universitas di Inggris dan Jerman, sehingga ia melakukan kesepakatan untuk berkolaborasi dalam penelitiannya.

Ke depannya, pria yang kerap kali diundang untuk mepresentasikan penelitiannya di Eropa itu mengaku berencana untuk mengomersilkan kapal bambu. Namun, sebelum mengomersilkan, dia ingin mendirikan pabrik bilah kayu terlebih dahulu. Kalau sudah melewati bagian tersulit ini, jadi mudah untuk diproduksi.

Heri pun berharap agar mendapat dukungan dari pemerintah terkait edukasi serta fasilitas dari beberapa hal pokok.

"Terutama untuk mendukung rantai pasokan material bambu. Selain itu, saya berharap bambu semakin dibudidayakan karena tidak hanya berfungsi sebagai bahan konstruksi tetapi juga penahan longsor," pungkasnya. (lut)

Berita terkait
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)