Teknologi untuk Atasi Ketidakhadiran Penonton di Olimpiade

Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 pakai teknologi untuk atasi ketidakhadiran penonton di arena pertandingan
Penggemar olahraga balap sepeda menunggu di kursi penonton sekitar garis finish untuk nomor final balap sepeda putra Olimpiade Tokyo 2020, 24 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Christian Hartmann)

Tokyo – Suasana di berbagai arena Olimpiade Tokyo 2021, yang berlangsung dari tanggal 23 Juli – 8 Agustus 2021, terasa mencekam karena jeritan, teriakan dan tangisan bahagia dari para atlet memantul dari kursi-kursi kosong, sementara penonton dilarang menghadiri pertandingan.

Ketidakhadiran penonton karena pandemi Covid-19 telah menjadi pukulan besar bagi olimpiade.

Yiannis ExarchosYiannis Exarchos, CEO Olympic Broadcasting Services (OBS) saat wawancara dengan AFP di studio OBS di International Broadcast Center (IBC) di Tokyo pada 28 Juli 2021. (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Komite Olimpiade Internasional (IOC) harus mempercepat rencana digitalnya untuk menambah unsur baru di berbagai gelanggang olahraga dan meningkatkan pengalaman bagi para atlet yang bertanding, sambil menghubungkan mereka dengan jutaan orang yang menonton melalui televisi di rumah.

“Koneksi dengan manusia tidak dapat ditiru secara digital,” kata Yiannis Exarchos, direktur eksekutif Olympic Broadcasting Services (OBS). "Saya pikir kita perlu jujur. Saya adalah pencinta teknologi dan hanya sebegitu banyaklah yang dapat dilakukan teknologi,” katanya kepada wartawan.

Panitia berusaha mengatasi ketidakhadiran penonton dengan berbagai upaya, mulai dari memposting video dan sorakan virtual hingga menampilkan pesan-pesan di arena dan memutar rekaman suara dari Olimpiade sebelumnya.

seorang staf obs olimpiade tokyoSeorang staf (tengah) bekerja di Olympic Broadcasting Services (OBS), International Broadcast Center (IBC) di Tokyo, saat berlangsungnya Olimpiade Tokyo 2020, 28 Juli 2021. (Foto: voaindonesia.com - Philip FONG/AFP)

Tautan siaran langsung disiapkan untuk kerabat dan rekan-rekan para atlet segera setelah mereka bertanding, dan panitia berupaya untuk terlibat dengan jutaan penggemar Olimpiade.

Exarchos, yang siaran OBS-nya memproduksi bahan-bahan siaran, mengatakan, absennya penggemar membuat panitia penyelenggara harus mempercepat pemasangan perangkat digital untuk dihubungkan dengan penonton di berbagai zona waktu, kawasan, budaya dan cabang olahraga.

Fans pertandingan sepakbolaFans pertandingan sepakbola menyaksikan dari tribun penonton sebelum berlangsungnya pertandingan Sepak Bola Pria Grup D tim Jerman melawan Pantai Gading di Stadion Miyagi, Miyagi, Jepang, 28 Juli 2021. (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)

IOC menyatakan mencatat angka rekor di berbagai platform digital Tokyo 2020 dan di platform digitalnya sendiri, dengan lalu lintas mencapai dua kali lipat daripada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro untuk IOC dan Tokyo 2020.

Postingan Olimpiade di media sosial telah menghasilkan lebih dari 2 miliar keterlibatan media.

“Dengan semua perangkat keterlibatan digital ini, kita perlu banyak belajar untuk menggunakan teknologi guna menyoroti dan menekankan apa yang sedang terjadi dan tidak dapat dilihat secara fisik,” kata Exarchos.

“Jika kita dapat menampilkan ini di semua arena, kita menciptakan suasana yang lebih realistis mengenai apa yang sedang terjadi di sana,” lanjutnya.

“Kita akan selalu merindukan kehadiran fisik, tetapi kita dapat berbuat jauh lebih banyak untuk menunjukkan koneksi aktual. Kita perlu menyoroti bahwa dunia ada di sini, dunia sedang menyaksikan, dunia terlibat, dunia mendukung upaya-upaya para atlet,” kata Exarchos (uh/ab)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Olimpiade Tanpa Penonton Asing Kalangan Bisnis di Tokyo Terpukul
Banyak bisnis kecil di Tokyo terpukul parah tidak hanya oleh pandemi, juga karena keputusan yang melarang orang asing menyaksikan Olimpiade
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.