Tanpa Dukungan Masyarakat Covid-19 Terus Menyebar

Pada epidemi atau pandemi, seperti pandemi Covid-19, ketika obat dan vaksin tidak ada maka tanpa dukungan masyarakat Covid-19 akan terus menyebar
Ketika virus corona terus menyebar ke seluruh dunia, wisatawan yang berkunjung ke Piazza Duomo di Milan, Italia, memakai masker sebagai upaya mencegah Covid-19 (Foto: sciencenews.org/SIPA USA/AP).

Untuk menghalau atau mengatasi penyebaran penyakit yang masuk ketegori epidemi dan pandemi hanya bisa dilakukan dengan vaksinasi atau imunisasi. Celakanya, belum ada vaksin untuk mengebalkan diri dari risiko tertular virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19). Maka, yang bisa diandalkan adalah dukungan atau partisipasi masyarakat untuk menghambat Covid-19 agar tidak terus menyebar. Kasus harian Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia per 2 Agustus 2020 sebanyak 111.455, jumlah ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-23 dunia.

Beberapa negara seakan berlomba menemukan obat dan vaksin Covid-19. Tapi, dari pengalaman sejarah medis menunjukkan menemukan obat dan vaksin penyakit karena bakteri, virus, dll. membutuhkan waktu yang lama. Cacar, misalnya, catatan sejarah menunjukan sudah ada sejak 10.000 SM. Teridentifikasi pula pada mumi di Mesir 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan vaksin cacara ditemukan dan dikembangkan oleh Edward Jenner di abad ke-18 yaitu pada tahun 1796.

Begitu juga dengan influensa yang ditemukan dan diidentifikasi tahun 1918, vaksinnya baru ditemukan tahun 1937 oleh Anatol Smorodintsev. Ini membutuhkan waktu 19 tahun. Vaksin untuk hepatitis B ditemukan tahun 1981, sedangkan virus hepatitis B ditemukan tahun 1965 oleh Dr Baruch Blumberg yang juga pemenang Nobel. Butuh waktu 16 tahun.

1. Sebelum Ada Vaksin Pilihan adalah 'Vaksin Sosial'

Sekarang sedang diuji coba tahap ketiga pada manusia vaksin Covid-19 yang dikembangkan China bernama Sinovac. Uji coba dilangsungkan di Indonesia, tepatnya di Kota Bandung, Jawa Barat, yang ditangani Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung dan Bio Farma.

Jika Indonesia hanya menunggu vaksin dan masyarakat mengabaikan ‘vaksin sosial’, maka penyebaran virus corona di Indonesia akan terus terjadi. Sampai 2 Juli 2020 belum terjadi masa puncak pandemi karena jumlah warga yang menjalani tes swab dengan metode PCR (polymerase chain reaction) sangat sedikit, yaitu 882.352. Ini terjadi karena tidak dijalankan tes massal yang masif seperti yang dilakukan banyak negara. Proporsi tes Covid-19 per 1 juta populasi sebesar 3.232. Angka ini sangat kecil kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti di ASEAN.

Ketika tidak ada obat atau vaksin, maka ‘vaksin sosial’ bisa jadi pilihan untuk memperlambat penyebaran Covid-19. ‘Vaksin sosial’ adalah langkah-langkah konkret yang realistis untuk melindungi diri agar tidak tertular atau menularkan Covid-19.

‘Vaksin sosial’ dikenal sebagai protokol kesehatan yang diperkenalkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), yaitu: selalu memakai masker terutama jika berkegiatan di luar rumah, sering mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, dan selalu menjaga jarak fisik dengan orang lain serta menghindari kerumunan.

2. Lockdown Italia Perlambat Penyebaran Covid-19

Di beberapa negara, seperti Italia di Eropa menerapkan pengucian (lockdown) sejak 10 Maret 2020. Italia jadi negara pertama di dunia yang mengalami puncak pandemi Covid-19 yaitu pada rentang waktu 14 Maret - 5 April 2020. Ketika Negeri Pizza itu memutuskan lakukan lockdown kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 10.156.

Dengan lockdown dan langkah-langkah strategis lain mulai tanggal 31 Maret 2020 dengan kasus 101.723 sampai 31 Juli 2020 pertambahan kasus baru sebanyak 145.814. Maka, jumlah kasus Covid-19 tanggal 31 Juli 2020 sebanyak 247.537. Jika dipukul rata, maka 1 warga yang positif Covid-19 di Italia menularkan Covid-19 kepada 1,43 warga (pertambahan kasus baru sebanyak 145.814 : kasus tanggal 31 Maret 2020 sebanyak 101.723).

Dengan tingkat penularan 1,43 menggambarkan langkah-langkah strategis Italia dalam menangani Covid-19, seperti pertandingan sepak bola dibatalkan yang selanjutnya dilangsungkan tanpa penonton. Tempat-tempat wisata pun sepi karena warga memilih tetap di rumah, sedangkan pelancong dari luar neger dihentikan.

Jika kita bandingkan dengan Indonesia kondisinya benar-benar memprihatinkan. Banyak warga yang tidak percaya Covid-19 dan mengatakan virus itu kebohongan. Informasi Covid-19, terutama di media sosial, selalu dikaitkan dengan negara dan ras sumber virus (China) dan dibalut pula dengan isu-isu agama.

3. PSBB Tidak Sepenuhnya Dituruti Warga

Perbandingan sejajar dengan Italia yaitu jumlah kasus pada tanggal 31 Maret 2020 sebanyak 1.414 bertambah sebanyak 106.962 sampai tanggal 31 Juli 2020 sehingga jumlah kasus pada 31 Juli 2020 sebanyak 108.376. Itu artinya pada rentang waktu 31 Maret – 31 Juli 2020 terjadi penularan Covid-19 dari 1 warga kepada 75,65 warga.

Angka tingkat penularan, 75,65, menunjukkan terjadi penularan masif antar warga. Hal ini tidak mengherankan karena banyak warga yang tidak mau memakai masker dalam kegiatan di luar rumah, tidak menghindari kerumunan sehingga tidak menjaga jarak fisik.

Pembatasan Sosial Bersakal Besar (PSBB) sebagai bentuk lockdown tidak sepenuhnya dituruti warga karena terbukti terjadi penularan dari 1 warga ke 75,65 warga. Celakanya, ada pula sosialisasi ‘new normal’ yang disebut sebagai adaptasi kebiasaan baru (AKB) yang nyaris mengabaikan protokol kesehatan.

Maka, tanpa dukungan masyarakat penyebaran Covid-19 di Indonesia akan terus terjadi yang tidak akan pernah bermuara pada puncak pandemi. []

Berita terkait
Memutus Covid-19 Hanya dengan Peran Serta Masyarakat
Penyebaran virus corona (Covid-19) yang massif di Indonesia hanya bisa dihentikan atau diputus dengan dukungan yaitu peran serta aktif masyarakat
Jumlah Covid-19 di Korea Selatan Disalip 72 Negara
Perkiraan banyak kalangan Korea Selatan akan jadi ‘neraka’ pandemi Covid-19 ternyata meleset bahkan 72 negara di dunia menyalip Korea Selatan
Covid-19 di Dunia Kini Tercatat Lebih dari 18 Juta
Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan reda karena kini jumlah kasus Covid-19 dunia tercatat lebih 18 juta atau 18.008.894
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.