Tanda-Tanda Cuaca Ekstrem Mulai Dirasakan di Jabodetabek

Dalam sepekan ke depan, hampir sebagian wilayah Indonesia berpotensi diguyur hujan lebat yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang.
Ilustrasi cuaca ekstrem. (Foto: Tagar/Pixabay)

Jakarta - Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan tanda-tanda terjadinya cuaca ekstrem dapat mulai dirasakan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Pada Selasa, 21 September 2021, terjadi hujan es yang disertai angin kencang terjadi di sekitar kota Depok dan menyebabkan pohon tumbang serta menimbulkan beberapa kerusakan lainnya.

"Berdasarkan analisis citra satelit, kejadian tersebut terjadi karena adanya pertumbuhan awan Cumulonimbus yang sangat aktif," ujarnya.

Guswanto menjelaskan, awan ini terbentuk di sekitar wilayah Jabodetabek mulai siang hari hingga menjelang sore dan menyebabkan hujan dengan kategori sangat lebat dalam periode beberapa jam terjadi di wilayah Depok dan Bogor antara siang-sore hari.

BMKG sendiri telah mengeluarkan peringatan dini pada 13 September lalu mengenai potensi cuaca ekstrem selama periode peralihan musim (pancaroba) untuk wilayah Jawa Barat dan wilayah lainnya.

Peringatan dini tersebut, kemudian dipertajam dengan informasi peringatan dini dalam skala waktu harian dimana pada tanggal 20 September 2021, wilayah Jawa Barat termasuk wilayah yang berpotensi hujan lebat.

Kemudian pada tanggal 21 September 2021, BMKG mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem yang meliputi wilayah Jabodetabek termasuk wilayah Depok dan sekitarnya mulai siang hari jam 13.30 WIB dengan potensi hingga malam hari.

Guswanto menjelaskan, cuaca ekstrem yang terjadi tersebut disebabkan oleh fenomena gelombang atmosfer yang teridentifikasi aktif di sekitar wilayah Indonesia termasuk di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Fenomena gelombang atmosfer tersebut adalah ; MJO (Madden Jullian Oscillation) dan gelombamg Rossby Ekuatorial yang aktif di sekitar wilayah tengah dan timur Indonesia, Gelombang Kelvin yang aktif di sekitar wilayah Jawa dan Kalimantan.

“Kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan konvektivitas yang cukup tinggi serta didukung dengan adanya kondisi dinamika atmosfer skala regional yang cukup aktif berkontribusi pada pembentukan awan hujan, menjadi faktor pemicu potensi cuaca ekstrem tersebut,” paparnya.

Lebih lanjut, Guswanto menjelaskan, bahwa MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya.

Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian.

Sebaliknya, Fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudera Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.



Kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan konvektivitas yang cukup tinggi serta didukung dengan adanya kondisi dinamika atmosfer skala regional yang cukup aktif berkontribusi pada pembentukan awan hujan, menjadi faktor pemicu potensi cuaca ekstrem tersebut.



Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah indonesia.

Guswanto mengatakan, dalam sepekan ke depan, hampir sebagian wilayah Indonesia berpotensi diguyur hujan lebat yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang.

Daerah-daerah tersebut yaitu, Riau, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara. Wilayah lainnya, yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Guswanto juga mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mewaspadai cuaca ekstrem selama musim pancaroba.

Hal tersebut guna menghindari risiko korban jiwa akibat cuaca ekstrem. BMKG sendiri, kata dia, terus memperbaharui informasi mengenai cuaca yang bisa diakses seluruh masyarakat melakui aplikasi InfoBMKG.

“Saat angin kencang, bagi pengendara lebih baik menepi dulu untuk menghindari risiko pohon atau baliho tumbang. Bagi para nelayan juga waspada gelombang tinggi. Jangan memaksakan melaut jika cuaca sedang buruk. Update terus informasi melalui InfoBMKG untuk mengetahui prakiraan cuaca di seluruh wilayah Indonesia,” pungkasnya.  []

Berita terkait
BMKG : Waspadai Cuaca Ekstrim di Masa Pancaroba
Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor.
Prakiraan Cuaca Jakarta, Kamis 23 September 2021
BMKG menyampaikan peringatan dini waspada potensi hujan disertai kilat petir dan angin kencang di Jaksel dan Jaktim pada siang dan sore hari,
Cuaca Ekstrem yang Mematikan Kejutkan Dunia
Dari Jerman, Kanada hingga China, gambar-gambar dramatis dari dampak buruk cuaca ekstrem telah mendominasi kepala berita baru-baru ini
0
Pemerintah Bentuk Satgas Penanganan PMK pada Hewan Ternak
Pemerintah akan bentuk Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) untuk menanggulangi PMK yang serang hewan ternak di Indonesia