Taksi Terbang Elektrik Siap Beroperasi di Tahun 2024

Armada taksi terbang komersial diharapkan bisa beroperasi lalu lalang di langit Eropa mulai akhir tahun 2024
Ilustrasi (Foto: dw.com/id - kovgabor79/stock.adobe.com)

TAGAR.id - Armada taksi terbang komersial diharapkan bisa beroperasi lalu lalang di langit Eropa mulai akhir tahun 2024. Perusahaan Startup Lilium terus lakukan uji kelaikan terbang prototipe yang diberi nama Phoenix 2. Michael Altenhenne melaporkannya untuk DW.

Perusahaan start up Lilium membuat taksi terbang berpenggerak elektrik, yang dalam waktu dekat ribuan armadanya bisa lalulalang di angkasa. Di seluruh dunia, saat ini ada 100 pengembang taksi terbang lainnya, sehingga Lilium berlomba mengembangan teknologi terbaik dan izin terbang paling cepat.

Saat percobaan terbang di pusat ujicoba Atlas di Spanyol, pendiri perusahaan Daniel Wiegand, menunjukkan apa yang bisa dilakukan prototipe taxi terbang Phoenix 2. "Bagi kami, uji terbang ini sangat penting," katanya. Mereka ingin mengujicoba fisika terbang pesawat. Bagaimana software pengendali bersama aerodinamika dan struktur berperilaku di udara.

Wiegand menambahkan, perusahaan juga ingin mengetes, bagaimana fungsi operasionalnya, agar di kemudian hari dalam program kelaikan, bisa seefisien mungkin mengujicoba penerbangan.

Prototipe Phoenix 2 terbang tanpa awak dan dikendalikan dari jarak jauh. Pembuatan pesawat itu menelan biaya ratusan juta Dolar. 30 insinyur dan ahli piranti lunak hadir setiap ujicoba terbang.

Pilot penguji Andreas Pfisterer mengungkap, setiap penerbangan adalah hal baru. "Uji terbang seperti mengujicoba batasan, jadi setelah satu batasan ke batasan berikutnya, dan kita juga selalu siap untuk mundur selangkah."

Persiapan sebelum terbang makan waktu berjam-jam. 36 rotor elektronik mula-mula menerbangkan pesawat secara vertikal, kemudian memutar pada posisi mendatar, lalu taxi terbang itu mulai melakukan turnya.

Taksi berkapasitas angkut tujuh orang

Wiegand sangat bangga dengan konsep uniknya. Tapi sejumlah pakar meragukan, apakah wahana mobilitas terbang itu bisa benar-benar mencapai jarak jelajah 250 kilometer seperti yang dijanjikan. Taxi terbang dirancang agar nantinya bisa mengangkut seorang pilot dan enam penumpang. Start up Lilium berharap produknya sudah bisa dipasarkan tahun 2025.

Daniel Wiegand mengungkap, dia seorang insinyur, dan dia memahami fisika di balik pesawat terbang ini. "Jika saya berdiri di sebelahnya dan melihatnya terbang dan mendengar, betapa lembut suaranya, bagi saya ini tetap sebuah keajaiban," katanya. Baginya juga ajaib bagaimana seluruh tim bekerjasama, untuk mengoperasikan pesawat ini dengan aman.

Start-up ini baru saja masuk bursa dan punya target ambisius. Wiegand menjanjikan, Lilium dalam waktu hanya beberapa tahun sudah akan mencetak keuntungan milyaran Euro. Ia bahkan meyakini, taxi terbang ini, akan jadi satu alternatif untuk mobil dan kereta.

"Ini memungkikan kami, menciptakan sebuah sistem lalulintas regional baru," katanya. Dengan sistem itu, kota-kota bisa dihubungkan dengan pesawat terbang yang lepas landas vertikal. Ini juga bisa mencapai kecepatan jauh lebih tinggi dibanding transport di darat.

Tapi siapa konsumen yang mampu menyewa taxi terbang ini? Mula-mula hanya pebisnis yang bepergian dan orang kaya tertentu, ujar para pakar.

Dikembangkan bagi semua orang

"Namun targetnya tidak berhenti hanya di situ", ujar ahli penerbangan Manfred Hader. Sistem mobilitas baru taksi terbang, dalam jangka panjang hanya akan sukses, jika harganya terjangkau dan bisa diakses siapa saja, ungkap Hader.

Karena itu, sektor industri berusaha agar masyarakat menerima paradigma mobiltas terbaru itu, seperti juga industrialisasi jaman dulu. "Tujuannya agar ongkos taksi terbang secepatnya bisa turun", tambah Hader.

Dimana taksi terbang lepas landas dan mendarat? Bagaimana gangguan kebisingannya? Banyak pertanyaan yang belum terjawab. Yang sudah jelas, teknologi baru itu ramah lingkungan.

Wiegand mengatakan, yang ekologis dari produk ini, pesawatnya terbang bebas emisi. Ini saja tentu sudah jadi langkah besar. Langkah berikutnya, mereka harus menunjukan, bahwa produksinya dan akhir masa pakainya, demikian pula daur ulang baterai dan strukturnya, juga dapat sesuai prinsip keberlanjutan.

Setelah percobaan, Phoenix 2 harus kembali ke hanggar. Pesawat ini akan makin sering terbang ujicoba di atas kebun zaitun di Spanyol, agar impian taxi terbang segera menjadi kenyataan. (ml/as)/dw.com/id. []

Berita terkait
Taksi Terbang Siap Lepas Landas di Dubai Airshow November 2023
“Apa yang dulu kita pikir adalah sebuah fiksi dalam ilmu pengetahuan, sekarang menjadi fakta ilmiah”