Syafii Maarif: Tidak Semua Arabisme Positif

"Arabisme ada yang positif. Yang negatif ya kelompok-kelompok garis keras, ada ISIS, Bokoharam dan sebagainya," kata Syafii.
Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Profesor Ahmad Syafii Maarif. (Foto: Ist)

Jakarta, (Tagar 29/10/2017) – Tidak semua Arabisme positif, tetapi juga tidak semua negatif. Demikian diungkapkan oleh mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Profesor Ahmad Syafii Maarif.

"Arabisme ada yang positif. Yang negatif ya kelompok-kelompok garis keras, ada ISIS, Bokoharam dan sebagainya," kata Syafii dalam peluncuran dan bedah buku "Integritas di Tengah Kabut Idealisme, Kepemimpinan & Pembelajaran Hidup Suhardi Alius" di Jakarta, Sabtu (28/10).

Menurut Syafii, sebagaimana dikutip dalam siaran pers, Minggu (29/10), negara Barat tidak paham perbedaan antara Arabisme dan Islam sehingga semua dianggap sama.

Namun, kata Syafii, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius memahami masalah itu.

"Ini kelebihan Suhardi Alius sehingga dia menjadi konsultan di muka bumi ini mengajarkan kepada negara Barat bagaimana cara mengatasi terorisme. Tentunya ini luar biasa," ujar Syafii.

Buku itu sendiri ditulis oleh Dedi Mahardi tanpa sepengetahuan Suhardi. Dedi mengaku menulis buku itu setelah mendapat masukan dari beberapa tokoh agar menulis tentang orang-orang yang bisa menjadi teladan.

"Ini agar anak bangsa dan generasi ke depan itu menyadari bahwa bangsa ini harus dibangun dengan kejujuran, kebaikan dan dengan integritas, bukan lagi dengan kepalsuan. Setelah melalui berbagai penilaian dari berbagai tokoh, akhirnya muncul nama Pak Suhardi Alius di ranking pertama," ujarnya.

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Moehmahadi Soerja Djanegara dalam sambutannya mengatakan, korupsi yang masih menjadi persoalan besar bangsa ini akar permasalahannya adalah makin lunturnya integritas, kejujuran, dan rasa cinta kepada bangsa, negara, dan tanah air.

"Namun demikian, kita harus yakin masih banyak anak bangsa yang punya integritas yang tinggi, salah satunya Suhardi Alius," ujar Moehmahadi.

Suhardi Alius sendiri mengaku kaget pada awalnya karena tidak pernah berpikir ada orang yang menulis tentang dirinya. "Yang menginisiasi buku ini ternyata adalah Buya Syafii Maarif dan Pak Nazaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal, Red)," ungkapnya.

Suhardi menegaskan bahwa integritas sangat diperlukan untuk membangun negara ini.

Menurutnya, negara ini dibangun dengan idealisme para pendiri bangsa, dan idealisme itu hendaknya tetap dijaga oleh generasi penerus dalam mengisi kemerdekaan.

"Sebenarnya kuncinya mudah, cuma kemauan saja Saya pikir mulai dari diri sendiri, jangan berteriak saja, tapi tidak berbuat, saya pikir bisa kita laksanakan, minimal bisa menginspirasi lingkungannya. Itu yang saya ingin harapkan," tuturnya.

Hadir dalam acara bedah buku itu antara lain mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Surojo Bimantoro dan Jenderal Pol (Purn) Dai Bachtiar, mantan Jaksa Agung Basrief Arief, Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar, mantan Kepala BNPT Irjen Pol (Purn) Ansyaad Mbai, anggota kelompok ahli BNPT Prof Azyumardi Azra dan Prof Hamdi Muluk, Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM Zainanl Arifin Mochtar, mantan narapidana kasus terorisme Ali Fauzy Manzi dan Khoirul Ghazali. (ant/yps)

Berita terkait