'Sutan Rajo Paga Alam' Untuk Jenderal Tito

"Selain penghargaan, gelar ini sekaligus amanah dan motivasi untuk bekerja lebih baik dalam mengamankan Indonesia bersama Polri," ujar Tito.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kedua kanan) didampingi istri, Tri Suswati (kanan), Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (kedua kiri), Kapolda Sumbar, Brigjen Pol Fakhrizal (kiri), dan Ninik Mamak Suku Sikumbang, Boy Lestari Dt Palindih (ketiga kiri), mengikuti acara pengukuhan gelar kehormatan sangsako adat di Mapolda Sumatera Barat, di Padang, Minggu (2/4). Niniak Mamak Suku Sikumbang, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, mengukuhkan gelar kehormatan Minangkabau kepada Tito Karnavian dengan gelar "Rajo Paga Alam" dan Tri Suswati dengan gelar "Siti Linduang Alam". (Foto: Ant/Iggoy el Fitra)

Agam, (Tagar 5/4/2017) - Ninik Mamak atau tokoh adat suku Sikumbang, Nagari Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat menganugerahi gelar adat kehormatan/sangsako "Sutan Rajo Paga Alam" (raja pagar alam) kepada Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Gelar sangsako juga dianugerahkan kepada istri Kapolri, yakni Ny Tri Suswati dengan sebutan "Siti Linduang Bulan".

Gelar kehormatan tersebut dikukuhkan (dilewakan, red) oleh salah seorang penghulu Suku Sikumbang Kamang Mudiak H Boy Lestari Datuak Palindih.

Acara itu dilakukan dalam prosesi adat Minangkabau di halaman Markas Kepolisian Daerah Sumatera Barat di Kota Padang, selepas Isya, bertepatan momen peningkatan status Polda Sumbar dari Tipe B ke Tipe A, Senin (3/4).

Halaman Mapolda Sumbar disulap penuh dengan tenda-tenda berornamen ukiran khas Minangkabau dan dimeriahkan bunyi-bunyian alat musik tradisional setempat seperti talempong, pupuik sarunai, gandang tassa dan lainnya yang dibawakan oleh puluhan anggota Polri.

Prosesi adat dimulai selepas sholat Isya ditandai kedatangan Jenderal Tito dan istri didampingi Gubernur Sumbar, Kapolda Sumbar, Danrem 032/Wirabraja dan pejabat lainnya sampai ditempat acara.

Kapolri dan istri langsung disambut payung kuning tanda "panji Kebesaran" adat Minangkabau yang dikembangkan/dimekarkan dan dibawa oleh pemuda berpakaian adat. Jenderal Tito dan rombangan kemudian diarak menuju tenda adat diiringi alunan alat khas Minangkabau.

Jenderal Tito dan istri mengenakan baju dan celana adat berwarna hitam dengan kombinasi sulaman benang emas di bagian leher dan kancing-kancing bajunya serta melingkar di kedua lengannya.

Kapolri juga mengenakan peci hitam dan selempang warna biru laut yang di tengahnya terdapat tiga warna kebesaran suku Minangkabau, yakni merah, kuning dan hitam.

Ia juga memakai kain kuning emas yang dililitkan dipinggangnya dan wajahnya bersih serta senyuman sering menghiasi bibirnya.

Sedangkan istri Kapolri, Ny Tri Suswati mengenakan baju kurung warna hitam dengan sulaman besar benang emas di bagian leher dan bagian bawahnya serta kain saruang pada bagian kaki.

Di kepala pakai hijab warna kuning dan di bagian atas pakai tengkulut yakni kain warna merah dan kombinasi benang emas dibuat seperti gonjong (atap rumah adat Minangkabau).

Jendral Tito dan istri turun dari mobil dan diarak sekitar beberapa menit dilindungi payung kebesaran panji alam Minangkabau.

Sesampai ditenda kehormatan prosesi adat pun dimulai. Jenderal Tito dan Istri lalu duduk bersila didampingi para pejabat lainnya.

Kemudian dibacakan piagam pengukuhan gelar kehormatan/sangsako adat yang dibacakan oleh salah seorang penghulu Suku Sikumbang Kamang Mudiak.

Kemudian dilaksanakan pemasangan Saluak semacam mahkota warna emas kombinasi hitam (tanda gelar adat sangsako) di kepala. Kemudian diselipkan keris adat pada Tito oleh Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat.

Selanjutnya Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyerahkan tongkat warna emas kepada Jenderal Tito.

Prosesi adat pun berakhir dengan cuaca yang bersahabat di Kota Padang pada malam tersebut.

Menurut Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat, Dr H M Sayuti Datuak Panghulu penganugerahan gelar sangsako tersebut karena Jenderal Tito dinilai telah banyak berjasa bagi pembangunan di provinsi ini.

Jasa itu antara lain dibangunnya Markas Polda Sumbar yang megah dan cantik serta banyak yang mengatakan terindah di antara markas Polda di Indonesia.

Kemudian menaikkan status Polda Sumbar dari kategori B menjadi A dan menempatkan pejabat Kepolda Sumatera Barat seorang perwira tinggi asal Minangkabau.

Sebelumnya Datuak Sayuti mengatakan Jenderal Tito diberikan gelar kehormatan "Sang Sako Adat" sebagai bentuk penghormatan terhadap kinerjanya sebagai Kapolri.

Pemberian gelar tersebut telah dikaji melalui rapat yang dilakukan oleh Kaum Sikumbang Kamang Mudiak dan hasilnya LKAAM Agam sepakat untuk memberikan gelar kehormatan tersebut.

Namun dalam pemberian gelar kehormatan itu secara resmi diberikan langsung oleh LKAAM Sumatera Barat.

Ia menjelaskan kaum adat Sikumbang menilai Jenderal Tito adalah orang yang arif dalam bertindak, seperti dalam menyikapi aksi unjuk rasa 212 di Jakarta.

Kapolri sat itu tidak berpihak pada salah satu golongan serta mampu menciptakan kondisi yang aman dan kondusif.

"Ia melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat, cara-cara ini mirip dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang Minangkabau," ujarnya.

Selain itu, gelar kehormatan yang diberikan juga sebagai bentuk rasa terima kasih masyarakat Minangkabau terhadap peningkatan status Polda Sumatera Barta menjadi Tipe A.

"Jenderal Tito telah mengukir sejarah di Sumatera Barat karena memberikan kenaikan status ini," tambahnya.

Sayuti mengharapkan dengan diberikan gelar ini, Kapolri akan bersaudara dengan seluruh Kaum Sikumbang Kamang Mudiak baik yang berdomisili di Sumatera Barat maupun di tanah rantau.

"Pemberian gelar ini telah sesuai dengan tata cara yang berlaku dalam adat, di mana harus ada suku yang memberikan gelar kehormatan tersebut," ujarnya.

Gelar sang sako juga pernah diberikan kepada mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Syamsul Ma'arif dan tokoh lainnya.

"Secara aturan adat pemberian gelar ini sah dilakukan," tegasnya.

Usai menerima pengukuhan gelar kehormatan itu, Jenderal Tito mengatakan ia dan istri berterima kasih pada kaum adat Minangkabau.

Ia menambahkan, dengan gelar ini akan memberikan motivasi untuk bekerja yang lebih baik dalam melayani masyarakat.

"Selain penghargaan, gelar ini sekaligus amanah dan motivasi untuk bekerja lebih baik dalam mengamankan Indonesia bersama Polri," ujarnya. (Fet/Ant/Hendra Agusta)

Berita terkait
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan