Survei: PDIP Melejit, Gerindra Terjungkal

PDI Perjuangan memperoleh elektabilitas tertinggi, Gerindra elektabilitas menurun.
Perwakilan partai politik menandatangani spanduk saat Deklarasi Kampanya Pemilu damai di Tegal, Jawa Tengah, Senin (1/10/2018). Deklarasi oleh perwakilan parpol peserta pemilu 2019, mahasiswa dan tokoh masyarakat tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana kondusif serta meminimalisir kampanye hitam. (Foto: Antara/Oky Lukmansyah)

Jakarta, (Tagar 7/1/2019) - Survei yang dilakukan Lembaga Riset Publik (LRP) menunjukkan PDI Perjuangan memperoleh elektabilitas tertinggi dibandingkan partai politik lain, yaitu sebesar 31,2 persen.

"Kami menanyakan kepada responden, jika pemilu anggota legislatif dilakukan hari ini, partai politik mana yang dipilih? Hasilnya sebanyak 31,2 persen memilih PDI Perjuangan," kata Direktur Riset LRP Arvan Maulana dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (6/1) dilansir kantor berita Antara.

Ia menjelaskan alasan pemilih menentukan pilihannya terhadap PDIP karena partai tersebut dianggap berpihak pada rakyat kecil atau sebesar 23,8 persen.

Arvan mengatakan bahwa Partai Gerindra menduduki urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 17 persen, diikuti Partai Golkar di posisi ketiga dengan 7,2 persen.

"Gerindra dan Golkar dianggap memiliki visi, misi, dan program yang bagus atau sebesar 26,5 persen," ujarnya.

Di posisi keempat dan kelima menurut dia adalah Partai Demokrat dan PKB dengan elektabilitas masing-masing 5,3 persen.

Ia mengatakan bahwa Partai Demokrat dipilih karena pemilih suka dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan PKB dipilih karena dianggap mewakili kepentingan umat Islam.

Elektabilitas parpol lainnya adalah Partai NasDem (3,3 persen), PKS (3 persen), PAN (2,9 persen), PPP (2,8 persen), PBB (2,5 persen), Hanura (1,9 persen), Partai Perindo (1,5 persen), PSI (1,2 persen), PKPI (0,8 persen), Partai Berkarya (0,5 persen), dan Partai Garuda (0,4 persen).

Selain itu, menurut dia, survei LRP juga menemukan fenomena bahwa PDIP menjadi parpol yang mengalami kenaikan paling signifikan, yaitu 2,7 persen dalam 2 bulan terakhir, yaitu dari 28,5 persen pada bulan Oktober 2018, menjadi 31,2 persen pada bulan Desember 2018.

"Parpol kedua yang juga mengalami peningkatakan adalah PBB mencapai 1,2 persen, yaitu dari 1,3 persen pada bulan Oktober 2018 menjadi 2,5 persen pada bulan Desember 2018," katanya.

Arvan menjelaskan bahwa parpol lain tren kenaikannya di bawah 1 persen.
Ia menyebutkan empat parpol yang justru mengalami penurunan elektabilitas, yaitu Gerindra, PKB, Partai NasDem, dan Perindo.

Survei LRP tersebut berlangsung 23-31 Desember 2018 melibatkan 1200 responden di 34 provinsi di Indonesia yang telah memiliki hak pilih dengan teknik multistage random sampling.

Margin of error survei tersebut diperkirakan kurang lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan pengumpulan data lapangan dilakukan pada pekan keempat Desember 2018.

Hoaks Membuat Gerindra Terjungkal

Hasil survei Lembaga Riset Publik (LRP) menunjukkan elektabilitas Partai Gerindra pada Desember 2018 sebesar 17 persen, menurun dibandingkan Oktober 2018 sebesar 18,6 persen.

Arvan menilai penurunan elektabilitas tersebut karena "digerogoti" kabar bohong atau hoaks yang beredar di masyarakat.

"Suka atau tidak suka, hasil riset kami menunjukkan kabar bohong atau hoaks, isu kampanye negatif dan kampanye hitam berpengaruh pada penurunan elektabilitas Partai Gerindra," kata Arvan.

Dia menilai, hoaks yang menggerogoti elektabilitas Gerindra itu tidak boleh dianggap remeh, karena Pemilu 2019 sudah dekat yaitu 100 hari lagi sehingga harus diantisipasi sejak dini.

Menurut dia, mesin partai harus bekerja keras untuk meningkatkan elektabilitas partai, karena berdasarkan survei LRP masih ada 13,2 persen pemilih yang belum menentukan pilihannya pada Pemilu 2019.

"Tiap kampanye hitam di media berimplikaai negatif pada parpol, sehingga bagaimana 100 hari ini mesin partai bekerja meraih simpati masyarakat," ujarnya lagi.

Arvan menilai, berdasarkan survei LRP Oktober 2018, pemilih yang belum menentukan pilihannya sebesar 16,6 persen, menurun menjadi 13,2 persen pada Desember 2018. []

Berita terkait