Studi Menunjukkan 50 Juta Orang di Dunia Terjebak dalam Perbudakan Modern

Telah terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah orang yang menjadi korban perbudakan modern dalam beberapa tahun terakhir
Studi ini mengatakan bahwa Korea Utara memiliki prevalensi perbudakan modern tertinggi (Foto: dw.com/id - Dita Alangkara/AP/dpa/picture alliance)

TAGAR.id - Menurut studi terbaru, jumlah orang yang terjebak dalam perbudakan modern meningkat tajam dalam lima tahun terakhir. Angka tertinggi di dunia ada di Korea Utara dan Eritrea. Dharvi Vaid melaporkannya untuk DW.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di London pada hari Rabu, 24 Mei 2023, menunjukkan telah terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah orang yang menjadi korban perbudakan modern dalam beberapa tahun terakhir.

Diperkirakan setidaknya 50 juta orang "hidup dalam situasi perbudakan modern" pada tahun 2021, menurut Indeks Perbudakan Global yang dirilis oleh organisasi hak asasi manusia (HAM) Walk Free. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebanyak 10 juta orang sejak perkiraan sebelumnya lima tahun lalu.

Situasi ini kian memburuk "dengan latar belakang konflik bersenjata yang semakin meningkat dan begitu kompleks hingga degradasi lingkungan yang terus meluas", dampak dari pandemi COVID-19, dan beberapa faktor lainnya.

anak mengambil ikan dari jala di ghanaAnak laki-laki ini adalah satu dari ribuan orang yang bekerja mengambil ikan dari jala di Desa Yeji, Ghana, Afrika, yang hidup dari sektor perikanan. Foto arsip pada 2007. (Foto: dw.com/id - Tugela Ridley/dpa/picture alliance)

Apa yang dimaksud dengan perbudakan modern?

Walk Free menggambarkan perbudakan modern sebagai "serangkaian konsep hukum tertentu termasuk kerja paksa, jeratan utang, pernikahan paksa, perbudakan dan praktik-praktik yang menyerupai perbudakan, serta perdagangan manusia."

"Perbudakan modern tersembunyi di depan mata dan sangat terkait dengan kehidupan di setiap sudut belahan dunia. Setiap harinya, banyak orang ditipu, dipaksa, atau terpaksa masuk ke dalam situasi eksploitatif yang tidak dapat mereka tolak atau tinggalkan.

"Setiap harinya, kita membeli produk atau bahkan menggunakan layanan secara terpaksa atau ditawarkan tanpa menyadari kerugian yang dapat ditimbulkannya," tulis studi tersebut.

Kerja paksa menyumbang setidaknya 27,6 juta dari mereka yang berada dalam perbudakan modern. Sementara pernikahan paksa menyumbang sekitar 22 juta orang, atau setara dengan hampir satu dari setiap 150 orang di dunia, menurut laporan terbaru.

petani korutPetani tampak membajak area sawah di Distrik Rangnang, Pyongyang, Korea Utara, pada 25 Mei 2021. (Foto: voaindonesia.com/AP/Jon Chol Jin)

Di mana perbudakan modern paling banyak terjadi?

Menurut laporan tersebut, tiga negara memiliki jumlah korban perbudakan modern tertinggi di dunia. dengan 104,6 warga Korea Utara dari 1.000 penduduk, 90,3 warga Eritrea, dan 32 warga Mauritania,

Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan Kuwait juga termasuk dalam daftar 10 besar negara dengan perbudakan modern tertinggi sedunia.

"Negara-negara ini memiliki beberapa karakteristik politik, sosial, dan ekonomi yang sama, termasuk terbatasnya perlindungan terhadap kebebasan sipil dan hak asasi manusia," kata studi tersebut.

Studi Indeks Perbudakan Global ini juga menambahkan bahwa banyak dari wilayah tersebut telah menyaksikan konflik, ketidakstabilan politik, dan/atau otoritarianisme.

Sementara beberapa negara lainnya menjadi rumah bagi populasi pengungsi dan pekerja migran terbesar "yang sering kali tidak mendapatkan perlindungan hukum yang sama dengan warga negara serta sangat rentan terhadap eksploitasi."

Di beberapa negara, pemerintahnya bahkan memaksa para warga untuk bekerja di berbagai sektor, di penjara-penjara swasta, atau bahkan harus memenuhi pelayanan wajib militer, kata laporan itu.

Namun, tak sedikit pula warga yang tereksploitasi di negara-negara anggota G20. Menurut studi terbaru, sebanyak 11 juta orang dieksploitasi di India, 5 juta di Cina, dan 1,8 juta di Rusia. (kp/hp)/dw.com/id. AFP dan dpa berkontribusi pada laporan ini. []

Berita terkait
Peringatan Hari Mengenang Korban Perbudakan dan Perdagangan Budak
Guterres mengakui bahwa “warisan perdagangan budak Trans-Atlantik ini menghantui hingga hari ini”