Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Pemerintah Indonesia memiliki sejarah panjang dalam membangun neraca keuangan yang sehat. Sebab Belanda tidak hanya mewariskan perekonomian yang rusak, melainkan juga beban utang kepada Indonesia. Warisan utang dari masa penjajahan Belanda kala itu senilai US$1,13 miliar atau setara Rp19,14 triliun dengan kurs saat ini.
"Dari sisi ekonomi waktu kita merdeka, kita diberikan warisan Belanda tidak hanya perekonomian yang rusak, namun juga utang dari pemerintahan kolonial," kata Sri Mulyani dalam Pembukaan Ekspo Profesi Keuangan secara virtual, Senin, 12 Oktober 2020.
Menurut Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kala itu bukan berarti langsung mengambil alih harta dan kekayaan yang ditinggalkan oleh Belanda. Sejak awal kemerdekaan hingga 75 tahun Indonesia merdeka, negara ini memang tidak selalu dalam situasi yang mudah secara ekonomi maupun keuangan.
Dari sisi ekonomi waktu kita merdeka, kita diberikan warisan Belanda tidak hanya perekonomian yang rusak, namun juga utang dari pemerintahan kolonial.
Ini Berarti, Indonesia mulai menjadi negara yang merdeka, dengan neraca keuangan nol. Sedangkan harta kekayaan yang ada, rusak karena perang.
Wanita yang akrab disapa Ani ini juga menambahkan, saat mulai membangun Indonesia, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sangat besar sehingga menciptakan tekanan yang luar biasa. Kala itu, pemerintah tidak bisa langsung menjual Surat Utang Negara (SUN) untuk menambal defisit sehingga Bank Indonesia ditugaskan mencetak uang dalam jumlah besar. Peredaran uang yang lebih banyak itu pada akhirnya menimbulkan inflasi besar.
- Baca Juga : Sri Mulyani: Krisis Akibat Corona Luar Biasa Bedanya
- Baca Juga : Wow Keren, Diam-diam Sri Mulyani Punya Moge
Selanjutnya, perekonomian Indonesia terus berkembang dari periode presiden pertama hingga presiden saat ini dan pada setiap periode memberikan refleksi history yang bisa kita pelajari.[]