Situasi Ekonomi Kondusif, Rupiah Menguat ke Rp 13.522

Situasi ekonomi kondusif, rupiah menguat ke Rp 13.522. "Didukung kenaikan peringkat, menandakan ekonomi tahun 2018 stabil dan lebih baik," kata Lukman Leong.
PEMBUKAAN PERDAGANGAN SAHAM 2018: Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (tengah), Menkeu Sri Mulyani (ketiga kiri), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso (ketiga kanan), Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kanan), Dirut Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio (kiri), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (kedua kiri) membuka perdagangan saham 2018 di BEI, Jakarta, Selasa (2/1). Wapres berharap pasar modal Indonesia dapat menghasilkan efek berganda (multiplier effect) yang lebih besar ke perekonomian nasional guna menjaga momentum perekonomian di tahun 2018. (Foto: Ant/Puspa Perwitasari)

Jakarta, (Tagar 2/1/2017) – Dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.550 per dolar Amerika Serikat (AS), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (2/1) pagi, bergerak menguat sebesar 28 poin menjadi Rp 13.522.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, situasi ekonomi nasional yang kondusif menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kondisi ekonomi yang kondusif, akan tetap mendorong aliran modal masuk ke dalam negeri.

"Didukung kenaikan peringkat dari Fitch Ratings, menandakan ekonomi pada tahun 2018 stabil dan lebih baik," kata Lukman Leong di Jakarta, Selasa (2/1).

Lukman menambahkan, mata uang rupiah pada awal tahun 2018 juga ditopang tren harga komoditas dunia yang masih berada dalam area penguatan.

"Harga komoditas menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang komoditas, termasuk rupiah," ujarnya.

Harga minyak jenis WTI Crude pada Senin (2/1) ini terpantau menguat 0,30 persen menjadi 60,60 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,34 persen menjadi 67,10 dolar AS per barel.

Analis Monex Investindo Futures Agus Chandra menambahkan, sebagian pelaku pasar keuangan memanfaatkan momentum perbaikan harga komoditas untuk tetap menempatkan investasinya pada aset-aset di negara berkembang.

"Rally harga minyak berpotensi menekan turun dolar AS, mata uang berbasis komoditas di negara berkembang masih akan diminati," jelasnya. (ant/yps)

Berita terkait