Sinta Nuriyah Wahid, Bagian dari 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia

Sinta Nuriyah, istri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dinobatkan oleh Majalah Time sebagai satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia.
Sinta Nuriyah, istri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid akrab disapa Gus Dur. (Foto: The New York Times)

Jakarta, (Tagar 20/4/2018) - Sinta Nuriyah, istri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dinobatkan oleh Majalah Time sebagai satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia. 

Majalah Time merilis daftar tahuhan 100 orang paling berpengaruh di dunia ini pada Kamis, (19/4/2018). Dalam majalah ini mantan Ibu Negara diibaratkan taman bunga yang merangkul keragaman.

Sinta Nuriyah mengatakan, "Ada bunga melati, mawar, anggrek, dan bunga-bunga lainnya. Semua bunga itu indah. Namun, tak ada yang bisa memaksa melati menjadi anggrek atau mawar menjadi bunga lainnya."

Sinta seorang feminis muslim yang memahami apabila agama dipolitisasi bisa berakibat buruk bagi perempuan dan kaum minoritas. Ia berdiri tegak menjaga keragaman dalam damai ditengah guncangan kelompok garis keras eksklusif yang berupaya merusak taman bunga.

Ia lahir di Jombang, 8 Maret 1948, putri sulung dari 18 bersaudara, disekolahkan di pesantren. Pada usia 13 tahun ia jatuh cinta dengan Wahid, gurunya di pesantren.

Ketika Wahid yang adalah Gus Dur melamarnya, ayahnya yang seorang penulis kaligrafi profesional kurang setuju.

Wahid kemudian menuntut ilmu di luar negeri. Jauh di Baghdad, Wahid menyampaikan lamaran kedua kalinya padanya, ia menerimanya. Tiga tahun sebelum pulang ke Indonesia, Wahid menikahinya dari jarak jauh. Kakek Wahid menjadi pengganti mempelai pria dalam upacara pernikahan mereka.

Saat Wahid pulang tahun 1971, Sinta lulus S1 di bidang hukum syariah. Ia membantu menghidupi keempat anaknya dengan membuat dan menjual permen.

Pada 1992 Sinta menjadi korban kecelakaan mobil yang melumpuhkan separuh tubuhnya. Ia menjalani terapi fisik selama satu tahun agar dapat menggerakkan lengannya. Ia kemudian melanjutkan S2 di bidang kajian perempuan di Universitas Indonesia. Staf universitas membawa Sinta ke lantai empat gedung universitas menggunakan tandu.

Sejak Gus Dur dimakzulkan, Sinta menjadi aktivis pendukung Islam moderat. Ia memulai tradisi buka puasa lintas agama pada bulan Ramadan. Ia memuji keberanian Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dan menyebut bahwa poligami selama ini tidak adil. Banser mengamankan setiap kegiatan-kegiatannya karena ia sering mendapat ancaman dari kaum ekstremis.

Sinta menyediakan diri sebagai penasehat kelompok perempuan transjender, mendukung kelompok agama minoritas, memilih mendukung kelompok paling lemah ketimbang hidup nyaman sebagai mantan istri seorang presiden. (af)

Berita terkait
0
Serahkan Alat Dukung Penyandang Disabilitas, Mensos Minta Tingkatkan Kepedulian Terhadap Sesama
Menteri Sosial (Mesos) Tri Rismaharini memuji konsistensi jemaat dan pimpinan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).