Sinabung, Setelah Tidur Pulas 400 Tahun

Di dunia ini ada enam gunung bergelar mentereng, Supervolcano, satu ada di Indonesia yaitu Danau Toba. Kalau danau itu kaldera, Gunung Sinabung adalah anaknya. Harus bangga atau ngeri?
Letusan Gunung Sinabung. (ist)

Jakarta, (Tagar 19/2/2018) – Di dunia ini ada enam gunung bergelar mentereng, Supervolcano, satu ada di Indonesia, yaitu Danau Toba, terluas di Indonesia dan Asia Tenggara, terbentuk akibat letusan hebat Gunung Toba pada 74 ribu tahun lalu. Letusan itu menyemburkan material yang diklaim mengakibatkan pendinginan global selain tentunya korban yang luar biasa banyak. Ahli menyatakan ada 'kekuatan' besar di bawah Danau Toba yang potensial meledak di masa depan.

Supervolcano Toba memiliki dapur magma di bawahnya dan sempat tertidur pulas selama 400 tahun. Di atasnya adalah keindahan Danau Toba. Dan kalau danau itu adalah kaldera, maka Gunung Sinabung adalah anaknya. Gunung Sinabung yang misterius adalah sisi lain dari keindahan Danau Toba.

2010

Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada 27 Agustus 2010, mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada 29 Agustus 2010 lewat tengah malam ia mengeluarkan lava.

Kala itu status gunung dinaikkan menjadi Awas. Dua belas ribu warga di sekitar dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan terselimuti abu dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya.

Pada 3 September 2010 terjadi 2 letusan, pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung.

Pada 7 September 2010 Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis tersembur hingga 5000 meter di udara.

2013

Pada 2013 Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013 terjadi 4 kali letusan. Pertama pada 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore hari. Pada 17 September 2013 terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar mengungsi ke kawasan aman.

Peristiwa itu membuat status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.

Memasuki bulan November terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan.

Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km.

Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 sejak sore, dilanjutkan pada hari berikutnya sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 meter di atas puncak gunung. Akibat rangkaian letusan itu Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu vulkanik.

Pada 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus diungsikan. Status level 4 (Awas) terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014.

2014

Mulai 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal yang memaksa bertambahnya warga yang mengungsi hingga melebihi 20 ribu orang.

Setelah kondisi itu bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya (5 km) dapat dipulangkan. Namun demikian, sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3 orang luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung yang berada dalam zona bahaya 1.

2016

Pada 21 Mei 2016 pukul 16:48 WIB Gunung Sinabung kembali meletus dengan mengeluarkan awan panas yang menyelimuti Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Akibatnya 7 orang meninggal dunia, 2 lainnya mengalami luka bakar. Para korban diketahui tengah berada di zona merah di kawasan Desa Gamber yang beradius 4 Km dari Gunung Sinabung.

Sampai dengan 22 Mei 2016 telah terjadi 4 kali letusan. Menurut petugas pos gunung Sinabung, luncuran awan panas akibat erupsi pertama kali terjadi sekira pukul 14.30 WIB.

2018

Setelah tidur sejenak, lagi-lagi Gunung Sinabung mengamuk pada 15 Januari 2018 pagi dengan erupsi, menyemburkan abu vulkanis sebanyak 2 kali, membuat desa-desa di sekitarnya gelap gulita. Informasi dari pos pemantau Sinabung, erupsi pertama terjadi pukul 10:43 WIB dengan kolom abu vulkanis setinggi 2800 meter dan lama gempa 387 detik. Erupsi kedua terjadi pukul 11:50 WIB. Erupsi itu menyemburkan abu vulkanis setinggi 1300 meter dan lama gempa 158 detik.

"Masyarakat dan wisatawan jangan melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak, dan dalam jarak 7 km untuk sektor selatan-tenggara, di dalam jarak 6 km untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 km untuk sektor utara-timur Sinabung." Peringatan disampaikan Armen Putra, Kepala Pos Pemantau Gunung Api Sinabung.

Pada 18 Januari 2018 pagi Sinabung kembali erupsi dengan menyemburkan abu vulkanis setinggi 3,5 kilometer yang menyebabkan gempa vulkanis selama 325 detik. Abu vulkanis terbawa angin lemah ke arah Selatan-Barat Daya. Tidak ada laporan korban jiwa akibat kejadian tersebut.

"Kami imbau masyarakat jangan melakukan aktivitas dalam radius 7 kilometer dari puncak. Ikuti arahan BPBD yang akan melakukan sosialiasi," kata Armen kala itu.

Pada 25 Januari 2018 pagi Sinabung kembali erupsi, menyemburkan abu vulkanis setinggi 2.500 meter yang menyebabkan gempa vulkanis selama 372 detik. Abu vulkanis terbawa angin lemah ke arah selatan - barat. Tidak ada laporan korban akibat kejadian tersebut.

"Kita imbau masyarakat waspada dan jangan masuk ke zona merah." Armen kembali meminta masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 7 kilometer dari puncak.

Pada 27 Januari 2018 pagi Sinabung kembali erupsi, menyemburkan abu vulkanis setinggi 300 meter, meluncurkan awan panas sejauh 2,5 kilometer, dan menyebabkan gempa vulkanis selama 372 detik. Tidak ada laporan korban terluka. Masyarakat kembali diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 7 kilometer dari puncak.

Pada Senin pagi 19 Februari 2018 Sinabung kembali meletus, puncak kawah mengeluarkan asap disertai abu vulkanik, awan panas sejauh 5000 meter.

Berdasarkan Pos Pengamatan Gunung Sinabung, ketinggian awan panas letusan Gunung Sinabung dengan kolom abu mencapai 5.000 meter. amp 120 mm dan lama gempa berkisar 607 detik disertai suara gemuruh dan awan panas dengan jangkauan ke arah timur laut sejauh 3500 meter, dan ke arah selatan sejauh 4900 meter.

"Sinabung erupsi pada pukul 08.54 WIB dengan tinggi kolom abu mencapai 5.000 meter. Warga diimbau untuk menjauhi zona merah." Armen kembali memberikan peringatan.

Bagaimana supaya Mbah Sinabung tidur pulas selamanya, tidak bangun lagi, tidak mengamuk lagi?

Siti Afifiyah

Berita terkait