Simo Hayha, Pembunuh Yang Melegenda

apakah dia menyesal telah membunuh banyak manusia. Begini jawaban Simo, “Aku hanya menjalankan tugasku, itu yang aku lakukan, sebaik mungkin akan kulakukan."
Makam Sang Kematian Putih Simo Hayha, Sniper Legendaris. (Foto;

Jakarta, (Tagar 14/10/2017) - Dalam suhu 20 hingga 40 derajat celsius, berpakaian putih menyerupai salju. Simo Hayha berhasil membunuh 505 tentara Soviet, sekaligus memegang rekor membunuh terbesar dalam sejarah perang musim dingin.

Simo memutuskan untuk membantu Finlandia, ketika Uni Soviet yang dipimpin Joseph Stalin menginvasi Finlandia pada 30 November 1939. Dalam waktu kurang dari 100 hari. Selain menggunakan sniper (penembak runduk), Simo juga membunuh dua ratusan tentara dengan senapan Suomi KP/-31.

Oleh karena itu Simo Hayha dijuluki White Death (Kematian Putih). Terlahir 17 Desember 1905, ditakdirkan sebagai tentara Finlandia, yang awalnya hanya seorang petani dan pemburu yang telah melewati 1 tahun masa wajib militer.

Masa perang, Soviet mencium adanya penembak jitu milik Finlandia. Soviet berencana menyingkirkannya dengan mengirim pasukan khusus dan tim counter-sniper untuk mengimbangi kemahiran Simo dalam menembak jarak jauh.

Namun karena tidak adanya tentara Soviet yang berani mendekati area dimana Simo diperkirkan bersembunyi, Soviet hanya mampu menggancarkan serangan carpet-bombing yang ditujukan hanya untuk Simo.

Dengan terus menerus mengalirkan serangan counter sniper dan serangan artileri. Akhirnya sesorang tentara Soviet berhasil menembak Simo dengan peluru peledak.

The White Death berhasil dihentikan pada tanggal 6 Maret 1940. Ketika ditemukan dan dibawa ke markas, setengah dari rahangnya hancur.

13 hari setelah tertembak, Simo Hayha terbangun dari tidur panjangnya pada 13 Maret 1940. Dan tepat dihari itu, pihak Rusia juga Finlandia memutuskan berdamai serta menghentikan perang.

Jauh hari ketika perjanjian perdamaian ditandatangani. Simo diberikan pangkat letnan kedua, oleh Marsekal Lapangan Carl Gustaf Emil Mannerheim.

Meski selamat, Simo mengalami cacat wajah secara permanen. Kisah Simo Hayha menjadi kisah legenda yang diceritakan dari satu sniper ke sniper lain.

Pada tahun 1998, Simo diwawancarai tentang resep sehingga dia bisa menjadi sniper hebat. Simo menjawab singkat, "Latihan". Lalu ditanya, apakah dia menyesal telah membunuh banyak manusia. Begini jawaban Simo, “Aku hanya menjalankan tugasku, itu yang aku lakukan, sebaik mungkin akan kulakukan."

Kisah Simo menjadi inspirasi lagu White Death, sebuah lagu yang dipopulerkan band metal asal Swedia, Sabaton. Simo Hayha meninggal pada tahun 2002, atau pada usia 96 tahun, di rumah sakit khusus veteran perang. Di nisannya tertulis tiga kata dari bahasa Finlandia, yaitu Rumah, Agama, Ibu Pertiwi. (dbs)

Ardha Franstiya

Berita terkait
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"