Setelah 160 Tahun, Sayonara Swalayan Robinsons di Singapura

Pasar swalayan Robinsons akhirnya menyerah dengan derasnya gempuran dari platform belanja onlne, dengan menutup dua gerai terakhir di Singapura.
Pasar swalayan Robinsons akhirnya menyerah dengan derasnya gempuran dari platform belanja onlne, dengan menutup dua gerai terakhir di Singapura. (Foto: Tagar/CNA/Robinsons).

Jakarta - Robinsons akhirnya harus menyerah juga dengan derasnya gempuran dari platform-platform belanja online di Singapura. Setelah 160 tahun beroperasi, pasar swalayan ini terpaksa akan menutup dua gerai terakhirnya dalam pengumuman yang disampaikan Jumat, 30 Oktober 2020.

Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Sabtu, 31 Oktober 2020, Robinsons memulai proses likuidasi untuk gerai-gerainya di The Heeren dan Raffles City Shopping Center. Selain karena kalah oleh pergeseran perilaku konsumen dari belanja offline ke belanja online, juga karena imbas pandemi Covid-19.

Perusahaan juga akan menutup dua gerai di Malaysia. Berikut beberapa hal yang mungkin tidak Anda ketahui tentang Robinsons:

Sebelum bernama Robinsons Departmen Store (Pasar Swalayan Robinson), dikenal sebagai Spicer dan Robinson. Perusahaan retail ini didirikan pada 1858 oleh imigran Australia, Philip Robinson dan mantan sipir penjara di Singapura, James Gaborian Spicer.

Bisnis Logistik Rumah Tangga

Keduanya bermitra membuka bisnis logistik rumah tangga (family warehouse) di kawasan Commercial Square, yang sekarang dikenal sebagai Raffles Place, menurut sebuah artikel di perpustakaan digital Badan Perpustakaan Nasional (NLB) Singapura.

Awalnya perusahaan ini menjual makanan seperti teh, nasi, gula, oatmeal, biskuit, kerupuk, keju dan daging yang diawetkan, serta topi wanita dan barang-barang penjahit. Pada 1859, Spicer memutus kongsi dan Robinsons menemukan mitra baru bernama George Rappa. Ia kemudian mengubah brand menjadi Robinsons and Company.

Gerai RobinsonsGerai Robinsons. (Foto: Tagar/CNA/Robinsons).

Robinsons mengembangkan bisnisnya dengan cara yang berbeda. Dia mempekerjakan perwakilan perjalanan untuk menyisir Kepulauan Melayu dan Kalimantan. Banyak Penguasa Melayu yang menjadi pelanggannya, termasuk Raja Mongkut dari Siam .

Menjelang akhir tahun 1864, terjadi krisis keuangan, perusahaan bangkrut, dan ratusan toko tutup. Robinsons berhasil bertahan selama periode waktu ini. Sebuah toko baru dibuka di Battery Road , dan yang menjadi asisten pertama TC Loveridge dari Inggris.

Putra Robinsons Ambilalih Bisnis

Pada 1881 Robinsons meninggal dunia. Putranya, Stamford Raffles Robinsons mengambil alih bisnis tersebut. Pada tahun 1891 perusahaan pindah ke toko yang lebih besar di Raffles Place.

Pada 1941, Robinsons junior membuka kafe yang lebih nyaman karena telah dilengkapi pendingin. Ia membuka bisnis salon, tata rambut, selain juga menawarkan barang dagangan seperti pakaian pria dan wanita, barang kulit, kembang gula dan peralatan perak.

Jepang mengebom gedung itu pada 8 Desember 1941, tetapi bisnis buka seperti biasa keesokan harinya. Toko Robinsons dijarah pada hari-hari terakhir perang. Namun, perak dan barang berharga lainnya tidak dapat diambil. Bahkan tukang kunci terbaik atau obor oxy-acetylene tidak dapat membuka ruangan.

Robinsons dibuka kembali pada bulan April 1946. Bisnis perusahaanberkembang pesat dan memperoleh keuntungan sebesar US$ 1 juta, pertama kali dalam sejarah.

Gerai RobinsonsSeorang pria tengah melintas di depan gerai Robinsons di Singapura. (Foto: Tagar/CNA/Robinsons).

Robinsons terus mengembangkan sayap dengan berekspansi ke Malaysia. Perusahaan ritel ini semakin banyak membuka gerai di Singapura dan Malaysia.

Seiring berjalannya waktu dan bisnis belanja online mulai booming, Robinsons dan kebanyakan perusahaan ritel offline mulai ditinggalkan pelanggan. Ini berdampak terhadap operasional perusahaaan, Robinson mulai menutup satu per satu gerainya.

Robinsons menutup gerai di The Centrepoint pada Maret 2014, setelah 31 tahun menjadi penyewa utama. Pada Agustus 2020, giliran gerai di JEM Singapura yang ditutup.

Pada 30 Oktober 2020, Robinsons harus mengucapkan "sayonara, selamat tinggal" untuk dua gerainya yang terakhir ditutup. [] 

Berita terkait
Ibarat Gula, IPO Perusahaan Jack Ma, Ant Diburu Investor Ritel
Investor ritel ramai-ramai memburu saham penawaran umum perdana (IPO) Ant Group, perusahaan fintech milik miliader China, Jack Ma.
Panic Buying Imbas Corona, Ini Kata Asosiasi Peritel
Sikap masyarakat yang memborong kebutuhan pokok harian di berbagai gerai swalayan Tanah Air mengundang keprihatinan para pelaku usaha.
Ada Doraemon Datang dari Jepang ke Museum Nasional Singapura
Robot kucing lucu bernama Doraemon menghibur masyarakat Singapura dengan hadir di Museum Nasional.
0
PBB Katakan Lebanon dalam Situasi Krisis
PBB mengatakan melonjaknya harga pangan memaksa 90% keluarga di Lebanon mengkonsumsi makanan yang lebih murah