Sering Disakiti, Ratusan Sopir Online Gelar Unjuk Rasa

"Kami sering diintimidasi. Padahal sama-sama cari makan. Banyak kawan kami yang dianiaya. Kami harap pemerintah melindungi kami," pungkas Syaiful.
Medan, Demo Angkutan Online. Salah seorang pengurus Asosiasi Driver Online (ADO) Kota Medan, Syaiful Bahri, mengatakan, masih masih ada zona larangan bagi driver angkutan online untuk mengangkut penumpang. Lokasi itu yakni di kawasan bandara, depan stasiun kereta api, dan sejumlah lokasi lainnya. (Foto: Eri)

Medan, (Tagar 18/12/2017) - Sekitar 300 sopir angkutan online meluapkan aspirasinya lantaran sering diintimidasi dan dianiaya oknum. Unjuk rasa itu dilakukan di kantor Gubernur Sumatera Utara, Jalan Diponegoro, Kota Medan, Senin (18/12).

Masa aksi tersebut tergabung dalam Asosiasi Driver Online (ADO) Kota Medan. Mereka berorasi menyampaikan keluhan selama mereka bekerja.

Salah seorang pengurus ADO Kota Medan, Syaiful Bahri, mengatakan, masih masih ada zona larangan bagi driver angkutan online untuk mengangkut penumpang. Lokasi itu yakni di kawasan bandara, depan stasiun kereta api, dan sejumlah lokasi lainnya.

"Para driver tidak nyaman dalam berusaha. Karena kami juga cari makan. Jadi kenapa kami didiskriminasi?" ujar Syaiful dalam orasinya. Massa yang datang membawa kendaraan sepeda motor dan mobil parkir di seputaran kantor Gubernur Sumut.

Para driver juga menilai pengelola angkutan online juga sering berlaku arogan. Misalnya dengan mengenakan suspend kepada driver secara sepihak dan tanpa pertimbangan. Pemutusan sebagai mitra dilakukan secara sepihak.

“Perlakukan kami seperti karyawan, bukan mitra secara sewenang-wenang,” sambung Syaiful. Para driver juga meminta pengelola perusahaan angkutan online melakukan perekrutan berimbang. Selama ini pengelola terus melakukan perekrutan.

Massa juga menuntut pemerintah agar pemerintah mengikutsertakan mereka dalam penyusunan regulasi angkutan online. Selama ini, para pengemudi hanya menerima informasi lewat media. Sedangkan dalam praktiknya, implementasi peraturan itu diwarnai penyimpangan.

“Dalam proses pendaftaran ke badan hukum kami diminta memberikan biaya pendaftaran dan lain-lain,” tambahnya.

Menurut Syaiful, para driver kerap kali mendapat intimidasi sampai penganiayaan dari oknum. Bahkan, sampai saat ini sudah banyak pelaku kekerasan yang dijadikan tersangka oleh pihak kepolisian.

"Kami sering diintimidasi. Padahal sama-sama cari makan. Banyak kawan kami yang dianiaya. Kami harap pemerintah melindungi kami," pungkas Syaiful. (eri)

Berita terkait
0
Ons Jabeur vs Elena Rybakina Bikin Sejarah di Final Tunggal Putri Wimbledon 2022
Petenis Tunisia, Ons Jabeur, unggulan ke-3 bertemu petenis Kazakhstan, Elena Rybakina, unggulan ke-17, catat sejarah di final Wimbledon 2022