Seperti Apa Konstruksi Rumah Tahan Gempa di Jepang?

Menyikapi teraturnya gempa, konstruksi rumah tahan gempa diterapkan di Jepang sejak 1891.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar 4/4/2019) - Gempa bumi tak asing lagi di Jepang. Menyikapi teraturnya bencana alam tersebut, konstruksi rumah tahan gempa diterapkan di bangunan yang terletak di negeri sakura.

Dalam catatan sejarah gempa di Jepang, terparah melanda Prefektur Miyagi pada 12 Juni 1978. Kekuatan gempa 7,7 skala richter (SR) disusul tsunami kecil melanda kota tersebut. Akibatnya, 28 jiwa tewas sementara 1.325 lainnya luka-luka. Sementara banyak bangunan rusak berat.

Sejak bencana itu, pemerintah Jepang langsung merevisi Undang-undang Standar Bangunan Jepang pada tahun 1981. Setelah direvisi, disebutkan standar bangunan di Jepang harus mengikuti standar Badan Meteorologi negara ber-Ibu Kota Tokyo tersebut, yaitu tahan gempa di atas 6 magnitudo.

Pemerintah Jepang membagi 3 struktur material bangunan dan rumah berdasarkan tingkat ketahanan gempanya. Bagaimana seharusnya kontruksi rumah tahan gempa di Jepang itu? Berikut penjelasannya:

1. Struktur Tahan Gempa Bumi  (earthquake resistant structure)

Semua bangunan atau rumah yang dibangun setelah tahun 1981 harus sesuai dengan Standar Struktur Anti-Seismik baru. Standar ini wajib diberlakukan semua bangunan untuk memiliki struktur resistan gempa bumi.

Struktur tahan gempa bumi ini terdiri dari tiang, dinding dan lantai untuk meyerap gerakan gempa.

Dalam struktur tersebut, bangunan terbagi menjadi dua: struktur keras agar tidak runtuh, dan struktur fleksibel dengan acuan bagian struktur utama yang bisa menekuk fleksibel untuk membuyarkan gaya pergerakan seismik.

Rumah tahan gempaRumah berbentuk dome. Rumah tahan gempa bumi bantuan Amerika Serikat di Sleman, Yogyakarta. (Foto: Antara/Regina Safri)

2. Damping Structure (struktur redaman)

Untuk meminimalisir gempa, dinding setiap bangunan harus menyerap energi dari gempa bumi. Structure dapat dibagi menjadi tipe aktif yang menggunakan energi seperti listrik, dan jenis pasif yang menggunakan kekuatan fisik.

Jika dibandingkan dengan struktur tahan gempa bumi, struktur redaman dapat mengurangi intensitas gempa sebesar 70 persen hingga 80 persen.

3. Struktur Isolasi Seismik

Struktur isolasi seismik biasanya dipakai untuk bangunan bertingkat lebih dari dua.

Pada struktur ini dipasang alat isolator (perangkap penyerap gempa). Alat ini digunakan untuk menghalangi gerakan gempa merusak bangunan.  Alat tersebut mengandung, salah satunya, karet laminasi agar memblokir getaran sebelum mencapai bangunan.

Sementara ada empat bahan yang paling sering digunakan di Jepang untuk kantor atau rumah. Bahan tersebut adalah: 

Kayu

Kayu ini adalah bahan utama yang digunakan sebagian besar rumah di Jepang. Sementara untuk gedung, bahan ini berada pada bagian tiang inti dari bangunan.

Baja

Bahan baja biasanya digunakan untuk bangunan gedung besar, terutama pada bagian kerangka. Bahan baja ini sanagt jarang digunakan untuk bangunan rumah di Jepang.

Beton Bertulang (reinforced concrete (RC))

Ketika membangun kerangka bangunan besar, harus dilengkapi dengan bahan RC.

4. Beton Bertulang Baja (SRC/Steel Reinforced Concrete Structure)

Bahan SRC dapat memberikan ketahanan seismik yang sangat padat, dan tahan lama.

Dengan melihat hal tersebut, sudah saatnya Indonesia menerapkan rumah tahan gempa pada seluruh tempat tinggal, khususnya bagi daerah yang rawan gempa.

Pasalnya Indonesia rentan dengan gempa bumi karena berada di kawasan cincin api pasifik. Sehingga gempa menjadi bencana alam yang harus diantisipasi sejak awal.

Baca juga:

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.