Sepak Terjang Andi Arief, Aktivis Sekaligus Loyalis SBY Pengguna Narkoba

Benih-benih sikap kritis Andi Arief muncul di Yogyakarta.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief dicokok kepolisian karena menggunakan narkoba berjenis sabu. Andi diamankan bersama seorang perempuan pada Minggu (3/3). (Foto: Twitter/AndiArief__)

Jakarta, (Tagar 5/3/2019) - Tertangkapnya Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief usai memakai narkoba jenis sabu oleh Direktorat Tindak Pidana Narkotika Polri di Hotel Menara Peninsula Jakarta pada Minggu (3/3) mengejutkan publik. Musababnya Andi Arief dikenal vokal menyuarakan pernyataan kontroversial jelang Pilpres 2019.

Andi sang aktivis

Andi yang berani mengkritik pemerintahan sekaligus petahana calon presiden nomor urut satu (01) Joko Widodo, tapi membela capres nomor urut dua (02) Prabowo Subianto juga memihak partainya berdiri ternyata bukan orang "biasa". Andi adalah salah satu Akitivis pro-demokrasi yang menjadi korban penculikan 1998.

Saat menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Solidaritas Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang berpayung pada Partai Rakyat Demokratik (PRD), sebagai aktivitas Andi Arief pun dianggap mengancam Orde Baru. Hingga pada 28 Maret 1998 ia diculik di toko penyewaan alat-alat musik milik kakaknya, di Jalan Ki Maja, Way Halim Indah, Bandar Lampung, dan dibebaskan pada 14 Juli 1998.

Sebagai aktivis, benih-benih kritisnya muncul sejak ia menjalani perkuliahan di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM). Andi sempat menjadi Ketua Umum Senat mahasiswa Fisipol UGM 1993-1994, serta menjadi Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol 1994-1995.

Dukung SBY

Meski pergerakan Andi Arief sebagai aktivis sempat tak terendus sejak meluncurkan sebuah buku berjudul "Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni" dengan rekan aktivisnya Nezar Patria, Andi kembali. Tidak sebagai Aktivis, kali ini Andi muncul sebagai Sekretaris Jenderal Jaringan Nusantara, salah satu organisasi relawan pendukung Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang maju sebagai calon presiden didampingi Jusuf Kalla pada 2004 silam.

Wasekjen Partai Demokrat Andi AriefWasekjen Partai Demokrat Andi Arief ditangkap oleh Tim NIC Dittipidnarkoba Bareskrim Polri, Minggu (3/3). Andi dicocok karena penyalahgunaan narkoba jenis sabu. (Foto: Twitter/AndiArief__)

Ia pun tak menghiraukan suara sumbang yang mengkritik pilihan politiknya pada SBY, yang berasal dari militer. Dukungannya pun ternyata tak sia-sia, ketika SBY-Kalla menang di Pilpres 2004. Pada 2006 ia didapuk menjadi Komisaris PT Pos Indonesia.

Jelang Pilpres 2009, kala SBY kembali maju sebagai inkumben, pria kelahiran 20 November 1970 ini melepaskan jabatannya di PT Pos Indonesia. Masih menjadi bagian relawan, ia berada dibelakang SBY lagi, menyokong kemenangan SBY yang didampingi Boediono.

SBY pun menghadiahi Andi Arief sebuah jabatan dalam pemerintahannya, yakni menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana pada 19 November 2009 hingga masa jabatannya berakhir pada 2014.

Loyalis SBY

Loyalitas Andi terhadap SBY pun tak dapat diragukan lagi, karena pada 2017 Andi masuk dalam jajaran kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat 2015-2020 yakni sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat.

Suara Andi awalnya tidak terlalu vokal. Namun, jelang penentuan bakal calon wakil presiden di 2019, antara Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan PKS, Andi terlihat membela partai besutan SBY itu.

Saat calon presiden nomor urut satu (01) Prabowo Subianto akhirnya memutuskan Sandiaga Uno lah yang mendampinginya di Pilpres 2019, Andi pun naik pitam. Tapi, pernyataannya dilontarkan melalui akun media sosial twitter miliknya.

Andi, tak segan mengkritik Prabowo yang diduganya menerima mahar politik Rp 1 triliun dari Sandiaga Uno, hingga akhirnya PAN, dan PKS setuju Sandi dampingi Prabowo. Padahal penentuan calon wakil presiden kala itu berlangsung alot.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan. Bahwa keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi, Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus," cuit Andi dalam Twitter miliknya @AndiArief_, pada 8 Agustus 2018, sekitar pukul 21.29 WIB.

Baca juga: Andi Arief Tertangkap, Mesin Partai Demokrat Pincang?

Kendati demikian, cuitan tersebut hanya menjadi kenangan koalisi antara Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, dan PKS. Karena pada akhirnya tidak ada mengkonfirmasi maksud dari cuitan Andi.

Prabowo pun tak menunjukan amarah membalas cuitan Andi. Malah, Prabowo memberikan rangkulan pada Andi seusai pertemuan Prabowo dengan SBY di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (12/9). Momen keakraban keduanya terekam saat sesi foto bersama wartawan.

Kala itu, Andi yang berada di barisan belakang diminta Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan untuk maju dan berdiri tepat di samping Prabowo. Lantas, Prabowo yang tak merasa canggung pun memberi rangkulan pada Andi Arief sembari tertawa.

Tak hanya membela saat Partai Demokrat tak punya posisi di Pilpres mendatang, Andi pun membela partainya saat dituding bermain dua kaki pascabanyaknya Ketua Dewan Pimpinan Daerah yang mendukung paslon nomor urut satu (01) Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

"Soal Demokrat dua kaki jadi rame. Perintah Ketua Umum SBY itu jelas memang dua kaki. Satu Kaki di pileg, Satu kaki di Pilpres. Justru yang main satu kaki itu yang aneh dalam pemilu berbarengan. ujung tombak pileg adalah caleg. Ujung tombak pilpres adalah Pengurus Pusat," tulis Andi Arief pada 11 September 2018, sekitar pukul 14.35 WIB.

Sebagai orang yang kenal dekat dengan SBY, Andi Arief pun kerap mendoakan kesembuhan Ani Yudhoyono yang menjalani perawatan kanker darah di National University Hospital, di Singapura.

Kemudian tak lama setelah pidato politik Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Senin (1/3), Andi pun turut membela putra presiden tersebut yang menuai banyak spekulasi publik.

"Terlalu banyak yang berspekulasi soal pidato AHY semalam. Padahal AHY mewakili Partai Demokrat dan rakyat jelas menginginkan Presiden yang bisa membuat rakyat lebih baik dengan demokrasi dan pertumbuhan ekonomi 6 persen. AHY dan Demokrat menjadi juru bicara rakyat," kata AHY pada 2 Februari 2019, sekitar pukul 14.06 WIB.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Ini Daftar Lengkap Negara Peserta Piala Dunia FIFA 2022 Qatar
Daftar lengkap 32 negara yang akan bermain di putaran final Piala Dunia FIFA 2022 Qatar November - Desember 2022