Senin, Simbolis Penutupan Lokalisasi di Semarang

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang memperlihatkan keseriusan penutupan Lokalisasi Sunan Kuning dengan pertama-tama mencopot gambar seronok di lokasi tersebut.
Satpol PP Kota Semarang bertemu dengan ratusan pelaku usaha Sunan Kuning dan Gambilangu guna memantapkan rencana penutupan aktivitas prostitusi. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang mengagendakan pencopotan dan penghapusan gambar seronok di komplek lokalisasi Sunan Kuning dan Gambilangu. Langkah ini sebagai simbol awal keseriusan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menghapus prostitusi di wilayahnya.

“Minggu depan, Senin 22 Juli 2019, kami akan ke sana copot gambar yang vulgar atau seronok sebagai bentuk pemkot benar-benar ada itikad untuk menutup prostitusi,” tegas Kepala Satpol PP Kota Semarang Fajar Purwoto usai bertemu dengan ratusan pelaku usaha Sunan Kuning dan Gambilangu di kantornya, di Semarang, Jumat 19 Juli 2019.

Penutupan aktivitas prostitusi di dua lokalisasi terus dimantapkan sebelum batas akhir 15 Agustus 2019 mendatang.

Karena itu, pihaknya terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait di Sunan Kuning dan Gambilangu demi kesuksesan program nasional tersebut.

“Makanya kami lakukan secara bertahap. Kalau langsung kami greg tutup tentu ada gejolak. Hari ini kami undang pelaku usaha di dua lokalisasi tersebut, kami ajak diskusi maunya seperti apa. Kamis 18 Juli 2019, kami juga sudah bertemu dengan anak asuh, bapak asuh atau ibu asuh,” beber dia.

: Artikel terkait: Sunan Kuning Ditutup, Prostitusi Terselubung Marak

Dari dua kali pertemuan lanjutan tersebut, lanjut Fajar, para pelaku usaha, wanita pekerja seks (WPS) dan orang tua asuhnya secara prinsip tidak menyoal penutupan prostitusi. Satpol PP sepakat untuk tidak mengeluarkan WPS sebelum uang tali asih Rp 5,5 juta per WPS turun.

“Jadi kalau tidak ada dana, kami tidak akan lakukan penutupan. Karena anak asuh ini ada korelasinya, mereka keluar, baru kita tutup prostitusinya. Karena amanatnya menutup prostitusi,” tegas dia.

Pemkot Semarang Tidak Akan Matikan Usaha Warga di Sunan Kuning

Di sisi lain, Pemkot Semarang juga tidak akan mematikan usaha dari warga Sunan Kuning maupun Gambilangu. Keinginan agar usaha karaoke dilegalkan akan ditindak lanjuti Satpol PP dengan menyurati Dinas Tata Ruang (Distaru) untuk segera merevisi aturan tata ruang kota, khususnya di Kelurahan Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat  dan Kelurahan Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu, tempat Sunan Kuning dan Gambilangu berada.

“Karena mereka ini warga Semarang juga. Saya kira Pak Wali Kota juga akan bijaksana. Nanti bisa untuk kampung wisata karaoke, kuliner atau apa,” ujar dia.

Terkait kekhawatiran jika karaoke di izinkan nanti tetap dijadikan ajang prostitusi, Fajar berjanji akan  membentuk tim guna melakukan pengawasan ketat. “Kami akan lakukan piket bersama dengan polisi dan TNI. Saya yakin, mereka ada itikad baik. Misalnya dari 100 WPS keluar, 10 – 15 akan lakukan prostitusi terselubung. Tapi lama kelamaan akan terkikis. Karena orang sekarang nyari hiburan di karaoke tapi tidak semua karaoke itu negatif,” yakinnya.

: Artikel terkait: Suara Gelisah di Rencana Penutupan Sunan Kuning

Rohmat, pemilik Wisma Maharani di Sunan Kuning mengaku ada delapan anak asuh yang berprofesi sebagai pemandu karaoke yang tinggal di wismanya. Ia menyatakan selama ini tidak pernah membuka usaha prostitusi. Kabar penutupan membuat area lokalisasi sepi, termasuk usahanya yang berlokasi di RT 3 RW 4.  

“Paling semalam ada satu atau dua yang datang dan kebanyakan pelanggan. Karena sepi anak-anak sementara libur, ada yang sudah pulang ke daerah asalnya,” tutur dia.

Dia meminta Pemkot Semarang melegalkan usaha karaoke jika penutupan Sunan Kuning terjadi. Karena penutupan jelas bakal berdampak pada usaha sektor informal warga seperti miliknya.

Hal senada disampaikan Koordinator Gambilangu, Kaningsih. “Ada 193 pemandu karaoke, 93 pemilik wisma karaoke dan memang belum pada izin,” ujar dia. Wanita yang akrab disapa mami ini mengklaim Gambilangu saat ini sudah tidak ada aktivitas prostitusi.

“Room sudah tidak menyediakan kamar, rumah di sini juga kecil-kecil jadi tidak memungkinkan buat prostitusi. Mereka order dari panggilan online dan prostitusinya di luar,” tukas dia. []

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.