Yogyakarta (Tagar 25/12/2018) - Tenaga manusia sebagai pengayuh becak di era modern ini dianggap kurang manusiawi. Inovasi tenaga penggerak energi listrik pada dibecak dimunculkan untuk memanusiakan mereka dalam mengais rezeki.
Untuk itu, UGM Yogyakarta melalui Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PSEKP) dan Inovation Center for Automatic (ICA) mengenalkan Becak Listrik. Becak yang diberi nama Belis yang merupakan singkatan dari becak listrik ini mendapat dukungan pendanaan dari Pertamina dan PLN.
Peneliti PSEKP UGM Fahmy Radhi mengatakan, peluncuran Belis ini bagian dalam membantu tukang becak agar mampu meningkatkan jasa layanannya. Adanya inovasi tenaga penggerak energi listrik pada becak diharapkan dapat meringankan beban tukang becak.
"Belis ini hadir bertujuan untuk memanusiakan para tukang becak," kata Fahmy kepada Tagar News di Yogyakarta, Senin (24/12).
Dengan energi listrik, maka dapat mengurangi penggunaan energi fosil dan ramah lingkungan. Berbeda dengan becak motor (bentor) yang sudah beroperasi selama ini. Selain kelaikan jalan dipertanyakan, bentor terbentur dengan regulasi UU Nomor 22/2009 tentang Transportasi.
Keberadaan bentor juga dikeluhkan karena polusi udara dari gas emisi yang dikeluarkan. Maklum, motor yang dipakai rata-rata sudah tua. Tidak laik jalan dan tanpa surat-surat. Tidak heran, abang becak motor sering ditilang polisi atau berhubungan dengan ranah hukum. Di Yogyakarta sendiri, setidaknya ada 3000-an becak motor.
UGM Yogyakarta melalui PSEKP dan ICA yang didukung pendanaan dari Pertamina dan PLN meluncurkan Becak Listrik yang diberina nama Belis. Peluncuran Belis ini merupakan upaya memanusiakan tukang becak dalam mengais rezeki, ramah lingkungan serta meningkatkan jasa layanan. (Foto: Dok UGM/ Ridwan Anshori)
Dalam peluncuran Belis ini, UGM memberikan 12 becak listrik kepada tukang becak yang berada di sekitar kampus. Ini sebagai permulaan. Rencananya akan mengembangkan 100 sampai 1.000 becak listrik. "Lalu membuat satu juta becak listrik untuk tukang becak di seluruh Indonesia," tegasnya.
Kepala ICA UGM, Dr. Jayan Sentanuhady mengungkapkan, pengembangan Belis dilakukan sejak 2016 melalui riset mandiri. Produk yang diluncurkan tersebut merupakan generasi ke enam sejak awal riset. Belis dilengkapi motor listrik 48 volt, bertenaga aki 48 volt 12 Ah, daya 1.500 watt.
Pengisian daya listrik sangat mudah. Setip unit becak disediakan charger, cukup menyambungkan ke colokan listrik untuk mengisi daya. Sekali mengisi daya cukup 3-4 jam untuk bisa digunakan menempuh 30-35 kilometer.
"Teknologi terus dikembangkan, salah satunya dengan teknologi pedal assist. Nanti ada pilihan bantuan tenaga 30 persen, 60 persen dan 90 persen," jelas Jayan.
Menurut Dekan Fakultas Teknik UGM Yogyakarta Prof. Nizam, moda transportasi becak kayuh semakin terpinggirkan di era teknologi saat ini. Becak kayuh juga tersisih dengan keberadaan Bentor.
Dia mengungkapkan, becak listrik menjadi solusi terbaik saat ini. Selain memanusiakan manusia serta meningkatkan perekonomian tukang becak, kehadiran becak listrik juga ramah lingkungan. "Harapannya becak listrik menjadi ikon wisata Yogyakarta," ungkapnya.
Kehadiran becak bertenaga listrik ini sebenarnya bukan pertama kali dilakukan oleh UGM. Becak listrik serupa sudah pernah dikenalkan oleh Rudi Winarso, warga Yogyakarta. Bahkan Rudi mengenalkan dua becak sekaligus, yakni becak bertenaga dinamo (Bregada) dan becak listrik android (Belia).
Rudi Winarso mengatakan, kehadiran Bregada dan Belia ini lebih manusiawi karena tukang becak becak tidak perlu menguras tenaga dan keringat. Bregada dan Belia secara bentuk 95 persen sama seperti becak kayuh tradisional. Bedanya hanya pada tenaga yang menggerakannya. Tetap ada pedal kayuh, namun ditambah tenaga alternatif berupa dinamo penggerak aki listrik 350 watt.
Dia mengungkapkan, Bregada dan Belia sudah menjalani ujicoba dan layak beroperasi. Kedua becak ini sudah menjalani ujicoba menjalani rute panjang dari Kotagede menuju Borobudur.
Dalam sekali cas kedua becak ini bisa menempuh perjalanan 60-70 kilometer. Sekali cas hanya 1-2 jam. Untuk membuat prototype becak Bregada dan Belia ini, satu unit menghabiskan Rp 20 juta. Itu sudah termasuk dinamo, aki, panel kabel, fisik becak beserta spare part-nya, sampai finishing bentuk.
Sedangkan Ketua Dewan Penasehat Becak Kayuh dan Becak Motor DIY Brotoseno juga mengenalkan becak bertenaga listrik yang diberi nama Mas Bey. Nama ini singkatan dari Masyarakat Becak Hybrid. Becak listrik ini mampu berkecepatan 20 Km per jam.